Bab 39 Dasar Orang Kampung
Cakra berjalan dengan tidak bersemangat keluar dari lobi kemudian menuju parkiran dan hendak mengambil mobil.
Sesampainya di parkiran dia merogoh saku celana hendak mengambil kunci mobilnya, tetapi di saku celananya tidak ada menkipun dia merogoh memerapa kali dan semua saku celana dia masuki dengan tangannya.
Setelah beberapa lama baru ingat bahwa kunci mobilnya di pinta tadi oleh ayahnya karena mobil itu mobil inventaris hotel Arssad ini.
"Sialan aku lupa tadi ayahku meminta kunci mobil ini" gumam Cakra sambil menendang ban depan mobil.
Brak..."Aduh..."
Saking kesal dia menendang dengan keras dan berefek sakit di pergelangan kakinya.
"Eagh....." Cakra mengerang.
*
Di Universitas Wijaya Cakra yang sudah selesai mengikuti perkuliahan mengendarai motornya untuk kembali pulang.
Pereman anak buah Cakra sedari tadi menunggu dia di gerbang masuk, karena kalau membuat keributan di dalam kampus maka utusannya bakal runyam, apalagi mereka bukan mahasiswa universitas Wijaya ini.
Jagat keluar dari gerbang dan diikuti oleh mereka sesampainya di jalan yang sepi jagat di pepet 3 motor yang semuanya berboncangan.
"Turun kamu" perintah dari ketua geng itu.
Jagat dengan tenang memberhentikan motor kemudian menyetandarkannya dan dia pun turun dari atas motor.
"Ada apa ini, apakah kalian mau merampok ku" tanya jagat.
Para preman yang berboncengan itu turun kemudian menghampiri jagat
"Jangan banyak tanya, hajar anak ini" perintah ketua geng itu.
Tiga orang yang sudah turun dari motor langsung menerjang jagat untuk memukulinya.
Satu orang terlebih dahulu sampai di depan jagat dan melayangkan tinjunya ke arah muka jagat. "Rasakan bogem mentah ku kurang ajar "
Jagat yang berdiri tegak melangkah mundur kesamping kanan untuk menghindari pukulan pereman itu.
Wuss....
Pereman itu hanya memukul angin dan tidak mengenai wajah jagat yang tadi menghindar, ke 2 pereman lain langsung menyergap jagat.
Jangan kanan dan tangan kiri jagat di pegangai "Mau menghindar kemana lagi kamu" ucap salah seorang pereman yang memegangi tangan jagat supaya dia tidak bergerak.
"Hajar Bro" ucap yang lainnya.
Pereman yang tadi memukul kembali melayangkan tinjunya kearah perut jagat yang sudah di pegangi.
"Ayo coba hindari tinju ku ini dasar berengsek" ucap pereman itu yang senang karena jagat sudah di Pengan oleh teman temannya sehingga jagat tidak bisa menghindar tinjuanya yang pasti kena telak.
Meskipun tidak bisa bergerak jagat tetap tenang di situasi ini, kaki kanannya di angkat sedikit kemudian di arahkan ke belakang sebagai awahan setelah itu menendang.
Buk....
"Argh...."
Jagat menendang pereman yang ada di depannya tepat di ulu hati sehingga pereman itu tersungkur, kaki kanan jagat belum turun kemudian dia menginjak kaki pereman yang memegang tangan kanannya dan bergantian setelah kaki kanan mendarat dan di jadikan tumpuan kaki kiri di angkat dan menginjak pereman yang memegangi tangan kiri.
Dengan sepatu taktikal yang jagat pake dan adanya full plat baja di depan dan bawah sepatutnya sehingga tendangan dan injakan jagat membuat ke 3 pereman itu kesakitan.
Pereman yang di injak kakinya langsung melepaskan pegangan tangannya dan berteriak kesakitan sambil berjingkrak jingkrak dengan satu kaki di angkat ke atas.
Ke 3 orang yang menunggu di atas motor tidak menyangka bahwa ke 3 orang temannya bisa begitu mudah di kalahkan. Mereka pun turun dan menyetandarkan motor mereka supaya tetap berdiri.
"Ternyata kamu tidak semudah itu di kalahkan" ucap ketua geng pereman itu.
"Hanya Cecunguk seperti mu, yang ingin memukuli ku, jangan mimpi, justru aku lah yang akan menghajar kalian semua" ucap jagat balik mengancam.
"Jangan Sombong dasar orang kampung, kamu belum tahu siapa kami ini sebenarnya, ayo anak anak kita serang bersama sama" ucap pemimpin geng itu.
Mereka pun langsung mengepung jagat dari setiap sisi dan salah seorang dari mereka langsung menerjang dengan kakinya.
"Rasakan ini ....Hiat..."
Jagat bukanya menghindar tetapi dia malah masuk kedalam serangan, kaki kanan musuhnya mengayun kencang kearah jagat dia bergeser ke arah kiri dan masuk kedalam serangan untuk menghindari tendangan kaki.
Jagat menabrakan dirinya ke badan pereman itu dengan sikut di arahkan ke ulu hati musuhnya sehingga setelah tubrukan keras terjadi, pereman itu langsung tersungkur.
Peranan lainya melayangkan tinjunya jagat menakis dengan sedikit menarik kepalan tinju musuhnya hingga hilang keseimbangan dan ketika musuhnya itu hilang keseimbangan, lutut kaki jagat masuk ke perut dan pereman itu tersungkur.
Ugh....
Yang tersisa hanya tinggal ketuanya saja, dia sedikit bisa beladiri setelah melayang kan tinjunya dia langsung menarik kembali tangannya dengan cepat.
Sehingga jagat tidak bisa menangkis atau menangkap kepalan tinju musuhnya, jagat hanya bisa mengindarinya saja
Meskipun orang itu bisa sedikit beladiri, tetap saja gaya tarung yang dia tunjukan adalah gaya petarung jalanan dengan tinju mengepal yang di letakan di depan wajah sehingga bagian tubuhnya terbuka.
Ketua geng itu terus menyerang dengan tinju dan tendangan kaki, jagat menghindari dengan cara menangkis dan menghindar ke belakang.
Karena setiap serangan tidak ada yang kena ketua geng itu menjadi marah dia pun melompat dan mengarahkan tinjunya dari arah atas kebawah.
Jagat pun mengepalkan tangannya kemudian membalas, sehingga kepalan tangan jagat dan ketua geng itu bertemu dan benturan pun sangat keras sehingga terdengar adanya suara krekak.
Ternyata itu suara pergelangan tangan dari ketua geng itu yang terkirir karena benturan keras dengan tangan jagat.
Setelah benturan itu ketua geng meringis kesakitan dan matanya Meneteskan Air Mata seperti anak bocah yang menangis karena di ambil mainannya.
Agh....
Ugh....
Jagat berjalan menghampiri ketua geng itu dan bertanya "Siapa sebenarnya yang menyuruh mu, untuk menghadang ku, aku tahu kamu bukan begal motor atau rampok, kamu hanya ingin memukuliku dan membuat ku masuk ke dalam rumah tangga"
Ketua geng itu tidak menjawabnya dia hanya menundukkan kepalanya sambil meringis kesakitan, kemudian jagat bertanya dan menebak "Aku tahu siapa yang menyuruh mu, Pasti Si Cakra yang memerintahkan mu"
Ketua geng itu tidak menjawab tetapi dia mengangukkan kepalanya, yang bertanda bahwa ucapan jagat itu benar dan Cakra orang yang menyuruh mereka untuk memukuli jagat.
Ketua geng itu terus meringis kesakitan dan sedikit terdengar suara tangisan, mendengar itu jagat tersenyum dan berbicara "Katakan kepada bos mu itu, kirim orang yang lebih banyak lagi, atau kirim orang yang lebih hebat lagi dari kalian.
Justru aku malu melawan kalian yang cengeng, udah gede masih menangis, sana pulang dan nyusu sama Emak mu" ucap jagat.
Jagat pun menghampiri motornya dan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah kampung Hoe, dimana dia menyewa rumah sebagai kontrakan.
***
* Bersambung
Share this novel