SEGAR terasa diri disapa embun pagi yang menitis. Dinginnya sehingga mencucuk ke tulang, namun bagi aku berada di dalam keadaan sebegini memberikan diriku sebuah makna yang sangat besar ertinya. Aku bersyukur masih diberikan waktu untuk bernafas bebas secara percuma di bumi luas Sang Pencipta. Diagonal mataku tepat memandang ke pintu pagar besi yang terkuak lebar. Dalam masa yang sama aku sudah siap sedia untuk berhadapan sebarang kemungkinan. Munculnya, sebatang tubuh kekar bersama seorang wanita tinggi lampai, berwajah ayu, dan berambut kerinting berwarna perang semula jadi, membuat aku hanya tersenyum sinis. Mataku guling ke atas. Lain yang aku tunggu lain pula ...