Akhirnya Aku Putuskan

Drama Series 6599

Mendengar ucapan tak terduga dari suamiku yang baru ku nikahi kemarin membuat ku berpikir keras. Layak kah aku memperlakukannya seperti ini? Dia tidak bersalah apapun padaku. Dia menerimaku dengan baik bahkan dia mau mencintai ku.Apa pantas aku bandingkan dengan orang itu? Orang yang kucintai tapi mengkhianati diriku dan mencampakkan aku dengan kejam.

Tidak. Mas Al tidak pantas terluka karena ulah masa laluku. Dia lebih baik dari segi apapun juga. Aku harus menerima kenyataan bahwa suamiku adalah Mas Al bukan ustadz pengkhianat itu. Aku akan mencintaimu Mas Al. Aku janji. Batinku telah mantap bersamanya.

"Mas... Mas Al," panggilku berteriak.

"Dalem Dek," jawabnya dari seberang.

"Aku mau bicara, boleh kesini sebentar!" pintaku masih dengan berteriak.

Tak lama dari kata-kata ku, terdengar pintu kamar terbuka. Muncul sosok suamiku dari belakangnya tersenyum. Lagi-lagi dia tersenyum di depanku. Aku yang duduk di atas ranjang dengan memakai selimut pun memintanya duduk bersebelahan dengan ku.

"Duduk sini Mas, aku ingin bicara!" pintaku.

"Ada apa Dek? Kok pakai selimut siang-siang?" tanya Mas Al heran.

Memang benar sekarang sudah siang bahkan kami baru saja menunaikan ibadah sholat bersama beberapa menit yang lalu.

Aku tak menghiraukan ucapan suami tampanku ini. Ketika ia sudah duduk disampingku, aku berdiri. Ku putar arahku menghadap Mas Al. Aku rapatkan kedua kaki suamiku ini dan kuraih wajahnya dikedua pipinya lalu aku tersenyum. Aku sudah memutuskan untuk melupakan mantan kekasih ku dan menerima Mas Al. Itulah kata-kata yang terucap dari mulut ku. Dan aku menciumnya tepat di bibir.

Mas Al terkaget-kaget dengan yang baru saja aku lakukan padanya tapi tak bisa berkata-kata. Sebelum suamiku ini dapat memberikan jawaban atas ucapanku. Aku memutuskan untuk duduk di pangkuannya. Menghadapi ke arahnya dengan membuka selimut yang membungkus tubuhku sedari tadi. Dia kaget.

Aku mencium bibir suamiku sembari memeluk tubuhnya dengan posisi duduk di pangkuannya. Tubuhku telanjang bulat. Aku sengaja melakukannya. Aku ingin meminta hak ku padanya dan memenuhi kewajiban ku sebagai seorang istri. Istrinya.

Dia tak membalas ku beberapa saat dan bertanya apakah ini semua boleh? Dan aku mengangguk. Aku mencium bibir suamiku lagi. Kali ini dengan seluruh hasratku. Mas Al memperhatikan diriku. Sepertinya dia paham bahwa aku telah memutuskan untuk menerimanya. Ketika kulepas bibirku dari bibirnya, dia meraihku ke dalam pelukannya dan mengulum bibirku pelan. Lembut dan perlahan kami berciuman. Enak rasanya.

"Kamu yakin Dek mau menerima Mas dan melakukan jimak dengan Mas?" selidiknya untuk sepersekian detik setelah menarik tubuhku menjauh darinya.

"Iya Mas, aku yakin. Mas Al suamiku bukan Ustadz Zaki," jawabku singkat.

Mas Al tersenyum. Dia menarikku kembali ke dalam pelukannya dan kami pun beradu bibir sekali lagi. Kali ini dengan seluruh hasratku dan hasratnya bersatu menjadi satu.

Setelah beberapa saat dia mengangkatku dengan posisi masih duduk di pangkuannya. Dia berputar dan meletakkan tubuhku di atas kasur dengan dia di atasku. Aku memejamkan mata bersiap menerima ciumannya karena dia telah mendekatkan wajahnya ke arahku. Ternyata salah. Dia hanya berbisik di dekat telingaku. "Tunggu ya Mas mau sholat dulu". Itu yang ku dengar. Aku membuka mata dan bertanya sholat apa yang dia lakukan padahal kami baru saja selesai sholat fardhu.

"Sholat dua rakaat sebelum melakukan jimak," jelasnya singkat sambil beranjak pergi ke kamar mandi.

Tak lama Mas Al kembali dan segera melaksanakan sholat yang dia maksud. Aku memperhatikannya dari atas ranjang. Kini posisiku telah tengkurap menghadapnya yang sedang melakukan sholat. Tubuhku ku balut dengan selimut yang tadi ku pakai. Ku perhatikan dengan seksama suamiku ini. Sesaat kudapati diriku merasa malu dan menutup wajah. Aku akan melakukan jimak dengan suamiku. Pikiran itu terngiang-ngiang di kepalaku membuatku salah tingkah. Namun tiba-tiba, kurasakan ada sentuhan di atas kepalaku dari balik selimut yang kutarik menutupi semua tubuhku.

Ku buka apa yang menutupiku dan melihat Mas Al disana. Tanpa kata tapi dengan kelembutannya dia mencium bibirku sesaat dan melepaskannya. Aku bangkit karena tak terima kenikmatan itu berhenti dia berikan.

Setelah posisiku berubah menjadi terduduk bersimpuh di hadapannya dia kembali menciumi bibirku. Seakan tahu apa yang aku inginkan. Kami berciuman dan kemudian dia memindahkan ciumannya turun ke arah daguku lalu ke leherku. Dia bergerilya disana. Aku tak kuasa. Hasratku telah mengambil alih tubuhku. Pikiranku menginginkan lebih dan lebih. Itu yang ku dapat darinya.

Dia terus mencumbui leherku tanpa henti dan tangannya sudah turun dan bergerilya pada buah dadaku dengan salah satu dibelakang punggungku memelukku. Aku kaget tapi tak ku hempaskan jua tangannya itu melainkan aku menikmatinya dan menginginkannya lebih.

Mas Al merebahkan tubuhku di atas kasur dengan tangan dan bibirnya yang masih sibuk dengan tubuhku yang tak henti-hentinya terus ia cumbui dengan lembut. Nafasku memburu, dadaku terasa panas mulutku tak henti-hentinya melenguh merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini aku rasakan dan bisa kulihat itu juga pertama kali untuk Mas Al.

Mas Al melepaskan semua benang di tubuhnya hingga telanjang bulat di atasku. Dan kami melanjutkannya. Kami berdua menikmati jimak ini bersama.

Entah berapa menit bahkan berapa jam telah berlalu semenjak kami memulainya. Tubuhku terkulai lemas meski kulihat masih tersisa banyak tenaga di dalam diri suamiku pertanda bahwa dia sangat kuat. Bukan takut aku malah tersenyum senang entah kenapa.

"Udahan dulu ya Dek, segini saja jimaknya kali ini. Kamu sudah kewalahan," kata suamiku tersenyum geli melihat aku terkulai lemas di bawah tubuhnya.

"Apa sih usil banget," kataku pura-pura ngambek. Aku malu.

Suamiku memelukku sembari tetap tidur di atas tubuhku. Dia berbisik.

"Terima kasih sayang sudah mau jimak sama Mas," ucapnya sambil mengecup kepalaku dari arah samping.

"Aku mau lagi," jawabku tak percaya dengan yang baru saja terucap oleh ku.

"Iya nanti malam ya," Kata Mas Al lagi.

Mas Al bangkit dan memintaku membersihkan diri dan melakukan mandi besar karena waktu hampir memasuki ashar. Aku menurut dan mengajaknya mandi bersama-sama.

"Kamu duluan saja, Yang. Kalau bareng bukan mandi malah nambah jimak lagi," godanya.

Aku tersenyum dan balas menggodanya dengan memeluknya dari belakang dengan kondisi masih telanjang tanpa busana. Dia kaget dan merasakan ada hasrat yang menjalar di tubuhnya.

"Sudah dong sayang nanti keburu adzan lho," katanya sambil menahan diri.

Aku tak menghiraukan ucapannya. Aku malah tambah menggodanya dengan mengecup lehernya hingga tertinggal tanda merah di lehernya. Dia meraih tanganku yang melingkar di dadanya yang sixpack itu dan mengarahkannya ke bawah. Aku kaget karena diaa membuat ku memegang kemaluannya yang kini sudah berdiri kembali. Dia sudah sangat tegang.

Mas Al memberikan pilihan kepada ku apa mau mandi atau melayaninya lagi. Aku menjawab mandi seraya menarik tanganku juga tubuhku dan berlari meninggalkannya ke kamar mandi. Aku memang sengaja melakukannya untuk menggoda suamiku. Di dalam kamar mandi aku tertawa cekikikan mengingat suamiku yang sudah tegang hanya karena ku peluk dari belakang.

Suamiku tertunduk. Tersenyum sambil menahan birahinya. Dia mengatur nafasnya untuk menghilangkan hasratnya dan dia berhasil.

"Nakal banget sih istriku. Aku di goda tapi di tinggal pergi," gerutu Mas Al geleng-geleng.

Dia terdiam dan memilih membersihkan bed cover juga selimut kami yang ternoda darah perawanku dan cairan dari hasil jimak kami barusan. Setelah selesai dia membawa benda-benda tersebut dan memasukkannya ke mesin cuci dan meninggalkannya disana hingga mesin itu berhenti secara otomatis.

Mas Al beranjak ke kamar dan merapikan semua dan ketika aku keluar kamar mandi dia memintaku untuk berganti pakaian dan dia masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi besar seperti ku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience