Chapter 37

Fantasy Completed 11574

Andre terus menggenggam erat tangan Farah sambil mengusap punggung tangannya dengan lembut.

Sudah 2 minggu Farah belum juga sadar dari komanya, aktivitas Andre hanyalah bolak-balik rumah sakit dengan sekolah sambil mengganti bunga mawar yang sudah layu.

Andre menatap sendu ke arah Farah. Dia sangat rindu dengan sosok Farah yang ceria dan banyak bicara.

"Far bangun dong, gue tau lo tuh emang susah banget di bangunin kalau tidur, tapi apa lo gak capek 2 minggu tidur terus ?" ujar Andre sambil mengelus pipi Farah dengan lembut.

"Gue kangen lo yang bawel Far, gue kangen godain lo sampe lo blushing, gue kangen jalan bareng sama lo" .

"Lo tau ?, setiap hari gue bawain lo bunga mawar kesukaan lo Far, ayodong bangun".

Selama apapun Andre mengajak Farah bicara Farah tetap setia memejamkan matanya dengan rapat.

"Bangun Far, masih banyak yang butuhin lo termasuk gue" ujar Andre lirih.

Tak terasa setetes bulir jernih jatuh dengan mulus di pipi Andre, lama kelamaan tetesan bulir itu semakin banyak dan menjadi isakan. Andre menangis.

Farah adalah cewek satu-satunya yang berhasil membuat Andre menangis seperti ini.

Cklek

Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok Aira yang baru saja datang. Aira segera mendekati Farah yang masih terbaring lemah.

"Andre lo makan dulu gih di kantin" ujar Aira sambil menatap Andre sendu.

Andre diam masih menatap Farah, air matanya kini sudah kering.

"Andre lo juga harus jaga kesehatan lo, kalau lo sakit nanti siapa yang jagain Farah ?" ujar Aira.

Ucapan Aira ada benarnya juga, jika Andre tidak menjaga kesehatannya siapa yang akan menjaga Farah kalau dia sampai sakit.

"Gue ke kantin sebentar kalau ada apa-apa lo hubungin gue" ujar Andre.

Aira hanya mengangguk. Andre pergi keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.

Aira menatap sahabatnya itu dengan tatapan sedih.

"Far gue kangen" isak Aira yang entah sejak kapan sudah menangis.

"Gue mohon lo bangun Far, gue mohon" isak Aira yang semakin menjadi.

Keadaanpun menjadi hening. Aira mencoba menenangkan dirinya agar tidak menangis terlalu keras.

Tiiiiiiiiiit

Suara panjang EKG atau Electrocardiografi memecahkan keheningan di dalam ruangan itu, terlihat sebuah garis lurus di alat tersebut.

Jantung Aira berpacu lebih cepat wajahnya mulai panik, segera dia berlari untuk memanggil dokter.

Andre yang baru selesai dari kantin melihat Aira berlari segera menghampirinya.

"Ada apa Ra ?" tanya Andre tak kalah paniknya.

"Farah Ndre Farah " ujar Aira sambil menangis.

Seorang dokter dengan beberapa perawat datang untuk menangani Farah. Andre dan Aira disuruh menunggu di depan ruangan.

Tak lama dokterpun keluar dari ruangan bersama dengan perawatnya.

"Gimana keadaannya dok ?" tanya Aira tak sabar.

Dokter itu menatap Aira dengan tatapn sendu kemudian menggeleng pelan.

"Mak..maksud dokter apa ? Kenapa dokter geleng-geleng ?" tanya Aira semakin panik.

"Saudari Farah tidak bisa diselamatkan" ujar sang dokter.

"Gak mungkin, dokter pasti becanda kan ?" ujar Andre sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

Andre segera berlari masuk kedalam ruangan diikuti dengan Aira di belakangnya. Terlihat Farah yang terbaring kaku dengan wajah pucatnya, alat-alat yang tadi ada di tubuhnya kini sudah di copot.

"Gue gak percaya lo ninggalin gue Far" ujar Andre.

Andre memeluk tubuh Farah dengan erat, tanpa malunya dia menangis sambil berteriak menyebutkan nama Farah.

Tubuh Aira yang sudah merosot kebawah tangannya memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya di lipatan lututnya.

Sungguh seperti mimpi buruk bagi Andre dan Aira. Mereka tak menyangka secepat ini Farah akan pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.

*****

Andre dan Aira masih setia menaburkan bunga di atas makam Farah. Air matanya terus mengalir dengan derasnya.

"Semoga lo tenang disana Far, gue sayang sama lo" ujar Aira lirih.

"Gue masih berharap kalau ini sebuah mimpi Far, lo dengan cepat ninggalin gue" ujar Andre.

Sulit untuk Andre dan Aira untuk menerima kenyataan pahit ini. Tapi bagaimanapun mereka tak bisa menyalahkan takdir yang sudah di tentukan.

Mereka harus belajar
mengikhlaskan kepergian Farah meskipun itu sulit.

*****

Andre duduk termenung dibalkon rumahnya. Matanya menatap keatas langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang.

Sejenak pikirannya melayang sesaat dimana dia dan Farah menghabiskan malam berdua sambil melihat bintang.

Flashback On

"Andre gue pengen jadi bintang Ndre" ujar Farah sambil menunjuk ke arah langit.

"Gue juga pengen Far" ujar Andre.

"Tapi gue dulu yang harus jadi bintang Ndre" ujar Farah lagi.

Andre hanya mengangguk sambil tersenyum manis kearah Farah.

Flashback Off

"Lo udah wujudin keinginan lo buat jadi bintang Far" ujar Andre lirih.

"Disaat raga lo menghilang disaat itu pula kekuatan gue ikut hilang. Lo lebih memilih hilang menjadi bintang daripada bertahan seperti karang"
ANDRE BRANETHA

*END*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience