09 - Berkencan atau Menikah?

Romance Completed 40057

Jangan lupa follow instagram Shin
[ Akubebbyshin ]

Gak follow? Rugiiii looohh ??????

Kalo BAPER jangan mintaa tanggung jawab Shin ya
??????

Happy Reading!!!

Jangan males Komen ??????

??????????

Seketika gerombolan wanita yang menjadi tamu undangan Mesya dan Pradipta membubarkan diri. Adegan manis yang dilakukan oleh seorang pria tampan untuk seorang wanita cantik membuat mereka semua minder.

Kini tinggal Zeline dan Fello berdiri saling tatap. Zeline pikir dirinya hanya bermimpi, namun ternyata semua ini sebuah kenyataan. Sebelah tangannya sedang meng-genggam sebuket bunga mawar merah dan sebelah lagi digenggam oleh Fello. Iya, Fello!

Pria yang dikenalnya melalui aplikasi kencan online itu berada tepat di depan wajahnya. Zeline masih kesulitan berkata-kata, tenggorokannya tercekat, otaknya juga masih sulit berpikir. Sampai pada akhirnya Fello menyadarkannya.

"Are u okay, Zel?" Fello mengelus punggung tangan Zeline dengan lembut.

Zeline menatap tangannya yang tengah dielus Fello. Ia berdoa dalam hati, semoga Fello tidak mendengar detak jantungnya yang sedang bergemuruh riuh. Namun, sepertinya doanya tidak manjur.

"Zeline Zakeisha. Hello, are u there?" Fello me-manggilnya lagi.

Kali ini, Zeline sadar sepenuhnya.

"Bagaimana mungkin kau bisa berada di sini? Siapa yang memberimu alamat Mesya? Ah, tidak! Kapan kau sampai? Ah-Bagaimana kau tahu... aku?" rentetan pertanyaan keluar dari mulut Zeline pada Fello.

Fello tertawa menanggapi pertanyaan Zeline padanya. Baru saja Fello ingin menjawab namun, tertahan karena ponsel Zeline berdering.

"Baiklah, aku ke sana sekarang!"

Zeline menoleh Fello yang tampak diam menunggu tanpa melepas genggaman tangannya.

"Ayo masuk ke dalam, acaranya sudah dimulai." Zeline berjalan bersisian dengan Fello tanpa melepas genggaman tangan mereka.

Mimpi apa, Zeline datang bersama pasangan. Pasangan? Tidak! Mereka bahkan tidak memiliki status yang jelas, sudahlah Fello adalah temannya. Iya, Teman.

Baru setengah perjalanan, Zeline sudah mendengar suara pekikan dari wanita yang begitu Zeline kenal. Fini dan Vera.

Kedua sahabatnya itu berinisiatif menyusul Zeline namun langkah kaki mereka tertahan. Fini dan Vera saling menggenggam erat tangan masing-masing saat melihat Zeline, bukan, melainkan pria yang ada di samping Zeline.

"Apa kau baru datang dari surga, Zel?" tanya Vera.

Zeline bingung. "Atau kita yang sudah berada di surga?" tanya Fini.

Zeline makin tidak mengerti apa yang dikatakan kedua sahabatnya ini.

"Memangnya kalian sudah mati?" tanya Zeline akhirnya.

Fini maju dan melepaskan genggaman tangan Fello pada tangan Zeline sehingga Zeline tersinggir.

"Tuhan! Aku kira kau malaikat, ternyata manusia," ucap Fini.

"Kau tampan sekali, siapa namamu?" tanya Vera penasaran.

Fello menoleh kearah Zeline mengisyaratkan kode bantuan. Fello tidak mengerti apa yang dikatakan kedua sahabat Zeline yang cukup unik itu.

Zeline mendekat dan melepas pegangan Fini pada tangan Fello.

"He's Fello," ucap Zeline dan Fini serta Vera melotot tak percaya.

"Ya. Aku Fello. Senang bisa bertemu langsung dengan kalian." Ricard memperkenalkan dirinya.

Vera dan Fini memekik shock. Fello tersenyum geli melihat ekspresi yang ditampilkan kedua wanita itu. Zeline hanya mendesah.

"Zel, ini Fello yang diaplikasi? Kau yakin?" bisik Vera.

Zeline memutar bola matanya malas, "Tentu saja. Jangan banyak bicara lagi, acara makan malamnya sudah dimulai. Ayo ke belakang,"

Zeline memberi kode pada Fello untuk mengekor dibelakangnya. Kedua sahabat Zeline masih terperangah di tempatnya. Zeline sudah tidak mau memikirkan apa yang ada dalam pikiran kedua sahabatnya itu, sedang otaknya sendiri masih kusut.

Wanita cantik berkulit putih mulus itu seharusnya duduk di salah satu kursi yang telah disediakan bertuliskan namanya namun di sampingnya sudah dipasang nama tamu yang lain. Hanya sisa kursi kosong tapi berbeda tempat dengannya. Zeline memutar otak dimana ia harus menempatkan Fello agar aman dari incaran mata buas para wanita yang hampir menetes air liurnya saat melihat Fello.

"Kau berdiri di sini sebentar, aku akan ke sana. Jangan kemana-mana ya." Zeline memberikan perintah pada Fello dan Fello mengangguk patuh bagai anak kecil.

Zeline berkeliling sejenak, mencari tempat duduk kosong untuk dua orang. Akhirnya Zeline menemukannya, di pojok dekat kolam renang. Zeline melambaikan tangan ke Fello dan pria itu mengerti lalu berjalan mendekat.

"Kau mau kemana?" Fello mencekal tangan Zeline saat wanita itu ingin beranjak meninggalkannya sendirian lagi.

"Aku menemui sahabatku dulu, hanya sebentar. Aku pasti kembali lagi kemari."

"Jangan lama-lama."

Zeline mengangguk. Begitu lucu ternyata sikap pria tampan yang sudah memberinya banyak kejutan hari ini. Zeline penasaran bagaimana cara bule itu bisa tahu alamat rumah Mesya, sementara dirinya tidak pernah memberi tahu apapun.

Dilihat dari penampilan, Fello terlihat begitu menawan dengan setelan yang dikenakannya, berkelas itu yang cocok disematkan padanya. Mungkin pria itu sudah menabung bertahun-tahun dari hasil kerjanya sehingga bisa membeli blazer mahal dan juga tiket pesawat secepatnya kemari.

?????

Sesungguhnya inilah hal yang paling nekat dan gila yang pernah Ricard lakukan di dalam kehidupannya berkaitan dengan seorang wanita. Ricard rela mengosongkan jadwal kerjanya yang padat dan penting demi menemui wanita yang membuatnya mati penasaran. Ia membayar mahal seorang hacker untuk menghapus jejaknya di Internet, namun ia sendiri yang tidak tahan untuk tidak menggunakan kekuasaannya.

Kehadiran pria itu dengan identitas asli ataupun palsu tetap saja mengundang banyak perhatian. Contohnya seperti saat ini, ia datang ke rumah Mesya, sahabat Zeline yang pria itu ketahui akan melangsungkan pernikahan besok dan malam ini sedang mengadakan makan malam bersama. Tamu undangan yang berjenis kelamin wanita mendekatinya, meminta foto atau sekedar memberikan decak kagum.

Pesona ketampanannya ternyata selalu mampu menghipnotis wanita manapun. Tapi, ia lebih suka jika Zeline yang terpesona akan ketampanannya. Saat Ricard meneleponnya dan mengatakan jika dirinya sudah ada di halaman depan rumah Mesya, wanita itu tidak percaya dan menganggap lelucon semata.

Ricard begitu menikmati ekspresi terkejut yang muncul dari wajah cantik Zeline. Ya, Ricard akui wanita yang bernama Zeline begitu cantik dan memukau serta seksi. Meskipun Zeline hanya dibalut oleh gaun hitam sederhana namun aura keseksiannya begitu memancar. Sialan, melihatnya saja sudah membuat tegang Ricard.

Tidak biasanya, adik kecilnya bereaksi begitu cepat melihat wanita, bahkan wanita seksi yang tengah telanjang pun belum tentu adiknya mengeras seperti saat ini. Rasanya Ricard tidak sia-sia, terbang jauh-jauh dari New York keIndonesia demi melihat langsung seorang wanita bernama Zeline.

Ricard berjalan mengekor wanita cantik itu dengan tangan yang saling menggenggam. Dari belakang Ricard memandangi tubuh Zeline, bokong bulat begitu sempurna, lekuk tubuh yang mirip gitar spanyol dan beralih ke depan, dada yang menonjol sepertinya akan begitu pas dalam genggaman Ricard. DAMN! Lagi! Otaknya mendadak mesum hanya dengan mengamati bagian tubuh Zeline.

Saat wanita itu memanggil nama tengahnya, lagi-lagi otak Ricard berpikiran kotor. Begitu merdu suaranya, bagaimana dengan desahannya. Triple sialan!

Dua sahabat Zeline, Vera dan Fini, keduanya memakai gaun yang begitu seksi namun,Ricard sama sekali bergeming atau tidak bereaksi apa pun terhadap mereka. Lucu, bukan! Sepertinya, dirinya kini disettinghanya terpaku pada Zeline.

Rasanya Ricard tidak ingin Zeline menjauh darinya. Sungguh, Ricard tidak rela melihat mata pria yang memandang wanitanya. Ah-wanitanya, belum tapi bolehkan jika Ricard sudah mengklaim Zeline sebagai wanitanya?

Saat Zeline meninggalkannya sendiri, Ricard mengamati acara makan malam ini. Dekorasinya indah dan mewah. Sahabat Zeline ini sepertinya orang dari kalangan menengah ke atas. Bisa dilihat dari jejeran mobil tamu yang memenuhi halaman parkir tadi dan pakaian tamu yang kebanyakan bermerek. Jika Ricard melamar Zeline nanti dan menikah, ia akan membuat acara pesta yang begitu mewah dan megah.

Demi Tuhan, kenapa diotak Ricard kini malah sudah membayangkan sebuah pernikahan dengan Zeline. Padahal, mereka berdua belum ada status apapun selain teman dekat dari aplikasi kencan online.

?????

Respon yang diberikan Mesya saat melihat kehadiran Fello di acaranya tidak jauh berbeda dengan Vera dan Fini berikan. Ia bahkan terpekik lebih kencang.

"Kau menginap dimana?" tanya Zeline saat memasuki mobil yang dikendarai oleh Fello.

Fello mengaku jika mobil mewah yang dibawanya merupakan mobil sewaan yang ditemukannya disitus online. Ia tidak begitu tahu merek apa saja yang biasa dipakai oleh orang Indonesia.Padahalkenyataannyamobil yang dipakai Fello adalah miliknya yang ia beli pada saat datang ke Indonesia. Fello membelinya melalui asistennya yang ia utus terlebih dahulu datang ke Indonesia untuk mengurusi keperluannya selama menetap di sini.

"Aku menginap di Raffles Jakarta Hotel," jawab Fello.

Zeline menoleh sepenuhnya menghadap pria tampan di sebelahnya itu. Zeline mengeryitkan dahi, pria ini menginap di hotel bintang lima dengan harga yang fantastik tapi berbicara seolah semua bukan beban untuknya. Berapa gaji pria ini sebulan?

"Aku tidak begitu mengerti memakai aplikasi penujuk arah ini, kau bisa membantuku?" Fello menyodorkan ponselnya yang merupakan Iphone keluaran terbaru.

"Bisa kau menepikan mobil ini sebentar di depan," pinta Zeline.

Fello menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Zeline mengkode Fello agar turun dari mobil. Zeline mendudukan pria itu di kursi penumpang dan Zeline berada di balik kemudi stir.

"Lebih baik aku yang mengantarmu tanpa aplikasi itu."Fello mengangguk.

"Bagaimana kau bisa tahu alamat Mesya?" tanya Zeline yang begitu penasaran.

"Kau masih single bukan?" Fello tidak menjawab pertanyaan Zeline dan malah memberi Zeline pertanyaan yang sukses membuat Zeline shock dengan menginjak rem tiba-tiba.

Untung jalanan tidak ramai, karena mereka masih berada di dalam jalanan komplek rumah Mesya. Zeline memandang Fello dengan ekspresi terkejut luar biasa.

"Apa yang kau tanyakan tadi?"

Fello menatap Zeline intens lalu mengambil tangan Zeline.

"Bagaimana jika kita berkencan?" ucap Fello tenang.

Zeline melotot terkejut. Sesungguhnya Zeline memang menginginkan memiliki kekasih baru, tapi apakah ini tidak terlalu cepat. Ia dan Fello saling mengenal baru satu bulan terakhir. Hanya wanita gila yang tidak menginginkan pria tampan seperti Fello. Tapi, Zeline bukan wanita gila yang lantas mengiyakan ajakan pria semacam Fello.

"Hah? Apa? Bisa kau ulangi pertanyaanmu tadi?" tanya Zeline meyakinkan.

"Kau mau jadi istriku?"

"HAH!! Kau mau aku apa?"

Wajah Fello tersenyum melihat wajah Zeline yang menurutnya begitu menarik saat terkejut.

Zeline perlahan berusaha mencerna ucapan Fello dan juga mengulang kembali ucapan Fello yang telinganya tangkap. Gangguan jiwa atau semacam terkena penyakit apakah pria tampan yang serba tiba-tiba ini.

"Bagaimana?" ulang Fello membuyarkan pikiran Zeline.

Bagai robot, Zeline mengangguk kaku.

Kini gantian Fello yang memasang raut wajah terkejut menanggapi jawaban yang diberikan Zeline padanya.

"Are you sure?" tanya Fello.

Zeline tersentak, "Ah-maksudku, bukan istri tapi kekasih. Iya, kita jadi kekasih saja. Aku menyukai wajah tampanmu."

"Ah- Tidak...Tidak! Astaga, apa yang aku ucapkan ini, maksudku, Kita... kita ber—" ucapan Zeline terpotong saat bibir Fello kini menempel di bibirnya.

Fello memberikan Zeline kecupan singkat. Wanita itu terkesiap, sedangkan Fello tersenyum begitu manis. Zeline meraba bibirnya dengan jari jemari. Wajah Zeline merah padam, bukan ciuman pertama tapi terasa bagai ciuman pertama bagi Zeline.

Fello menatap Zeline lama. Di otak pria itu kini memikirkan begitu manis bibir Zeline. Melihat wajah Zeline merona merah, membuat Fello semakin gemas ingin mencium bibir wanita itu.

"Kau menciumku?" ucap Zeline polos.

Fello mengangguk tegas. "Kenapa?" tanya Zeline ragu.

"Bukankah kau sudah bersedia menjadi istriku," ucap Fello tanpa ragu.

"Tidak! Ah- Bukan. Maksudku..."

"Aku...Kita... Iya, kita... Kita berkencan dulu. Kita harus saling mengenal lebih jauh. Aku belum bisa memastikan diriku mau menjadi pendamping hidupmu. Hmm- Maksudku... Bukan sekarang, Tapi... Iya... Pokoknya kita berkencan dulu saja." Zeline semakin salah tingkah dan bingung mengatur kata-kata.

Ucapan, tatapan bahkan ciuman singkat pria yang kini tengah menatapnya dalam,membuatnya kehilangan akal sehat dan kehilangan cara berpikir dan mengolah kata dengan baik.

"Baiklah, kita resmi berkencan," ucap Fello tegas dan lugas.

Pria itu membuka pintu dan keluar, berjalan membuka bagasi mobil dan mengambil sesuatu di sana. Zeline mengamati pria itu dengan seksama.

'Apalagi kali ini' batin Zeline.

Fello kembali masuk ke dalam mobil dan menyodorkan sebuah kotak persegi panjang dibungkus dengan kertas berwarna gold dengan hiasan pita berwarna merah maroon ditambah selipan bunga mawar merah setangkai.

"Ini untukmu, sebagai tanda kita resmi sebagai kekasih." Fello menyodorkan kotak itu pada Zeline.

'Astaga! Kenapa pria ini banyak sekali kejutan! Apa semua pria New York begini, bukankah pria Italia yang terkenal sebagai pria romantis?' Zeline membatin.

"Bisakah aku panggil dirimu, Fello si pria penuh kejutan!" ucap Zeline dan Fello terkekeh.

Senang? Pasti! Wanita mana yang tidak senang mendapatkan kekasih tampan, ah-inisuper tampan. Penuh kejutan! Datang tiba-tiba, mengajak berkencan lalu memintanya sebagai istri dan sekarang memberinya kado yang isinya, entahlah.

"Kau sudah mempersiapkan kado ini dari New York?" tanya Zeline dan Fello mengangguk.

"Aku tidak berulang tahun hari ini, kenapa aku diberi kado?" tanya Zeline.

"Kau tidak ingin kado? Kau mau apa?" Fello bertanya balik.

Zeline menaruh kado tersebut ke jok belakang mobil lalu ia menatap Fello intens, "Cukup berikan aku ciuman yang lebih lama."

??????????

Ayo dong Komen biar semangat update

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience