20 - Kejutan dariZeline

Romance Completed 40057

Semoga Kalian suka part ini!
Gak ada yang bilang gantung lagi..

Shin selalu menantikan komen kalian yang panjang segambreng di Kolom komentar ini
????????

Happy Reading

????????

    

Setelah ciuman menggebu itu berakhir, baik Ricard maupun Zeline sama-sama sibuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Zeline mengatur napasnya yang tersengal seperti habis maraton. Pandangannya menajam pada Ricard. Tanpa aba-aba, telapak tangannya mendarat di wajah tampan Ricard. Ricard yang sangat tidak siap itu tercengang melihat apa yang dilakukan Zeline padanya.

"Hadiah untuk paksaanmu!" desis Zeline.

Pria itu memegangi pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan Zeline. Belum sempat Ricard berkata-kata, Zeline kembali menyela.

"Dimana kamar untuk beristirahat? Aku lelah, badanku lengket. Ah-tanggungjawab, siapkan aku pakaian karena aku tidak mau tidur dengan pakaian ini lagi. Ingat,  ini adalah akibatkarena kau semena-mena padaku," perintah Zeline pada Ricard.

Pria itu kehilangan kata-kata menghadapi tingkah tak terduga dari seorang Zeline.Ricard tersenyum kecil melihat Zeline berjalan mengamati isi penthousenya.

"Kenapa kau masih diam di situ? Kau tidak mendengar ucapanku?" ucap Zeline dengan bersedekap dan menyandar dipinggiran tangga.

"Naik saja tangga itu, pintu pertama, itu kamarku. Kau bisa menggunakan apa pun yang ada di sana." Ricard memberi arahan.

Tanpa menunggu lama,  wanita itu bergegas menuju kamar yang telah ditunjukan oleh kekasihnya. Zeline mengamati isi kamar pria itu. Tidak ada yang mencurigakan, sepertinya kamar ini hanya dibuat sebagai tempat untuk beristirahat pada umumnya. Ia butuh mandi, menyegarkan pikirannya setelah banyaknya kejutan luar biasa yang didapatnya.

Zeline melamun saat berendam di dalam bathtub. Ia berpikir apakah ia siap menjadi kekasih dari seseorang triliuner?Tentu kehidupannya akan berubah mengikuti segala kebiasaan pria tampan nan kaya raya itu. Zeline tidak haus kekayaan, bahkan ia pening memikirkan semua ini.

Tapi putus dari pria yang baru beberapa hari menjadi kekasihnya, sungguh keterlaluan. Apalagi dengan alasan yang tidak logis, karena Ricard adalah seorang triliuner.

"Percuma saja jika aku ingin putus atau pergi dari pria itu, hanya buang-buang tenaga dan menguras emosi. Dia pria posesif, pengatur dan tidak mau dibantah. Lagi pula, tidak ada pengaruh juga kekayaannya padaku," gumam Zeline.

"Mau dia kaya, mau dia biasa saja. Bukankah aku tetap menjadi Zeline Zakeisha yang memiliki penyakit genophobia. Jadi, kurasa semua akan baik-baik saja. Jika dia macam-macam akan kulaporkan ke polisi," ucap Zeline pada dirinya sendiri.

Pada akhirnya Zeline memilih untuk tetap berpikiran positif terhadap hubungannya. Selain ia takut dengan kemarahan pria itu, ia juga merasa tidak ada hal yang bisa mempengaruhinya jika berhubungan dengan seorang Ricard.

Zeline keluar kamar mandi setelah menyudahi ritual berendam dan mandinya. Ia membuka walk in closet milik Ricard, karena dikamar itu ia tidak menemukan koper miliknya. Mengambil sebuah kemeja putih dan celana dalam Fello lalu dengan terpaksa ia melepaskan branya, karena ia tidak ingin memakai bra yang sudah dipakainya seharian.

Tubuhnya sudah kembali segar, perutnya sudah kenyang hanya tinggal matanya yang membutuhkan asupan. Sebelum itu, Zeline akan keluar, mengecek pria tampan kaya raya yang berstatus kekasihnya, apakah masih baik-baik saja setelah mendapatkan tamparan darinya.

Mata Zeline berjelajah keliling ruangan dan menemu-kan seorang pria yang tengah sibuk dengan laptop. Zeline meyakini jika pria itu tengah bekerja, mengingat Ricard adalah seorang pemimpin perusahaan besar berskala Internasional.

''Apa seorang CEO perusahan, triliuner, tidak punya uang untuk membeli baju?Kenapapria itu suka sekali hidup tanpa baju. Apa dia tidak sadar jika masih ada wanita perawan yang tidak tahan untuk membelai ototnya. Demi Tuhan, kenapa otakku mendadak seperti Fini!'batin Zeline.

Tiba-tiba Zeline mengingat kejadian di Bali waktu itu. Kini tubuhnya mendadak merasa panas. Bagian paling sensitifnya berdenyut, sensasi yang ia rasakan saat pertama kali mendapatkan pujian dari Ricard.

Zeline menggeleng pelan. Menepis semua pikiran kotornya, kenapa ia berubah menjadi Fini dan Vera yang selalu memiliki otak cabul.

"Mau sampai kapan kau berdiri di sana?" Suara berat yang Zeline kenali membuyarkan lamunan kotornya.

Seketika Zeline tersadar jika ia turun untuk meminta Ricard menunjukkan keberadaan kopernya.

Zeline melangkah mendekati Ricard yang kini telah memindahkan laptop dari atas perutnya ke meja di sampingnya. Pria itu memandang Zeline dengan tatapan menggoda nan mesum.

"Kau seksi," ucap Ricard.

Tentu saja Zeline terlihat seksi, ia hanya memakai kemeja putih yang cukup tebal tanpa bra dan celana dalam milik Ricard. Hanya pria tidak normal yang tidak mengatakannya seksi..

"Kau kemanakan koperku? Aku tidak melihat sehelai pakaian wanita ada di walk in closet mu, jadi dari pada aku harus memakai handuk sepanjang hari, lebih baik aku memakai salah satu kemeja mahalmu dan celana dalam sialan ini," kata Zeline.

Ricard menunjukkan smirknya. Tanpa ingin beranjak dari tempat duduknya, Ricard menanggapi ucapan kekasihnya.

"Aku suka kau seperti ini." Zeline mendengkus mendengarnya.

"Lagi pula, untuk apa aku menyimpan pakaian wanita di lemariku. Tidak ada wanita yang pernah kubawa kemari selain kau, bahkan ibuku pun tidak pernah kemari," kata Ricard santai.

"Whatever! Jadi di mana koperku? Aku membutuhkan-nya, aku tidak nyaman memakai celana dalammu ini, Oh astaga!" keluh Zeline.

"Aku punya satu syarat sebelum aku memberitahu di mana kopermu, jika kau memenuhi persyaratanku, aku akan segera memberitahunya." Ricard mengajukan persyaratan.

Zeline mengumpat dalam hati, 'Seperti sedang ikut kuis, ada syarat dan ketentuan yang berlaku'.

'Jangan bilang juga jika syaratnya, -aku mau kau menciumku-. Jika Ricard mengatakan itu, tentu saja aku akan berlari secepatnya, duduk dipangkuannya menciumnya dengan ganas sambil meraba otot-otot dada dan perutnya.Oh, Zeline! Kau sudah gila ternyata!Apa-apaan isi otakku ini,' Zeline sibuk dengan batinnya sendiri.

Demi sebuah koper, Zeline terpaksa menuruti persyaratan yang diajukan Ricard padanya. Toh, Zeline yakin pria itu hanya akan meminta ciuman seperti tadi sebelum ia mandi dan terkurung dalam penthouse mewah ini.

"Jadi apa syaratnya?" tanya Zeline.

Ricard berjalan mendekat, alarm bahaya berbunyi di kepala Zeline melihat pergerakan pria itu. Sampai pada akhirnya Ricard berdiri menjulang di depan Zeline. Zeline tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya.

?????

Jika wanita di luar sana, mereka akan sibuk memuja-muja bahkan menempel terus menerus pada seorang pria semacam Ricard yang hampir mendekati kata sempurna ketika sudah menjadi kekasih. Namun, hal berbeda yang dilakukan Zeline. Wanita itu malah takut dengan kenyataan, kekasihnya adalah seorang triliuner, CEO tampan dan kaya raya.

Penilaian Ricard terhadap Zeline pun meleset. Tidak sesuai dengan perkiraannya. Ia pikir Zeline yang terlihat dari luar akan bersikap lemah lembut tapi kenyataannya wanita itu adalah wanita pemberani yang tidak gentar melawan ketika ditindas seseorang.

Sebagai contoh adalah kejadian tadi sore ketika Zeline bertemu dengan Lidya. Ibu Steven, seorang pengusaha pakaian merek ternama dan juga sosialita dunia yang berteman baik dengan ibunya, sangat terkenal dengan kesinisannya dalam berbicara dan menilai seseorang.

Kebanyakan wanita Steven akan mengkeret saat mendengar sindiran kasar yang dilontarkan oleh mulut tajamnyadan memilih untuk meninggalkan Steven karena tidak tahan. Ricard belum pernah menemukan atau melihat secara langsung, wanita yang diremehkan ibunya Steven akan membalas dengan lantang tanpa rasa takut seperti yang dilakukan kekasihnya.

Ricard pikir Zeline akan menangis dan meminta bantuannya untuk menghentikan mulut kejam ibunya Steven, nyatanya tidak. Wanita itu tidak membutuhkan bantuannya sama sekali. Ricard tersenyum bangga, ia merasa tidak salah pilih wanita untuk mendampingi hidupnya kelak di masa depan.

Ia membutuhkan wanita cantik namun tidak lemah. Mengingat akan ada banyak serangan kejam mulut orang-orang yang tidak menyukai dirinya atau keluarganya dikemudian hari.

Hal lain juga yang membuat Ricard tercengang adalah reaksi Zeline saat Ricard membongkar identitasnya. Pria itu pikir, Zeline akan berlari memeluknya dan mengatakan jika ia mau menikah dengannya segera. Ekspetasinya adalah Zeline ingin segera pergi darinya dan memberikan bonus tamparan pada pipi mulusnya.

Kejutan yang sangat manis yang diberikan Zeline. Bukan Ricard namanya jika membiarkan wanita itu pergi darinya begitu saja. Ricard tidak akan dan tidak mau kehilangan Zeline begitu saja. Ia akan melakukan apa pun agar tidak kehilangan wanita itu meskipun dengan cara memaksa atau cara kasar lainnya jika Zeline terus keras kepala.

Setelah menampar Ricard, wanita itu seolah tidak terintimidasi atau takut sama sekali, malah santai ingin membersihkan tubuhnya. Ricard membiarkan wanita itu melakukan apa pun yang diinginkannya, karena Ricard sudah menyita kopernya.

Hampir satu jam Zeline tidak keluar dari kamarnya. Ricard pikir wanita itu tengah menangis tersedu-sedu tapi lagi-lagi seolah membalas kejutan yang sering diberikan Ricard. Zeline turun lewat tangga dengan pakaian yang WOW, Ricard harus menelan ludah susah payah dan segera berpaling berpura-pura tidak melihatnya, fokus pada laptop yang ia letakkan di atas perutnya.

Wanita itu dengan santainya turun memakai kemeja putihnya dan Ricard tidak berani menebak apa yang dipakai dibaliknya atau malah sebaliknya, Zeline tidak memakai apa pun.

'Shit! Jika saja, Zeline tidak memiliki fobia, aku sudah akan membantingnya segera ke atas kasur dan mengajaknya bermain kuda-kudaan'.

Ricard menahan diri agar tidak terpancing gairahnya untuk menerkam Zeline.

Suara sapaan keras terlontar dari bibir seksi Zeline. Ia menanyakan perihal keberadaan kopernya. Dan kenyataan yang begitu menggemaskan, wanita itu kini memakai celana dalamnya. Ricard tidak tahu, jika wanita di depannya ini adalah wanita yang kelewat jujur dan polos.

Mengajak Zeline bermain-main sepertinya akan sangat menarik. Ricard sengaja mengajukan satu syarat yang membuat wanita itu tampak berpikir keras demi mendapatkan kopernya. Setelah 10 menit berpikir menimbang persyaratan yang diajukan Ricard, Zeline akhirnya mengiyakannya.

Sungguh, menggoda Zeline adalah hal yang akan menjadi favorit Ricard mulai saat ini. Wanita itu akan mendadak diam dan merona ketika Ricard mendekatkan dirinya. Keberanian Zeline seketika menciutdan itu benar-benar menggemaskan.

"Jadi apa syaratnya?" Saat mendengar pertanyaan yang diajukan Zeline membuat senyum merekah di wajah Ricard.

Memandang wajah gugup, pipi merona Zeline membuat Ricard berbunga-bunga bahagia. Ia menatap wajah kekasihnya itu dengan tatapan hangat dan dalam.

Ricard menundukkan kepalanya dan Zeline memejam-kan mata serta menahan napasnya. Melihat hal itu rasanya membuat Ricard nyaris terkekeh.

"Syaratnya adalah..." Ricard sengaja menjeda ucapan-nya.

"Ap-ap, apa syaratnya?" tanya Zeline gugup tanpa mau membuka matanya.

"Bawa aku menemui orangtuamu besok," bisik Ricard.

Setelah mendengar bisikan Ricard, Zeline segera membuka mata dan membulatkan  matanya  menatap Ricard.

"Hanya itu?" tanya Zeline memastikan.

Ricard mengangguk tanpa ingin menggeser tubuhnya barang seinci-pun.

"Kau keberatan?" Ricard bertanya balik.

"Stupid! Bukankah tanpa kau mengajukan persyaratan bodoh itu, aku memang akan pergi menemui orangtuaku, bahkan jika aku tidak memperbolehkanmu ikut, kau tetap akan memaksa ikut, bukan?" gusar Zeline.

"Persyaratan bodoh!Cepat minggir dan mana? Cepat kembalikan koperku!" Zeline mendorong tubuh Ricard agar menjauh darinya namun bukannya menjauh Ricard malah membopong tubuh Zeline ala bridal style.

"HEI!!! Apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku! Ricardo Fello Daniello... Jangan becanda!" Teriakan serta omelan Zeline diabaikan Ricard, ia tetap saja berjalan menaiki satu per satu anak tangga menuju kamarnya. Kamar satu-satunya yang ada di dalam penthouse itu.

?????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience