maaciuw untuk Silent readers yang satu per satu mukanya nongol di kolom komentar Shin dan juga maaciuw buat semua Followers baru Shin ya ????
Ketchup manjhaaa dari Shin buat kalian semua
??????
Happy Reading!
??????????
Zeline berhasil menghindari godaan setan berwajah malaikat yang berada di ruang tengah apartemennya. Wanita itu memilih untuk menyibukan diri dengan merias diri di dalam kamar. Tidak sulit bagi Zeline yang sudah terbiasa dengan berbagai macam alat make up, namun ia tidak pernah mengaplikasikan make up yang terlalu mencolok bahkan berlebihan di wajahnya sendiri. Ia lebih suka make up yang flawless.
Saat ini, Zeline sudah tampak cantik memukau dalam balutan gaun hitam panjang, yang berbelahan panjang sampai ke paha dengan model sabrina yang memperlihatkan sebagian ruas leher dan dadanya. Jika kemarin malam ia tampil sederhana, berbeda dengan hari ini. Zeline tampak all out dalam berpenampilan. Ia bisa saja memakai gaun putih miliknya yang menjuntai panjang, namun ia tidak ingin menyaingi Mesya yang tentunya akan memakai wedding dress berwarna putih.
Bisa-bisa ia yang akan disangka akan menikah di depan altar bersama... Bersama Fello kah? Ah, otaknya kembali lagi pada pria itu. Zeline jadi penasaran apa yang dilakukan pria itu di luar, apakah sudah bersiap-siap atau masih memamerkan otot perutnya yang seperti roti sobek.
Zeline keluar kamar, mencari-cari keberadaan Fello. Pria itu ternyatasedang berdiri memandang kemacetan Ibukota. Fello membalut tubuh atletisnyadengan black suit dipadu dengan pita kupu-kupu. Penampilanpria itu membuat Zeline tertegun akan kadar ketampanan Fello. Sungguh, jikaFello memilih untuk menetap di Indonesia, bisa dipastikan ia akan mendapattawaran menjadi bintang sinetron atau pemain film dan juga model.
"Ha...hai," sapa Zeline gugup.
Fello menoleh, pria itu terlihat membeku di tempat. Zeline tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan pria itu. Pandangan Fello lurus ke arahnya. Zeline mengamati penampilannya, dari bawah ke atas. Sepertinya, ia memakai sesuatu yang biasa saja.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Zeline merasa hilang kepercayaan dirinya.
?????
Tidak ada yang bisa dilakukan Ricard, selain membuat kopi dan menyiapkan sarapan untuknya dan Zeline. Namun, kelihatannya wanita itu sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Mungkinkah, Zeline menghindarinya.
Selesai menikmati secangkir kopi dan sepiring pasta keju, Ricard melirik jam yang menempel di dinding. Sebaiknya ia bersiap, ia yakin Zeline juga tengah bersiap, karena terdengar suara sedikit berisik dari dalam kamarnya dan Ricard tidak ingin mengganggunya sama sekali.
Kemeja putih dibalut dengan jas dan celana setelan yang tentunya merupakan merek ternama yang harganya fantastik. Ricard lupa untuk menyiapkan jas biasa. Tapi, sudahlah, sepertinya Zeline bukan tipikal wanita yang haus akan kekayaan. Ia akan menunjukkan pada Zeline jati dirinya yang sebenarnya ketika Zeline resmi menjadi kekasih bahkan saat mengiyakan permintaan menjadi Nyonya Ricardo Fello Daniello.
Ricard menunggu Zeline keluar dari kamarnya dengan memandang lalu lalang kendaraan di jalan yang berada di bawah apartemen Zeline. Hiruk pikuk Ibukota Indonesia ini tidak begitu mencengangkan, karena Ricard telah terbiasa hidup di New York yang juga padat lalu lintasnya.
Pintu kamar Zeline terbuka namun, Fello berpura tidak mendengar dan tetap fokus pada pemandangan yang dilihatnya sampai pada akhirnya Zeline menyapanya.
Ricard menoleh dan ia kehilangan kata-kata saat melihat penampilan Zeline. Di depannya sedang berdiri sosok wanita cantik yang memakai gaun hitam panjang dengan memamerkan leher dan sebagian dada putihnya.Ricard pikir ia sedang bertemu bidadari.
Wanita itu sibuk mengamati dirinya, membuat Ricard gemas ingin segera mencium bibir merahnya. Nalurinya sebagai seorang pria normal tentu saja muncul begitu saja. Tubuh Zeline terlihat begitu sempurna dan seketika Ricard kembali mengingat pose tidur Zeline.
Ricard melangkah mendekati Zeline tanpa berucap apa pun. Wanita itu hanya menatap Ricard bergeming dari tempatnya.
"You look so pretty," ucap Ricard tepat di depan wajah Zeline.
Zeline membulatkan kedua matanya dan pipinya merona saat mendengar pujian dari Ricard.
"Be-benarkah? Tidak ada yang salah dengan penampilanku saat ini kan?" tanya Zeline pelan.
Ricard mengambil sejumput rambut coklat terang milik Zeline yang menjuntai menutupi sebagian lehernya. Menyibaknya kebelakang, sehingga sepenuhnya leher serta tonjolan dada Zeline terlihat.
Jemari Ricard menyusuri wajah Zeline, mulai dari dahi, hidung dan berakhir di bibir. Wanita itu memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang diberikan Ricard padanya.
"Can i kiss you?" bisik Ricard tepat ditelinga kiri Zeline.
Deru napas Ricard menyapu di sekitar wajah Zeline. Wanita itu hanya diam dan menutup matanya. Ricard berpikir Zeline sudah memberinya lampu hijau.
Dengan hati-hati, Ricard mendaratkan bibirnya pada bibir Zeline. Ia tidak ingin terburu-buru dan merusak tampilan wanita itu. Ciuman lembut sarat dengan ketulusan yang diberikan Ricard pada Zeline.
Setidaknya, Ricard harus bisa mengontrol dirinya saat ini, ketika berada di sekitar Zeline. Gairahnya meningkat drastis dan juga keinginan untuk menjamah setiap inci tubuh Zeline selalu muncul dalam pikirannya. Zeline berbeda dengan wanita-wanita yang pernah ia temui bahkan yang pernah berhubungan dengannya.
Zeline selalu berhasil membuatnya penasaran dalam hal apapun. Ricard menjauhkan tubuhnya dan menyatukan dahi mereka. Ditatapnya wajah Zeline yang masih memejamkan matanya.
"DAMN! U're fucking hot!" umpat Ricard pelan.
Zeline mendongak dan kedua mata pasangan itu saling bertatapan.
"Please, be my girl and my wife!" bisik Ricard.
?????
Sentuhan pelan yang diberikan Fello padanya membuat Zeline terbuai. Begitu terlatih pria itu sepertinya untuk membuat cenat cenut hati seorang wanita yang lemah akan pesona ketampanan dan tubuh atletis berdada bidang.
Fello meraba sekitar wajahnya dan menciumnya dengan penuh kelembutan. Zeline pikir mereka akan mengulang ciuman panas seperti di dalam mobil malam itu. Namun, kenyataannya Fello menciumnya dengan sangat hati-hati. Zeline begitu terbuai dan terhanyut dalam ciuman itu.
Seakan candu, ia merasa tak rela saat Fello melepaskan pangutan mereka berdua. Zeline mendadak jadi wanita pasrah di hadapan pria bule macam Fello. Kejutan kembali datang pagi ini.
Bisikan angin surga kembali berhembus di telinganya. Fello lagi-lagi meminta dirinya agar mau menjadi kekasih dan juga istrinya. Apa sebegitu yakin, pria itu padanya. Ia bahkan belum tahu, jika Zeline adalah salah satu wanita perawan di zaman modern seperti saat ini. Bukan hanya itu, ia juga memiliki riwayat genophobia, suatu ketakutan untuk melakukan hubungan intim. Zeline takut jika Fello mengetahui pobianya, pria itu akan berubah pikiran.
"How?" bisik Fello lagi di dekat telinganya.
Zeline menatap lekat pemilik kedua bola mata abu-abu itu.
"Banyak hal yang belum kau ketahui tentangku. Aku takut kau akan kecewa!" ucap Zeline lirih.
Fello menggeleng, menanggapi ucapan Zeline padanya.
"I don't care. I just know, i'm fallin love with you," ucap Fello meyakinkan.
"Okay! I'm your!" putus Zeline.
Sebagai wanita normal, tentu Zeline tidak akan menyiakan kesempatan yang datang padanya. Seorang pria super tampan, whatever mengenai pekerjaannya. Uang bisa dicari bersama menurut Zeline namun, keturunan tentu tidak bisa dianggap sepele. Seandainya ia memiliki anak nanti, ia ingin anaknya menjadi cantik atau tampan tentunya. Jadi menurutnya, kualitas ketampanan seorang pria merupakan hal mutlak nomor satu menjadi kriteria mencari pasangan.
Zeline menyingkirkan sejenak mengenai pobia-nya. Sekarang yang ia tahu hanya ia resmi melepas masa jomlo-nya dan memiliki kekasih yang super tampan.
Fello kembali mencium bibir Zeline ketika wanita itu menjawab pernyataan cintanya. Senyum terpatri di kedua wajah pasangan tersebut. Zeline membenahi letak dasi kupu-kupu milik Fello, sebelum mereka berdua pergi dengan bergandengan tangan menuju gereja tempat pemberkatan Mesya dan Pradipta.
?????
Bukan kedua pasang pengantin yang menjadi pembicaraan para tamu undangan, melainkan kehadiran Ricard dan Zeline. Ingin rasanya Zeline mencongkel satu persatu mata wanita yang secara terang-terangan menatap penuh minat kekasihnya. Ya, Fello resmi sudah menjadi kekasihnya. Selain menyenangkan memiliki kekasih tampan untuk diri sendiri namun disisi lainmenyebalkan jika kekasihnya menjadi pusat perhatian para wanita yang matanya jelalatan.
Vera menarik lengan Zeline paksa. Mau tidak mau, Zeline melepaskan sejenak pegangannya di tangan Fello.
"Astaga, Vera! Kau ini kenapa?" hardik Zeline.
"Kau mau mengacaukan pernikahan Mesya, yah?" tuduh Vera.
Zeline melirik sinis, "Aku tidak segila itu. Bagaimana mungkin kau bilang aku mau mengacaukan pernikahan Mesya!"
"Kau mendandani pria bule mu dengan begitu tampan, aku yakin Pradipta akan kalah tampan dengan bule itu. Astaga, seperti tertukar saja pengantin hari ini." Vera mengurut dahinya dan Zeline hanya menggeleng.
"Zeline!" pekik Fini.
"God! Bule-mu membuat selangkanganku berkedut dan becek seketika! Ya lord! Dia teramat tampan! Jika kau tidak mau dengannya, aku dengan senang hati menampungnya," ucap Fini dengan menggebu dan vulgar membuat Zeline segera membekap mulut Fini dengan telapak tangannya.
"Jangan ganggu kekasihku!" ucap Zeline dengan penuh penekanan.
Fini dan Vera melotot tak percaya, "Really? Kau... kau sudah jadian dengannya?"
"Kau akan melakukan Nananina secepatnya berarti. Oh, Tuhan! Terima kasih, sahabatku sebentar lagi tidak akan menjadi perawan," ucap Vera.
"Kau sudah memegang sosisnya? Bagaimana rasanya? Keras? Besar? Panjang? Berurat? Shit! Rahimku kembali memanas," timpal Fini.
"Kurasa priaku yang terbaik. Ia memiliki kualitas sosis super, pria berkulit hitam tentu lebih terkenal begitu memuaskan," bangga Vera.
"Halah, sosis milik priamu seperti sosis bakar. Aku sama sekali tidak berminat meskipun diberi secara cuma-cuma. Warnanya hitam tidak menggairahkan."
Dan terjadilah percekcokan kecil antara Fini dan Vera mengenai sosis. Zeline memilih untuk beranjak dari sana dan kembali lagi menyaksikan jalannya pernikahan Mesya dan Pradipta dengan hikmat.
Zeline menatap Fello yang begitu fokus memperhatikan segala urutan acara pernikahan sampai pada saatnya pengucapan janji suci di hadapan Tuhan. Fello menggenggam tangan Zeline erat dan mengecupnya.
"Soon, kita akan berdiri di sana juga. Kau mau kan?" bisik Fello.
Zeline menatap lekat pria yang dikenalnya hanya dalam hitungan bulan dan baru bertemu secara langsung hanya dalam hitungan jam ini. Pria yang menawarkan pernikahan padanya di awal pertemuan. Zeline memilih untuk tidak menjawab apa pun.
"Besok kau bekerja?" tanya Fello lagi.
Zeline menggeleng, "Tidak, memangnya kenapa?"
"Tunjukkan aku di mana Bali. Aku ingin ke sana," ucap Fello dan seketika pikiran kotor menerjang otak Zeline.
************
Share this novel