Bab 8: “Ko Masih Ingat Kabus Tu, Tapi Saya Masih Ingat Ko”
⸻
24 Disember — Tanjung Lipat, Kota Kinabalu
Cuaca: Angin nyaman, langit mendung tenang
Suasana: Lampu-lampu kecil tergantung dekat pondok, lagu Krismas pelan dari speaker jauh
⸻
Owen duduk atas rumput, tripod dah siap.
Kamera dia hala ke langit.
Tapi dia langsung tak tengok langit.
Mata dia fokus ke arah ombak,
tapi hati dia… ulang-ulang satu nama.
Nama yang dia tak pernah sebut kuat-kuat,
tapi duduk dalam dada sejak hari kabus tu.
⸻
Sambil dia adjust lensa, dia terdengar suara perempuan dari belakang.
“Kalau ko tunggu bintang jatuh, mungkin sia juga jatuh depan ko dulu.”
Owen terpaku.
Dia kenal suara tu.
Macam…
suara yang datang dulu dari kabus, sebelum datang dari rupa.
Dia pusing perlahan.
⸻
“Lia?”
Lia senyum, sambil bawa tangan penuh dengan keropok lekor yang dia beli dari gerai tepi jalan.
“Ko masih ingat saya ka?”
⸻
Owen berdiri.
“Saya inda pernah lupa.”
“Saya cuma fikir… mungkin saya yang lebih rasa, ko yang lebih lupa.”
⸻
Lia duduk atas rumput, letak keropok antara mereka.
“Saya mau lupa bah… tapi rasa tu inda bagi saya lupa.”
“Saya makan, ingat ko. Saya tidur, mimpi ko.
Saya nampak kabus pun… terus saya cari muka ko di celah-celah asap tu.”
⸻
Owen ketawa perlahan.
“Saya pun mimpi ko, Lia.”
“Tapi saya mimpi ko hilang dari saya.
Dan sekarang… saya inda pasti ini mimpi, atau ko betul-betul depan saya.”
⸻
Lia angkat satu keropok.
“Ko mau rasa ini ka?”
“Kalo sakit, mungkin ini mimpi. Tapi kalau panas…
ini real, Owen.”
⸻
Owen gigit sikit.
“Panas.”
“Pedas lagi. Ko beli dari gerai yang sama masa Maragang ka?”
⸻
Mereka sama-sama ketawa.
Tak besar. Tak heboh.
Tapi cukup buat satu ruang hati rasa penuh.
⸻
“Ko masih ambil gambar ka?” Lia tanya.
“Kalau ko ada, saya berhenti ambil gambar. Saya simpan pandangan.”
⸻
Lia tunduk, malu.
Tapi malam tu, dia tahu —
walau mereka pernah jauh, dan walau mereka tak pernah janji untuk bertemu…
Tanjung Lipat simpan mereka untuk satu pertemuan baru.
Dan walaupun langit tak bagi bintang jatuh,
dua jiwa yang pernah sesat… akhirnya log in balik, depan laut, bawah lampu kecil Krismas.
Share this novel