Part ini lempeng doang kok, jadi kalian bisa tenang dan bobo nyenyak ntar gak gentayangi Shin lagi
????????
*berdoa yg banyak!
Komen yang banyak dong!!!
Happy Reading!
Jangan lupa Follow akun instagram Shin
[ Akubebbyshin ]
??????????
"Baiklah..." ucap Ricard.
Senyum lebar ditampilkan oleh Mr Gordon mendengar ucapan Ricard. Steven melotot mendengar ucapan Ricard, jantungnya berdebar kencang melebihi saat ia merasakan jatuh cinta.
"Steven..." panggil Ricard dan Steven dengan cepat menoleh.
"Siapkan surat untuk agensi yang menaungi Patricia Gordon. Aku ingin ia dikeluarkan dari sana. Hubungi seluruh pihak yang sudah mengontrak Patricia Gordon, suruh mereka semua membatalkan kontraknya," ucapan santai yang dikatakan Ricard seketika melenyapkan senyuman di wajah Mr Gordon.
Steven kembali menganga mendengar perintah ekstrem yang diberikan padanya. Ricard yang ia kenal, tidak pernah melakukan hal-hal kejam seperti saat ini.
"Bagaimana Mr Gordon? Apakah perintah saya pada assisten saya membuat anda terkesan?" tanya Ricard santai dengan menyandarkan tubuhnya di kursi kebanggaannya.
Mr Gordon menggertakan giginya, tatapannya menajam saat menatap Ricard yang tengah tersenyum samar padanya. Ricard benar-benar berhasil mengguncang pikirannya, priamuda itu bisa membalikkan keadaan dengan tenang dan santai.
"Kau!" geram Mr Gordon.
"Itu harga sepadan dengan pembatalan kerjasama kita."
"Anakmu, Patricia Gordon berada dalam sebuah agensi di bawah naungan perusahaanku. Beberapa pihak yang mengontraknya juga 97% merupakan perusahaan yang ada andil saham Daniello's Corp. Jadi, aku pikirakan sepadan dengan hasil yang akan aku dapat jika aku memecatnya."
"Dan lagi, akan kupastikan. Tidak ada brand atau perusahaan besar yang mau menerimanya sebagai model atau memberinya pekerjaan. Aku akan memblacklist nama anakmu itu," kata Ricard dengan senyum yang mengembang lebar.
Mr Gordon menggeram setelah mendengar ancaman Ricard yang diucapkan dengan nada santai namun tepat sasaran. Dirinya ternyata salah untuk bermain-main ancaman pada seorang Ricardo F Daniello.
"Baiklah! Kita sepakat melanjutkan kerjasama itu tanpa syarat apa pun. Aku akan menandatanganinya. Tapi ingat... Jangan lakukan apa pun pada karir putriku!" desis Mr Gordon dengan emosi tertahan.
Ricard hanya tersenyum sambil mengelus dagunya.
"Kau memang licik dan brengsek!" umpat Mr Gordon.
Steven tersentak saat mendengar Mr Gordon berani mengumpat Ricard. Ricard yang mendengarnya tertawa keras. Ia sangat bahagia mendengar ucapan Mr Gordon itu.
"Terima kasih atas pujianmu, Mr Gordon! Aku tersanjung."
Steven menyodorkan sebuah map berisi kontrak perjanjian kerjasama yang telah disetujui oleh Mr Gordon untuk segera ditandatangani. Ricard tersenyum puas saat Mr Gordon menorehkan tinta tanda tangan di atas kertas itu.
Jangan bermain api dengannya jika tidak ingin terbakar. Bukan kali pertama, sebuah kerjasama kerja dibumbuhi dengan perjodohan konyol seperti saat ini. Cukup sekali ia melakukan perjodohan, ia bukan anak kecil yang tak mampu mencari wanita untuk menjadi pendampingnya.
Mr Gordon terlihat sangat terpaksa untuk membalas jabatan tangan yang diulurkan oleh Ricard. Pria setengah baya itu masih dalam keadaan kesal. Ia bahkan tidak mengatakan apa pun dan segera beranjak keluar ruangan bersama dengan dua asistennya meninggalkan Ricard dan Steven.
Ricard pikir semua akan berjalan alot dan bertele-tele namun cukup satu jam ia bisa menyelesaikan sesuatu yang benar-benar cukup menyita pikirannya. Akhirnya, perusahaannya akan tetap berdiri kokoh, semakin berkibar dengan pemasukan yang luar biasa setiap bulannya.
"Kau benar-benar membuatku jantungan, Bro!" Ricard menoleh ke arah Steven.
"Aku pikir, kau akan begitu saja menyetujui persyaratan abal-abal dari pria tua bangka itu. Sebaliknya, kau malah mempermainkannya. Aku benar-benar mengagumimu, Big Boss!" Steven bertepuk tangan untuk keberhasilan Ricard.
"Aku tidak suka diperintah, bukankah kau tahu itu. Lagi pula, aku tidak membutuhkan wanita lain, meskipun pada dasarnya Patricia Gordon adalah wanita yang cantik. Tapi, kekasihku jauh lebih segalanya dari wanita itu," ucap Ricard menerawang.
Steven berdecak kesal, "Yah, yah, yah! Ucapan picisan dari seorang yang tengah kasmaran."
"Membayar mahal seorang hacker hanya untuk menghapus data-data dirimu dari Internet, tapi belum ada tiga hari kau bertemu dengan wanita itu, kau sudah membongkarnya. Menunjukkan kepadanya betapa ber-kuasanya dirimu. Kau sangat plin plan," sindir Steven.
"Itu semua kulakukan karena permasalahan ini. Kau pikir aku sudah gila, mau kehilangan jutaan dollar begitu saja. Aku memiliki kewajiban untuk memberi makan ribuan karyawan yang berkerja di bawah perusahaanku. Lebih baik aku membongkar identitasku dibanding aku gagal dalam mendapatkan kerjasama yang sudah lama kuidamkan itu," jelas Ricard.
"Percuma saja aku berdebat denganmu. Kau memiliki argumen yang jauh lebih baik. Oh iya, kudengar kau membawa wanitamu kemari. Para karyawan di lobi sangat histeris melihat big boss-nya bersama seorang wanita menggandengnya posesif," ejek Steven.
"Aku meminta ia menunggu di ruanganku,"kata Ricard.
"Kau tidak ingin memperkenalkannya padaku?" tanya Steven.
"Tidak! Aku benci matamu yang akan jelalatan padanya nanti," ucap Ricard tegas dengan mata yang terfokus pada sebuah dokumen ditangannya.
"Oh, Shit! Aku tidak akan mengambil milikmu, bro. Aku hanya ingin tahu, bagaimana rupa wanita yang bisa membuat sahabatku bertingkah bodoh dan plin plan seperti saat ini."
"Sialan! Daripada kau mengoceh tentang kekasihku, lebih baik berikan mana saja dokumen yang harus aku pelajari dalam satu jam ke depan ini. Setelah ini, aku akan pergi mengantar kekasihku menemui orangtuanya," jelas Ricard.
Tampaknya Steven tidak tertarik mengikuti perintah yang diberikan Ricard padanya, ia sungguh tertarik pada kalimat terakhir yang Ricard barusan sampaikan.
"Hell, No! Kau akan pergi menemui orangtuanya? Kau serius, Ri? Hahaha... leluconmu sangat lucu," kata Steven.
Ricard menatap tajam Steven, namun yang ditatap seolah acuh tak acuh.
"Aku bahkan sudah melamarnya," kata Ricard santai.
"What! Dia menerimamu? Oh Shit! Kau gila." Steven mengacak-acak rambutnya saat mendengar ucapan yang dilontarkan Ricard.
Menurutnya, Ricard benar-benar kini menjelma menjadi pria nekat yang sangat tidak dikenalinya. Komitmen seserius itu, diajukannya seperti ia mengajukan permintaan makan siang pada pelayan.
"Dia menolaknya! Bukan...lebih tepatnya, ingin mengetahui bagaimana aku lebih jauh," jawab Ricard.
"Oh, syukurlah. Dia ternyata wanita waras yang punya otak. Ia bahkan bisa berpikir lebih jernih daripada triliuner yang sukses memimpin perusahaan kelas dunia seperti Ricardo F Daniello. Aku benar-benar bersyukur." Steven menghela napas lega mendengar jawaban Ricard.
"Double sialan! Jadi kau pikir aku tidak waras?" tuding Ricard.
"Pernikahan bukan suatu hal main-main. Kau harus memikirkannya dengan matang. Kau bahkan akan berjanji pada Tuhan nantinya. Sedangkan, kau baru beberapa hari mengenalnya. Yang sudah saling mengenal lama saja, pernikahannya sering gagal apalagi kau yang baru mengenalnya. Aku harap kau bisa berpikir matang-matang sebelum melangkah lebih jauh." Steven berbicara dengan nada serius pada Ricard.
Ricard sampai terdiam dan terpaku melihat sahabat, asisten bahkan tangan kanannya ini berbicara sebegitu seriusnya. Ricard tidak menyangka, pria playboy macam Steven memiliki pemikiran luas seperti itu, Ricard pikir yang ada di otak Steven hanya selangkangan wanita.
"Aku tidak main-main dengan apa yang sudah aku katakan. Aku serius akan ucapanku. Karena aku yakin, Zeline adalah takdirku," balas Ricard lebih serius.
"Kau sudah memikirkan perbedaan kalian? Perbedaan jarak,negara, bahasa, waktu dan kebiasaan? Apa kau sanggup menjalani hubungan jarak jauh dengannya?" Kali ini Steven memberikan pertanyaan yang cukup sulit dijawab Ricard.
Ricard menyugar rambutnya ke belakang. "Entahlah. Aku berharap dengan menikahinya, aku bisa mengikis semua perbedaan itu."
"Baiklah, semoga saja kau konsisten dengan ucapanmu. Aku selalu berdoa yang terbaik untukmu, Bro," ucap Steven akhirnya.
Mereka berdua kemudian larut pada tumpukan dokumen. Melupakan perbincangan masalah pribadi dan kembali menekuni pekerjaannya.
?????
Zeline terbangun dari tidurnya. Ia mengucek pelan matanya dan melirik arloji ditangannya. Sudah pukul 15.43PM yang artinya dia sudah tidur selama hampir 6 jam. Sebuah rekor yang luar biasa. Zeline tidak bisa menampik kenyataan itu karena, sofa yang ditidurinya begitu nyaman dan empuk serta ruangan ini benar-benar beraroma maskulin seperti tubuh Fello.
Ah, iya. Fello. Kemana pria itu? Apakah pria itu meninggalkannya sendirian di sana?Tidak memperdulikan-nya? Menelantarkan dirinya? Benar-benar tega.
Zeline mengambil cluth-nya dan memilih untuk keluar dari ruangan ini. Ia lebih memilih untuk mencari makan untuk memberi asupan cacing-cacing dalam perutnya yang ternyata sudah demo.
Zeline mengintip ke kanan dan ke kirinamun, ternyata lorong tersebut sangat sepi dan hening. Hanya ada satu wanita yang sebelumnya Zeline lihat sebelum masuk ke dalam ruangan ini bersama Fello.
"Maaf mengganggu. Bisakah kau menunjukkanku arah untuk keluar dari gedung ini?" Zeline menyapa wanita yang terlihat begitu elegan dengan setelan blazernya.
Wanita itu mendongak dan sedikit mengerenyitkan dahi. "Maaf, Miss. Anda tidak diperbolehkan Mr Ricardo untuk kemana-mana, jika Anda memerlukan sesuatu, saya bisa membantunya."
Zeline memutar bola matanya, "Aku tidak kemana-mana hanya ingin berkeliling melihat cafe disekitar sini. Pria itu sudah memperbolehkanku untuk keluar."
Wanita itu memandang Zeline ragu, "Benarkah? Saya harus menelepon Mr Ricardo untuk memastikannya."
"Benar. Kau tidak perlu meneleponnya. Ya Tuhan! Kau tidak mempercayaiku? Aku hanya ingin ke bawah dan ke kedai kopi di seberang gedung ini," ucap Zeline sedikit frustasi.
"Tapi Miss, saya mohon maaf, saya hanya menjalankan perintah dari Mr Ricardo untuk menjaga Anda. Jika Anda ingin kopi, saya akan mengantarkan ke dalam ruangan. Silakan Miss kembali masuk ke dalam ruangan Mr Ricardo. Mr akan selesai sebentar lagi," jelas Wanita yang Zeline yakini bekerja sebagai sekretaris.
'Ricardo...Ricardo...Siapa sih dia ini. Seenaknya mengurung aku di dalam ruangan besar itu. Benar-benar menyebalkan, awas saja jika aku bertemu dengannya,' batin Zeline.
Mau tidak mau Zeline masuk kembali dan memilih untuk duduk di sofa ujung, menghidupkan televisi yang ada di sana. Ia mengecek notifikasi ponselnya yang ternyata sudah dipenuhi chat dari ketiga sahabatnya yang selalu meramaikan grup chat yang mereka buat.
"Zeline, bagaimana kabarmu? Kau dimana?"
"Apa kau sudah menjelma menjadi seorang Princess?"
"Bagaimana rasanya duduk di jok mobil mewah di dunia itu?"
"Jangan lupa untuk melakukan nananina segera dengan Fello."
"Jika kau tidak menginginkan Fello, aku mau menjadi tempat menampung benihnya."
"Kau menghilang Zeline! Apa kau diculik?"
"Zeline katakan padaku jika Fello benar cucu Ratu Elisabeth!"
"Zeline kau masih hidup kan? Jangan mati dulu, aku masih ingin menikmati kamar hotel mewah ini untuk honeymoon!"
Masih ada ratusan chat yang lebih gila lagi yang dikirimkan Mesya, Fini dan Vera, Zeline memilih untuk mendiamkannya dan menyimpan kembali ponselnya. Yang Zeline inginkan yaitu bertemu langsung dengan Fello dan meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang semua hal tak masuk akal ini.
Pintu ruangan terbuka, Zeline berdiri dan siap untuk menumpahkan amarahnya pada pria itu namun, kenyataannya bukan Fello yang muncul melainkan orang lain.
Zeline terpaku dan mereka berdua saling menatap satu sama lain. Kepala Zeline semakin berdenyut pening mendapatkan kejutan-kejutan lagi dan lagi.
"Kau siapa?" tanya wanita paruh baya itu dengan tegas.Wanita itu begitu fashionable dan memakai make up begitu pas di wajahnya
Zeline sampai susah menjawab pertanyaan simple yang diajukan wanita itu, karena Zeline begitu terpukau dengan penampilannya. Wanita yang berkelas dan elegan.
??????????
Apa lagi ini Shin??
??????
Sinetron banget? Emberr
Please, jangan kesel2 nanti kalian cepet tua loh
??????
??????????
Share this novel