Part kali ini, Shin dedikasiin buat semua readers Shin yang rajin Komen, rajin Vote dan silent readers juga
??????
Gak terima Komplain Baper, Ngambek karena kejutan di Part ini ????????
*yang berharap isi cerita yang penuh konflik kayak sirkuit motoGP tajem dan berliku-liku, jangan ngarep ada disini ????, karena Shin selalu nulis yang ringan2 aja, yang bahagia2 aja.
Hidup sudah banyak beban, masa baca juga kudu mikir berat! lemesin Tsay ????????????
Biarin dikatain Author abal-abal pemalas tapi Shin suka jadi diri sendiri ??????
Happy Reading!
GAK ADA DOUBLE UPDATE, GAK ADA JUGA UPDATE TIAP HARI
??????????
"Aku tidak berulang tahun hari ini, kenapa aku diberi kado?" tanya Zeline
"Kau tidak ingin kado? Kau mau apa?" Fello bertanya balik
Zeline menatap Fello intens, "Cukup berikan aku ciuman yang lebih lama,"
??????????
Ricard begitu terkejut mendengar ucapan yang dilontarkan Zeline padanya. Tidak menginginkan kado hanya menginginkan ciuman yang lebih panjang. Apakah Zeline terserang kejang otak atau tiba-tiba sarafnya putus. Wanita itu kenapa mendadak menjadi agresif.
Baru saja Fello ingin mendekatkan wajahnya pada Zeline, wanita itu malah tertawa terbahak-bahak membuat Fello tersentak kaget.
'Sepertinya benar, Zeline terkena serangan kejang otak' batin Fello.
Zeline dengan santai menstaterkan kembali mobil dan menginjak pedal gas dengan kecepatan sedang. Wajah cantik Zeline semakin terlihat mempesona saat senyum tercipta di wajahnya.
"Ucapanmu tadi hanya becanda?" tanya Fello akhirnya dan dijawab dengan anggukan Zeline, tanpa menoleh Fello.
"Wajahmu begitu tegang. Aku menyukai ekspresi seperti itu, lagi pula itu balasan akan candaan yang kau buat sebelumnya," ucap Zeline.
Fello menaikkan sebelah alisnya, mencerna ucapan Zeline.
"Kau menganggap ucapanku tadi becanda? Aku bahkan tidak becanda sama sekali. Aku serius mengenai kekasih ataupun istri," kata Fello meyakinkan.
Zeline tertawa lagi mendengar ucapan Fello.
"Astaga, kau lucu sekali. Bagaimana mungkin, terbang dari New York ke Indonesia hanya untuk melamarku! Itu sangat tidak masuk akal."
"Kau menghabiskan uang, membeli tiket pesawat, menyewa mobil mahal ini dan juga menginap di Hotel bintang lima, hanya untuk melamar wanita sepertiku. Kau bahkan belum mengenal aku seperti apa sebenarnya," jelas Zeline.
"Aku bahkan tidak peduli berapa banyak uangku terbuang. Aku memang berniat datang kemari untuk lebih mengenalmu dan juga memintamu untuk jadi kekasihku," ucap Fello serius.
"Tapi kau belum mengenalku dengan baik. Lagi pula, aku belum tahu apa pun mengenaimu."
"Tempat tinggal lengkapmu, pekerjaan jelasmu, bahkan bagaimana kehidupanmu disana. Meskipun aku sudah nyaman berbincang denganmu, tapi itu saja tidak cukup. Aku hanya ingin mengenalmu secara perlahan, tidak perlu terburu-buru. Begitupun kau sebaliknya kepadaku," jelas Zeline.
Fello takjub mengenai pemikiran seorang wanita modern seperti Zeline. Wanita itu tetap ingin mengetahui segala hal mengenai dirinya sebelum menjalin hubungan. Biasanya, wanita masa kini, tidak memikirkan semua itu. Fello yakin, jika ia melamar wanita lain, wanita itu akan dengan cepat mengangguk, mengiyakan ajakan Fello tanpa memikirkan yang lain-lain.
Satu poin tambahan untuk Zeline, membuat Fello semakin menyukai wanita ini. Wanita asia pertama yang membuatnya jatuh hati, begitu tergila-gila.
"Baiklah, kita jalani dengan perlahan. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu, jika kau ingin mengenalku lebih jauh, sebelum kita memulai suatu hubungan," putus Fello.
"Tempat kau menginap sudah sampai. Aku hanya mengantar sampai di sini. Aku harus pulang ke apartemenku dan bersiap untuk besok, hari pernikahan Mesya."
"Istirahatlah. Aku akan menghubungimu jika aku sudah sampai di apartemenku yang berada tidak jauh dari sini. Besok, pukul 10 pagi gunakan GPS untuk menjemputku. Kita pergi bersama ke pernikahan Mesya. Bagaimana?" Zeline mengamati wajah tampan ralat super tampan pria dihadapannya ini.
"Kau tidak ingin menginap di sini saja bersamaku? Bagaimana kau pulang? Dengan apa? Aku akan mengantarmu," tanya Fello panik.
Zeline menyentuh telapak tangan Fello dan menggosoknya lembut.
"Kau baru sampai belum genap 24 jam di Indonesia. Lebih baik kau belajar menggunakan GPS di dalam kamar hotel. Aku pulang dengan taksi. Tidak perlu mengantarku dan jangan mengkhawatirkanku, aku yang seharusnya mengkhawatirkanmu."
"Ayo!Aku antar kau ke lobi. Lalu aku akan pulang. Aku sudah gerah dengan gaun ini." Zeline membuka pintu mobil dan ingin keluar namun, tertahan.
Fello mencekal lengan Zeline tidak begitu kencang tapi tidak begitu lembut juga. Fello menarik tengkuk leher Zeline dengan pelan dan mendaratkan ciuman pada bibir yang begitu menggodanya sedari tadi.
Ciuman yang tidak bisa dibilang singkat namun, sarat dengan gairah cukup membuat Fello dan Zeline terengah-engah. Keduanya mengakhiri ciuman itu saat pintu mobil diketuk oleh petugas keamanan hotel.
Zeline menurunkan kaca mobil, meski dengan kesadaran yang kurang fokus.
"Permisi Pak, Bu. Maaf mengganggu. Bisa dilanjutkan kegiatannya di dalam saja. Kaca mobil ini terlalu transparan, sehingga banyak orang yang dapat melihat kegiatan Bapak dan Ibu. Saya sangat meminta maaf." Petugas hotel tersebut memberi teguran halus pada Zeline dan Fello.
"Oh-Oke," Hanya kata itu yang keluar dari mulut Zeline menanggapi ucapan panjang lebar petugas tersebut.
Petugas keamanan itu lantas berjalan meninggalkan mereka berdua dan Zeline mematut keadaannya dari kaca seketika melotot horor. Lipstick-nya tak lagi rapi, ia seperti zombie yang habis memakan darah manusia. Sedangkan tantanan rambutnya berantakan seperti awal ia datang ke acara Mesya.
"Kenapa aku terlihat begitu horor?" gumam Zeline.
Zeline beralih memandang Fello yang tak jauh berbeda dengannya. Rambutnya acak-acakan dan sekeliling bibir Fello dipenuhi lipstick milik Zeline.
"Kita begitu liar ternyata," ucap Fello santai mengambil tisu yang ada didekatnya dan membersihkan sekitar bibirnya.
'Astaga! Fello adalah pencium terbaik yang pernah aku rasakan. Shit! Jangan bilang aku ketagihan akan bibirnya. Sadar Zel, keep calm! Jangan jadi wanita agresif' batin Zeline.
"Gila! Ini begitu memalukan! Bisa-bisanya terciduk petugas keamanan hotel saat berciuman. Tsk!!" gumam Zeline sambil membenahi penampilannya.
Saat keduanya memasuki lobi dan Zeline berjalan menuju meja Front Office menanyakan kunci kamar yang belum sempat diambil oleh Fello. Sang petugas FO memberikan kunci kamar milik Fello yang nyatanya itu merupakan kamar termahal dan termewah dihotel ini. Zeline lagi-lagi takjub mendengar penjelasan yang diberikan oleh petugas FO tersebut padanya.
Zeline ingin sekali menanyakan pada Fello banyak hal yang sudah bersarang dikepalanya. Menurut Zeline banyak hal yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh Fello, meskipun dia berasal dari negara kaya. Tidak mungkin gaji karyawan biasa bisa membeli tiket pesawat, menyewa mobil mewah dan menginap dihotel dengan harga yang fantastik. Zeline pun akan berpikir 2 kali, jika ingin menginap dihotel ini dengan harga yang begitu tinggi meskipun dirinya punya uang banyak.
"Sampai bertemu besok. Aku akan mengabarimu alamat apartemenku. Latihanlah memakai GPS." Zeline berpamitan pada Fello dan pria itu mengangguk patuh.
Suasana lobi hotel agak ramai dari biasanya karena ada acara pernikahan. Banyak pasang mata wanita yang jelalatan menatap Fello seakan santapan yang menggiurkan. Dada Zeline berdesir tak suka melihat tatapan mereka semua pada Pria-nya! Ya, sebut saja Prianya.
Zeline mendekati Fello, mengalungkan lengannya pada leher Fello namun, matanya menatap tajam para wanita yang haus akan pemandangan pria tampan. Lengan Fello tak menunggu lamalangsung mengait di pinggang Zeline. Fello memegang dagu Zeline agar wajah Zeline menatapnya.
"Aku cemburu melihat para wanita itu menatapmu liar," ucap Zeline tak sadar.
"Aku juga rasanya ingin mematahkan tulang dan mencongkel mata para pria yang menatapmu lapar," balas Fello.
Tenggorokan Zeline tercekat. Wajahnya memerah merona. Keduanya menjadi pusat perhatian para tamu hotel yang sedang berada di lobi.
"Damn, Shit! Aku bahkan ingin mencumbumu kembali disini," bisik Fello parau.
Zeline mencoba menormalkan kinerja otaknya. Ia tidak akan berbuat asusila di depan khalayak ramai seperti saat ini. Zeline mencium bibir Fello singkat dan melepaskan pelukan mereka berdua.
"Aku pulang." Zeline bergegas pergi sebelum otaknya kembali kotor.
Entah kenapa bagian tubuh paling sensitifnya berkedut seketika. Gelenyar aneh yang tak pernah muncul itu datang bersamaan dengan ciuman panas mereka saat di mobil dan ketika Zeline meraba dada yang tersimpan dibalik kemeja Fello. Sesungguhnya, ia tidak pernah merasakan hal gila seperti ini saat bersama deretan para mantannya. Apakah pria luar negeri begitu menggairahkan dibandingkan pria lokal? Inikah yang dirasakan Fini saat dekat atau bermain dengan para pria bule.
Fello misterius dan berbahaya. Otak Zeline mendadak dipenuhi ucapan Fini, Vera dan Mesya mengenai kenikmatan hubungan nananina di ranjang bersama seorang pria. Haruskah, Zeline melakukannya dengan Fello? Tapi, Zeline masih takut akan sakitnya tusukan sosis pria itu.
Zeline bisa memastikan sosis Fello begitu panjang, besar, tegang dan berurat. Dua kali lipat dari sosis yang biasa menjadi sarapannya sehari-hari. Demi Tuhan, itu pasti sakit sekali ketika merobek pembatas dirinya.
Tuhan, mengapa begitu besar cobaanmu. Di satu sisi, Zeline begitu mendamba membelai tubuh atletis yang dipenuhi otot namun, disisi lain Zeline begitu takut jika dirinya jatuh dalam hipnotis Fello yang mengakibatkan dirinya akan nananina dengan Fello yang artinya ia akan merasakan sakit yang luar biasa.
'Dasar, bule sialan! Kenapa harus begitu menggoda, sampai otakku dipenuhi sampah ucapan ketiga wanita gila itu. Pulang ini, aku akan menonton film adegan tembak menembak pistol berurat ke dalam lubang surgawi, agar tidak mati penasaran,' batin Zeline.
Share this novel
sukses yaa buat kamu.sllu menunggu hasil karyamu