Bab 25: “Kalau Rasa Tu Masih Ada, Kenapa Perlu Buat Macam Tiada?”
⸻
Lia sekarang sibuk urus pameran sabun handmade antarabangsa.
Semua sabun dia dapat sambutan —
Terutama sabun ‘Sabah Sunset’ — yang dia ilhamkan dari saat terakhir dia jumpa Owen dulu.
Warna oren lembut.
Bau macam lavender + lemon tea.
Tekstur sabun tu… macam hati dia sekarang: Lembut, tapi luka halus.
⸻
Scene: Aaric muncul masa Lia tengah susun booth.
Aaric: “Still alone?”
Lia: “I’m not alone. I have 37 jenis sabun dan satu kawan gila macam kau.”
Aaric senyum. Tapi dia nampak mata Lia penat — bukan sebab kerja.
Tapi sebab menyimpan.
⸻
Scene Owen di bilik sewa, Korea.
Tangan dia penuh dengan nota-nota kecil —
semua tentang “kenapa aku tinggalkan, tapi tak pernah lupakan.”
Dia tanya diri dia sendiri depan cermin:
“Kalau aku bukan siapa-siapa dalam hidup dia sekarang…
kenapa nama dia masih aku jaga dalam hati?”
Dia capai dompet.
Keluarkan tiket flight.
Tarikh: 23 Disember.
Destinasi: Kota Kinabalu.
⸻
Scene lawak — Owen teriak bila sabun dalam luggage dia cair.
Owen: “APA NI?! Sabun lemon lavender cair dalam beg!!!”
Roommate dia datang:
“Ko tu stress sangat. Sampai sabun pun surrender.”
⸻
Lia di malam sebelum Krismas.
Dia duduk sorang-sorang dekat Tanjung Lipat.
Langit mendung sikit. Angin kuat. Tapi tak hujan.
Dia pegang sabun ‘Sabah Sunset’ tu —
buka plastik, cium perlahan.
“Bau ni…
sama macam waktu aku masih yakin kau akan balik.”
⸻
Tiba-tiba suara lelaki dari belakang:
“Saya minta maaf…”
Lia toleh.
Terus kaku.
Sebab yang berdiri depan dia bukan gambar, bukan kenangan.
Tapi Owen.
Pakai baju putih ringkas, seluar jeans lusuh, rambut sikat tak betul.
Lia: “Kau… balik?”
Owen angguk perlahan.
Sambil senyum, dia jawab:
“Saya balik bukan sebab sabun. Bukan sebab rindu.”
“Saya balik… sebab saya log in dengan hati saya dulu — baru saya berani cari kau.”
Share this novel