13

Drama Completed 691

Happy reading!

Attaya alergi telur? Lalu kenapa ia memakan bekal dari Adora, kenapa ia tak bilang saja jika ia alergi. Adora tidak akan memaksa juga.

Adora masih dengan tampang polosnya, memperhatikan Attaya yang mengatur nafasnya. Perlahan namun pasti, pria itu menjadi lebih tenang.

"Ayo, gue anter ke UKS." Adora segera menarik tangan Attaya lalu menyelipkan tangan Attaya ke bahu nya. Ya, Adora merangkul Attaya.

Attaya yang diperlakukan seperti itu hanya pasrah, ia lelah dan ... apa istilahnya? Nyaman? Mungkin.

Entah sudah berapa juta perhatian yang didapat kedua orang itu hanya dari sebuah rangkulan. Namun, Adora tidak perduli. Di pikirannya hanya ada kesehatan Attaya.

"MBAK SUSIIIIIIII OOOOOH SUSIIIIIII," panggil Adora.

Wanita yang kiranya baru berumur 20 tahunan itu langsung terkaget-kaget. "Ya Tuhan Dor, manggil Mbak biasa aja dong."

"Ini, nih." Adora menyerahkan Attaya kepada Mbak Susi, lalu dengan telaten Mbak Susi membopong Attaya menuju kasur UKS dan memeriksanya, entahlah. Adora tak tau.

Di pikirannya berkecamuk, mengapa Attaya mau memakan telur padahal alergi telur? Lalu mengapa Attaya meminum dari botol minum hello kitty yang ia bawakan? Padahal di depannya sudah ada air dengan gelas yang normal. Memang, itu hanya hal kecil. Mungkin tidak berguna bagi kebanyakan orang. Tapi? Tidak untuk Adora.

Apakah mungkin Attaya sudah mulai mencintainya?

"Dor, itu Attaya nyariin," lapor Mbak Susi. Dengan semangat Adora segera memasuki ruang UKS.

Adora memperhatikan Attaya, nampaknya sudah baik-baik saja. Tapi, pertanyaan bodoh tetap saja muncul dari mulutnya. "Attaya nggak apa-apa?"

Attaya mendengus. "Baik aja. Oh iya, lo pergi ke pesta Afina?"

Adora nampak berfikir. Memangnya Afina menggelar pesta? Untuk apa?

"Pesta ulang tahunnya, 3 hari lagi." Attaya membantu karena ia sangat tau bahwa pemikiran Adora lamban.

"Ooh, ikut dong."

"Bareng gue, gue jemput jam 7 malem. Nggak ada kata telat ya."

Adora membulatkan matanya. Apakah Attaya baru saja mengajaknya berangkat bareng?

"Nggak usah ge-er gitu. Gue jemput lo karena nggak tau rumahnya," ucap Attaya yang membuat Adora nyengir sendiri

"Tha, boleh nanya?"

"Nggak."

Adora mencebikkan bibirnya lalu menarik kursi dekat tempat tidur UKS. Ia duduk di sana sambil memperhatikan Attaya yang memejamkan matanya.

"Attaya kenapa makan telur buatan Ador padahal alergi?" bukan Adora jika bisa dibilangin.

Attaya membuka matanya lalu berdecak sebal. Tadi kan ia sudah berkata bahwa Adora tidak boleh bertanya. Tapi, masih saja.

"Karena gue laper."

"Nggak ada alesan lain?"

"Nggak."

Adora menyengir lebar. "Terus, kenapa Attaya minum botol hello kitty dari Ador? Kenapa nggak minum air di gelas dari Nando?"

Attaya kembali berdecak. Gadis ini bawel sekali sih. "Karena itu yang paling dekat."

Adora mengangguk. "Attaya udah jatuh cinta sama Ador?"

Attaya menoleh, perhatiannya terpusat kepada satu orang.

"Dari dulu Dor, dari dulu!"

"Belum." jawab Attaya yang membuat Adora murung.

Bel berdering menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai. Adora berdiri. "Gue balik ya, nanti kalau butuh apa-apa telfon aja. Terus kalau udah jatuh cinta bilang aja."

Adora segera ngacir begitu saja, jadi? Apakah Attaya harus kembali menaruh hati kepada Adora? Apakah nantinya Adora tak akan pergi lagi? Apakah Adora akan menjadi miliknya seutuhnya? Selamanya?

"Entahlah, orang-orang tersayang suka seenaknya saja. Datang dan pergi semau mereka, seperti tak pernah sadar selalu menciptakan goresan luka." gumam Attaya.

Tanpa Attaya sadari, di belakang pintu ada seseorang yang menekuk wajahnya. Bingung sekali dengan apa yang dikatakan Attaya.

***

Adora berjalan santai menuju kelasnya, melemparkan senyum kepada beberapa orang yang menatapnya di koridor. Padahal banyak yang menatapnya dengan tatapan sinis, namun bukan Adora namanya jika balik menatap sinis.

"PANOOOOOO!" panggil Adora keras, tak perduli dengan suasana kelas yang sepi karena mendapat tugas dari Bu Rika.

"Heh Batang Kangkung! Teriak-teriak aja lo! Duduk sini, kerjain lks biologi halaman 79. Pilihan ganda sama essay." Vano menyuruh dengan suara tak terlalu keras namun dapat di dengar.

Adora mencebikkan bibirnya lalu duduk di sebelah Vano. "Van, tau nggak?" tanya Adora sambil menyandarkan kepalanya di bahu Vano.

"Ish. Kayaknya Attaya udah jatuh cinta deh sama gue."

Vano melirik Adora dan mengulum senyum. "Astaga, mimpi terus."

Adora menepuk lengan Vano. "Gue nggak bercanda, kan gini ceritanya...."

Adora menceritakan dengan menggebu-gebu. Dan Vano hanya menyimak, lalu muncullah ide gila dari Vano.

"Ah, nggak mau. Nanti Attaya marah." Adora tak terima dengan ide Vano yang menurutnya konyol.

Vano mengangkat bahu. "Terserah, gue kan cuma kasih saran."

Adora mengangguk dengan penuh senyuman di wajahnya. "Game start!"

***

"Attaya." panggil Adora dengan nada galak.

Attaya menaikkan salah satu alisnya. Ada apa lagi dengan gadis bodoh ini? Astaga.

Adora mencebikkan bibirnya. "Ador mau boneka babi b-a-b-i."

Attaya menyengrit. Tambah tidak mengerti dengan pola pikir gadis aneh ini. "Terus?"

Wajah Adora memerah. "Beliin!"

"Ogah."

"Oke, kalo gitu Ador bakal nanggis di sini, sekarang juga," tantang Adora.

"Silahkan aja."

Attaya hanya berdiri sembari memegang bola basketnya. Ya, sekarang mereka berada di tengah lapangan basket. Disorot banyak orang, memang Adora tak tau malu dan Attaya terlalu cuek.

Adora memelas, ia mencoba mengeluarkan air matanya. Namun gagal. Ia menatap sinis ke Attaya.

"Attaya hadap sana, jangan liatin dulu. Ini lagi usaha tau!" Adora menggerutu. Sedangkan Attaya mati-matian menahan tawa nya dan tetap memasang wajah datar.

Adora sekarang bahkan sudah berteriak-teriak agar menanggis. Memaki Attaya dengan kata-kata pedas. Namun tetap saja, air mata yang diharapkan tidak keluar. Sementara, satu pria yang melihat kejadian itu menonjok pohon di hadapannya.

"Adora bego. Akting nanggisnya bikin orang ngakak, astaga." sambil sesekali meringis kesakitan karena ia terus memukul pohon di hadapannya.

"Mana? Katanya mau nanggis?" Attaya bertanya dengan nada dingin.

Adora tak sanggup, ia lelah. Menanggis ternyata hal yang sulit. Namun, Adora tetap berusaha. Ia memukul-mukul dada bidang Attaya lalu jungkir balik di tengah lapangan dan melakukan kegiatan konyol lainnya.

Lalu saat ia berlari sambil melepas sepatu kakinya tak sengaja menginjak pecahan kaca. Darah segar mengalir kemana-mana. Barulah air mata keluar begitu deras.

Adora menghampiri Attaya dengan jalan yang tertatih. "Tha, ini udah nanggis. Hiks."

Attaya menatap Adora. "Gue muak."

Hanya dua kata. Adora berusaha segila tadi, dan Attaya hanya mengeluarkan dua kata?

Attaya melempar bola basket ke dinding dengan keras lalu seperti rencana Attaya, bola itu akan terpantul dan menabrak bokong Adora sehingga Adora jatuh ke pelukannya.

Adora masih kaget dengan apa yang terjadi. Sedangkan Vano yang sedari tadi sibuk menonjok pohon kini menganga lebar. "Kereeen!"

"Gue muak liat lo nanggis, pulang sekolah kita beli." Adora tersenyum dalam dekapan Attaya. Attaya sendiri tersenyum kecil tanpa diketahui siapapun.

Siswa-siswi yang tadinya berlalu-lalang hanya bisa menyimak drama ini. Sungguh mencengangkan bila Attaya memeluk wanita dan modus nya sangat luar biasa hebatnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience