24 - Meminta Restu

Romance Completed 40057

Btw, Thx yuu buat respon komentar kalian di part kemarin
Makin cinta aku tuh ????

Ya udah deh, selamat bermenye-menye di Part kali ini!
Semoga nemu kejutan lagi yah ????

Happy Reading

??????????

    

Semua kembali makan dengan hikmat dan bijaksana. Sampai pada akhirnya ucapan Ricard membuat semua orang disitu tersedak.

"Apa boleh aku menikahi Zeline minggu depan?" Pertanyaan polos dan santai dilontarkan Ricard pada kedua orangtua Zeline

Ternyata lagi-lagi kejutan datang menghampiri mereka terutama untuk Zeline.

'Crazy' batin Zeline

Semuanya segera menegak air minum untuk membantu menormalkan pencernaan mereka kembali. Zeline mendelikan matanya ke Ricard, namun pria itu mengabai-kannya.

Papa Zeline menatap lekat wajah Ricard, begitu pun pria itu. Keduanya saling bersitatap, baik Mama, Zeline, Zacco dan Cindy tidak ada yang berani menginterupsi keduanya.

"Kau mau menikahi Zeline minggu depan?" tanya Jacobs, Papa Zeline.

Ricard mengangguk mantap tanpa melepas pandangan-nya pada Jacobs.

"Tidak semudah itu anak muda," jawaban Jacobs membuat semua orang disana tercengang termasuk Ricard.

"Meskipun kau kaya raya dan memiliki semuanya, aku tidak akan mengizinkanmu menikahi anakku dalam waktu singkat," kata Jacobs.

"Kenapa demikian?" Ricard menuntut penjelasan lebih detail.

"Kita tidak berada di negeri dongeng. Zeline memiliki keluarga besar. Kau butuh mengenal mereka semua begitupun Zeline sebaliknya. Aku yakin, kau belum mengenalkan Zeline pada kedua orangtuamu, bukan? Pernikahan bukanlah hal yang main-main. Aku ingin anakku menikah sekali seumur hidup. Masih ada keraguan dalam mata Zeline saat ini, ketika kau mengajukan permintaan sebuah pernikahan padaku."

"Aku tidak melarangmu. Aku memberikan restuku untuk hubungan kalian, tapi untuk menikah minggu depan, tidak! Semua harus dipersiapkan dengan matang. Mungkin untuk menyiapkan pernikahan spektakuler bagimu hal yang sangat mudah, semudah kau mengedipkan mata. Tapi, mempersiapkan hati, keyakinan agar kau atau Zeline untuk saling setia. Bisa menerima satu sama lain dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing seumur hidup, tentu tidak bisa hanya dalam hitungan jam."

"Nikmati setiap proses hubungan yang baru kalian jalin saat ini. Jika kau sudah sangat mantap dan Zeline pun begitu. Aku tidak akan menunda-nunda pernikahan kalian berdua. Percayalah, aku akan sangat bahagia bisa menikahkan putri kesayanganku dengan pria pilihan hatinya," jelas Jacobs.

Marina, Mama Zeline mengambil telapak tangan Ricard untuk ia genggam. Pandangan Ricard kini beralih ke Marina.

"Benar apa yang dikatakan Papa Zeline. Tidak perlu terburu-buru. Semua butuh proses. Mama pun berpikir jika ini semua terlalu cepat untuk kalian. Kami orangtua memiliki kekhawatiran tersendiri. Bukan hanya ingin yang terbaik untuk Zeline tapi kami ingin yang terbaik untuk kalian berdua nantinya sampai dikemudian hari," ucap Mama Zeline.

Zeline menunduk meneteskan airmata harunya mendengar semua kalimat yang diucapkan kedua orangtuanya. Zeline pikir selama ini, kedua orangtuanya tidak memperdulikan dirinya yang hidupjauh dari mereka. Namun, nyatanya kasih sayang orangtuanya begitu besar untuknya. Mereka selalu menginginkan yang terbaik dari yang baik untuk kehidupan anaknya.

Zeline merasa sangat bahagia hari ini. Bahagia karena ia dibesarkan dan dididik oleh kedua orangtua yang memiliki pemikiran bijaksana dan selalu mengarahkan ia pada kebaikan meskipun sering kali ia salah langkah, orangtuanya selalu menarik langkah Zeline untuk berjalan dalam koridor yang benar.

Cindy pun meneteskan airmata mendengar ucapan Jacobs dan Marina. Ia begitu tersentuh akan semua penjelasan yang sarat dengan nasihat didalamnya.

"Baiklah kalau begitu. Aku menghargai apa yang kalian katakan. Tapi percayalah, aku serius ingin menikahi putrimu. Dan juga, aku pikir ada benarnya. Aku akan mengenalkan Zeline terlebih dahulu pada kedua orangtuaku. Aku juga akan meyakinkannya jika aku adalah pria terbaik untuknya," kata Ricard akhirnya.

"Aku yakin Zeline juga tidak begitu mengenalmu. Lebih baik kau kenalkan terlebih dahulu duniamu seperti apa. Agar wanitamu ini mengerti," tambah Marina.

Zeline memeluk erat Mamanya.

"Baiklah, akan aku lakukan semua nasihat kalian berdua. Terima kasih telah memberikanku restu untuk menjalani hubungan ini," kata Ricard dengan senyum cerianya.

"Ada satu hal lagi yang penting untuk kau ketahui," Jacobs kembali bersuara.

Ricard menatap Jacobs penasaran, begitu pun yang lainnya.

"Aku tidak ingin kau membobol gawang anakku sebelum kalian berdua resmi menjadi pasangan suami istri. Ingat itu!" Jacobs memberi peringatan keras.

Zeline memejamkan mata saat Papanya berkata demikian. Nyatanya kalimat keramat itu dilontarkan juga pada Ricard.

'Betapamenderitanya calon kakak iparku, tidak bisa bernananina dengan Kak Zel karenaancaman Papa, hahaha' cemooh Zacco dalam hatinya.

Zacco terkekeh mendengar peringatan Papanya. Ia tidak menyangka jika Papanya akan berucap demikian pada pengusaha kaya raya seperti Ricard. Zacco harusnya memberi applause pada Papanya karena masih setia menjadi orangtua yang memiliki pemikiran kolot di jaman modern seperti saat ini.

"Itu juga berlaku untukmu, Zacco! Awas saja jika aku mendapatkan kabar Cindy hamil karena perbuatanmu. Kupastikan aku akan memotong milikmu sampai habis. Camkan itu!" Jacobs memberikan peringatan pula pada anak laki-lakinya itu yang terbilang bandel dan keras kepala.

Semua orang disana tertawa, sedangkan Zacco menunduk kesal, spontan memegang miliknya.

'Sialan! Jika dipotong habis bagaimana aku bisa mengembangbiakan keturunanku. Tsk! Papa benar-benar kejam!' batin Zacco.

Mereka semua berpamitan untuk berpisah. Jacobs dan Marina akan melanjutkan untuk bertemu dengan klien mereka. Cindy dan Zacco sendiri memilih untuk menikmati waktu berduaannya mengelilingi New York. Sedangkan Ricard dan Zeline akan pergi berkumpul dengan teman-teman Zeline.

"Pastikan semua yang aku katakan bisa kau cerna dengan baik. Jaga putriku. Ingat! Jangan kau bobol dulu. Aku tidak rela punya cucu dari hasil jerih payah kalian bermain diluar sebuah pernikahan. Aku tidak segan memukuli wajah tampanmu itu," kata Jacobs sebelum ia naik ke mobilnya.

"Papa terlalu banyak memberikan nasihat. Sudah, cepat pergi nanti terlambat," usir Zeline dengan nada becanda.

"Dasar anak nakal! Selalu saja begitu jika diberi nasihat."

?????

Ricard menggenggam erat telapak tangan Zeline. Sebelah tangannya memegang stir, matanya fokus menatap jalanan. Hati Zeline menghangat, beruntung ia berkenalan serta bertemu dan kini menjalin kasih dengan pria yang cukup sabar sejauh ini menerimanya apa adanya.

"Aku akan mengatur waktu untuk pertemuanmu dan kedua orangtuaku. Mungkin dalam beberapa hari kedepan, sebab Daddy sedang berada di Ukraina," kata Ricard.

"Lusa aku harus kembali ke Indonesia. Aku punya beberapa jadwal yang tidak mungkin aku cancel," ucap Zeline.

Ricard mendesah mendengar kalimat yang diucapkan Zeline.

"Jadi kita akan kembali menjalani hubungan jarak jauh? Shit! Aku benci seperti itu. Aku ingin terus kau disampingku," kesal Ricard.

Zeline mengelus pipi Ricard lembut dan tersenyum.

"Bukankah kita berkenalan dan bertemu dengan cara seperti itu? Konsekuensi inilah yang harus kita hadapi."

"Tapi aku membencinya saat ini. Aku sudah terbiasa dengan kehadiranmu di sampingku setiap saat. God! Aku bisa gila memikirkanmu, jika kita kembali berpisah," resah Ricard.

"Kau terlalu berlebihan. Kita masih bisa video call dan juga berbincang kapanpun."

"Tapi aku tidak bisa memegang tanganmu seperti ini. Menciummu, memelukmu bahkan melakukan hal lain... Ah menjengkelkan."

"Tidak bisakah kau pindah saja kemari. Tinggalkan pekerjaanmu dan menetaplah disini bersamaku," pinta Ricard.

Zeline mendelik tidak suka mendengar ucapan Ricard.

"Tidak semudah membalikkan telapak tangan atau ucapanmu. Aku memiliki duniaku sendiri, dunia yang aku senangi. Tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Bagaimana jika aku yang memintamu untuk meninggalkan pekerjaanmu dan menetap bersamaku di Indonesia. Bukankah kau akan berpikir ribuan kali," kata Zeline.

Ricard menggenggam erat stirnya. Ia membenci situasi seperti ini. Apa yang orangtua Zeline katakan benar, mereka berdua belum saling mengenal satu sama lain lebih jauh. Ricard tidak menyangka jika Zeline begitu keras kepala, tidak bisa mengiyakan permintaannya begitu saja. Wanita itu selalu memiliki jawaban atas apa yang Ricard katakan.

Mencintai dan menjalani hubungan beda negara ternyata memang begitu rumit dan tidak semudah bayangan Ricard kemarin. Tapi ia akan bertekat membuat segala sesuatunya lebih mudah dan bisa diatasi. Ia akan segera mencari solusi dari masalah ini.

"Baiklah, kita akhiri topik ini sampai disini saja. Aku tidak ingin hari-hariku bersamamu dalam waktu singkat ini malah dipenuhi dengan percekcokan. Kita akan membicarakan hal ini lain waktu. Sekarang aku hanya ingin menikmati waktu bersamamu," ucap Ricard lalu mengecup punggung tangan Zeline.

Zeline tersenyum mendengar ucapan Ricard dan perlakuan manisnya. Hal sederhana yang diberikan pria itu selalu membuat wajahnya bersemu merona. Ia butuh waktu untuk berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk hubungan-nya kedepan bersama pria ini.

?????

??????????

"Rasanya aku tidak ingin pulang dan ingin selalu berada disini," ucap Mesya pada kedua sahabatnya dan suaminya.

"Aku pun sama. Hidupku bagai di negeri dongeng. Aku bisa membeli barang-barang mewah untuk koleksiku tanpa memikirkan membayar biaya hidup selama di sini," celoteh Vera.

"Pekerjaanku sudah menanti untuk dijamah di Jakarta, babe!" keluh Pradipta.

"Tsk! Aku mau nanti rumah kita dibangun seperti kamar hotel sekarang ini ya, baby. Setidaknya dengan begitu aku jadi merasa menginap di hotel mewah setiap hari," rengek Mesya manja pada Pradipta.

"Iya, babe. Everything for you," kata Pradipta me-nyenangkan hati istrinya.

Robert, gebetan Vera menyentuh tangan Vera dan mengedikkan dagu ke arah Fini. Vera mengikuti maksud isyarat yang diberikan Robert padanya. Vera mengamati tingkah Fini yang tidak seperti biasanya. Sahabatnya satu itu lebih banyak diam dan melamun. Ia juga menghabiskan waktu sepanjang hari di dalam kamarnya. Sangat bukan Fini.

Fini yang Vera bahkan dikenal orang itu adalah sosok wanita yang tidak bisa diam dan selalu ingin mengeksplor isi negara orang lain dan pastinya mencicipi cita rasa sosis pria bule berbeda disini.

Tapi kali ini, Fini mendadak menjadi Fini yang tidak Vera kenal. Saat ini, wanita itu hanya memandangi gelas berkaki satu yang panjang berisi vodca. Fini juga sama sekali tidak menimpali percakapan antara Mesya, Pradipta dan Vera.

"What's wrong with you?" tanya Vera sambil menyenggol lengan Fini, seakan tersentak dan sadar dari lamunannya Fini berdecih kesal.

"Kau membuyarkan lamunanku. Fuck!" Fini berdiri dan berpindah tempat memojok, duduk tepat di depan meja bar.

Saat ini, Mesya, Fini, Vera, Pradipta dan Robert berada di Boucherie Park Avenue South. Tempat mereka akan makan malam dan menghabiskan waktu bersama untuk berbincang-bincang. Zeline dan Ricard akan ikut serta bergabung dengan mereka semua. Restoran ini juga atas rekomendasi dari Ricard. Tempat makan yang mewah dan berkelas, tentu saja.

Vera dan semua orang yang berada disitu memandang Fini yang tiba-tiba berubah. Umpatan kasar yang keluar darinya terdengar begitu emosional. Sangat bukan Fini yang mereka kenal. Semua yang di sana saling bertatapan, bertanya apa yang terjadi dengan Fini.

"Kenapa dia?" tanya Mesya pada Vera.

Vera mengedikkan bahu tak acuh. Kesal dengan umpatan yang dikeluarkan oleh Fini. Padahal niatannya hanya ingin bertanya mengapa dia hanya diam saja, tapi respon yang diberikan begitu kasar.

"Biarkan saja dulu. Mungkin Fini sedang ingin sendiri," ucap Pradipta menenangkan istrinya.

Robert berusaha mengajak Vera berbincang. Mengalihkan kekesalan wanita itu, jika tidak, maka rasa kesal wanita itu akan berimbas pada semuanya. Robert sangat mengenal sifat Vera yang mudah tersinggung dan moody-an.

??????????

Kalem-kalem dulu brooo, sist !!
Konflik itu gak melulu gontok2an yah...
Kalo baca bener2 semoga nemu yang Shin maksud Konflik di dalem cerita ini!

????????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience