14

Drama Completed 691

Adora mencebikkan bibirnya. Ia melihat kearah Pinoy. Boneka itu kini sedang menatapnya. "Apa?!"

Adora mulai kesal sendiri, ia kemudian memukul-mukul Pinoy bahkan menggigit boneka tak bersalah itu.

"Attaya nyebelin! Masa gue chat nggak dibales-bales sih." Adora kini menarik-narik kaki Pinoy.

"Padahal udah tiga menit."

Tring.

Adora mengambil ponselnya dengan gerakan cepat dan membuka room chat miliknya dengan Attaya.

Attaya Ekada Putra : siap-siap sana bentar lagi gue jemput.

Adora Najma Orlin : siap pak bos.

Adora melompat di atas kasurnya. Mood nya seketika berubah, yang tadinya kesal setengah mati sekarang bahagia setengah mati.

Adora mengambil baju dress selutut berwarna ungu pemberian sang kakak. Kilasan balik terlintas di kepalanya.

"Yee makasih Mama," ucap Adera saat melihat hadiah dari sang mama. Baju dress selutut berwarna merah muda.

Adora hanya memandang mereka dari balik dinding. Ia tak berani meminta perlakuan yang sama kepada mama nya, karena bagaimanapun Adera memang spesial.

"Hey."

Adora menoleh, ternyata itu Putri. Ia membawakan kotak kado. Mata Adora berbinar. Ia mengambil alih kotak kado itu dan membukanya.

Dress selutut dengan warna ungu.

Adora menatap Putri.

"Selamat ulang tahun, my little sister."

"Terimakasih Kaput! Ador sayang Kaput!"

Adora meraih pipi nya yang sudah basah oleh air mata. Ia tak sadar jika sudah menanggis.

"Dor? Mau ke pesta siapa?" tanya Putri yang datang tiba-tiba. Adora menghapus air matanya terburu-buru. "Heh? Lo nanggis? Kenapa?"

Adora mengerjap. "Ador ... mau ke pesta teman, tapi nggak bisa dandan."

Putri tertawa lalu menatap Adora serius. "Ayo, gue dandanin."

"Tidakkk! Kaput urusannya tuh sama lapangan bukan sama muka Ador! Pergi! Nanti muka Ador ancur."

"Ah, lebay lo!"

Adora hanya pasrah ketika Putri menarik pergelangan tangannya menuju kamar Putri. Dirga yang melihat proses tarik-menarik itu mengikuti para adiknya itu.

"Kaput, jangan tebel-tebel nanti Attaya jijik," renggek Adora dan hanya dibalas anggukan oleh Putri.

"Attaya? Jangan bilang..."

"Woi Kak Dirga ngapain di situ?!" tanya Adora. Dirga terkekeh, ia tertangkap basah oleh Adora.

Dirga memasuki kamar Putri. Ia kemudian duduk di pimggir ranjang milik Putri. Menatap Adora dengan sorot ingin tau. "Dor, Attaya itu ... hm, siapa?"

Adora yang sedang dipakaikan lipcream tidak menjawab. Yang menjawab adalah Putri. "Attaya cowok inceran si Adora."

"Boleh liat fotonya nggak?"

"Nggak. Kepo amat sih!" seru Adora yang sudah selesai memakai lipcream.

Dirga mendengkus. Ia memilih kembali ke kamarnya. Dirga menghempaskan tubuhnya di ranjang.

"Jangan sampai apa yang gue duga itu benar, gue nggak mau Adora sakit." gumam Dirga lalu menghembuskan nafas panjang.

"Permisi, Adora."

Adora panik sendiri, ia mengoceh kepada Putri karena lambat mendadani nya. Putri juga ikut panik, ia mengambil tas kecil miliknya lalu menyodorkan kepada Adora.

Adora berjalan cepat turun ke lantai satu. Ia membuka pintu. Wajah datar Attaya yang menyambutnya. "Hallo, Attaya."

"Hm."

"Pakai sepatu, kita jalan. Udah jam 7 nih," ucap Attaya.

Adora refleks melihat kaki telanjang nya. "Oh iya." Adora menepuk kening.

Adora mencari di rak sepatu. Tidak ada.

"Aduh kemana ya?"

Tiba-tiba Dirga menyodorkan sepatu heels berwarna ungu. "Nih, pakai aja. Tadinya hadiah buat cewek gue. Eh tadi diputusin."

Adora tertawa. "Mampus."

"Dasar anak nggak tau makasih!"

Attaya bengong. Kenapa Adora bicara begitu kepada Dirga? Aneh.

"Ayo jalan Tha."

Attaya mengangguk dan memasuki mobil nya. Ia kemudian menatap Adora dengan tatapan yang tak terbaca.

"Dor, lo kok aneh sih?"

"Aneh gimana?"

"Ah nggak." ucap Attaya, ia memakaikan sabuk pengaman di kursi Adora. Adora menahan nafasnya. Ia sangat gugup, Attaya sedekat ini dengan dirinya.

Hanya ada hening. Attaya fokus menyetir. Sepertinya Attaya tau rumah Afina, lalu apa fungsi Adora di sini?

"Dor." Attaya memulai percakapan.

Adora menoleh. "Kenapa?"

"Lo itu ... sebenernya inget gue nggak sih?"

Adora menyengrit. "Inget lah, Attaya kan pujaan hati Ador."

"Maksudnya inget pertemuan kita dulu."

"Hah?"

"Serius, lo nggak inget gue?" tanya Attaya lagi dan lagi.

Adora tambah heran. Memangnya ia dan Attaya pernah bertemu di masalalu?

"Eeh, udah nyampe,"

Adora melihat Attaya, sepertinya pria itu kesal. Tapi ... apa yang membuatnya kesal?

Jelas saja Adora kesal, katanya Attaya tidak tahu tempat pesta? Tapi sekarang sudah sampai. Bagaimana bisa? Attaya berbong, Adora tak suka dibohongi.

Attaya turun dari mobil nya. Begitupun Adora. Mereka berjalan beriringan menuju pesta Afina. Banyak pasang mata yang menyorot mereka dengan berbagai tatapan aneh.

"Gue jelek ya?" tanya Adora tiba-tiba.

Attaya menoleh. "Cantik."

Adora menunduk, wajahnya sudah memerah saat ini. Ia tak menyangka bila Attaya akan memuja nya seperti ini.

"Afina, cantik." ralat Attaya.

Adora mengadahkan kepalanya. Tak jauh dari tempatnya dan Attaya berdiri ada Afina. Menyalami beberapa tamu menggunakan dres panjang berwarna biru muda.

Adora mencebikkan bibirnya. Attaya memang menyebalkan.

"Mau salaman sama Afina atau mau manyun-manyun nggak jelas di sini?" tanya Attaya dingin lalu berjalan ke arah Afina.

Adora tersentak dan langsung mengekori Attaya.

"Selamat ulang tahun Fin," ucap Attaya. Afina tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Adora melakukan hal yang sama.

"Kalian berdua? Vano kemana?" tanya Stefanny yang ditujukan untuk Adora.

"Hm. Nggak tau."

Afina bengong. "Serius? Lo sama Vano kan nggak pernah pisah Dor, tumben banget."

Adora hanya nyengir. Benar juga, kemana perginya Vano?

Attaya tak memperdulikan percakapan mereka, ia meminta izin ke stand makanan dan mengambil beberapa makanan. Tak lama Adora menyusul.

"Tha, dingin banget ya."

Attaya hanya diam.

Kode keras dari Adora sama sekali tidak digubris oleh Attaya. Dasar Attaya, manusia tidak peka!

Adora memeluk dirinya sendiri. Sungguh pesta yang diluar ekspetasinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience