Musyawarah

Drama Series 6599

Sentuhan demi sentuhan menyentuh tubuhku. Aku menggelinjang nikmat. Suamiku memang sangat mampu membuat diriku melayang. Semua cinta yang dia berikan membuat ku bahagia.

"Sayang aku mau keluar," bisik Mas Al sambil memelukku erat.

Dia orgasme bersamaan dengan ku. Kami terkulai lemas. Entah sudah berapa ronde kami lakukan kali ini yang jelas kami benar-benar puas.

Kami beristirahat, merebahkan diri kami yang masih telanjang di atas kasur. Sambil mengembalikan tenaga kami yang terkuras akibat pergaulan hebat yang kami lakukan Mas Al menceritakan perkembangan penyelidikan tentang kasus Ustadz Zaki yang sudah lancang masuk ke dalam rumah kami.

Kata Mas Al akhirnya setelah seminggu lamanya proses penyelidikan Ustadz Zaki ditetapkan juga sebagai tersangka karena adanya bukti akurat dari cctv di rumah kami dan bukti bahwa dia melarikan diri dari polisi saat akan di tangkap.

"Sayang akhirnya Ustadz Zaki di tahan sekarang, sebisa mungkin Mas akan meminta hukuman seberat-beratnya atas kelakuannya itu," ucap Mas Al.

Sudah seminggu ini Mas Al pulang pergi ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan kesaksian atas kasus itu. Pernah sekali Mas Al pulang dengan keadaan babak belur seperti habis dihajar massa. Mas Al bilang Ustadz Zaki tidak terima dilaporkan ke polisi dan menghajarnya. Untung saja polisi bisa melerai pertikaian mereka karena jika suamiku saja pulang dengan penuh luka maka pasti si Ustadz mengalami hal yang lebih buruk dari itu.

Faktanya meskipun suamiku terlihat kalem dan biasa saja tapi ternyata Mas Al itu jago beladiri. Dia masuk dalam perguruan silat yang cukup tersohor namanya di seantero Nusantara dan dia sudah memegang sabuk hitam di pinggangnya. Bukan main saat Mas Al sedang bersilat ria. Latihan saja sudah sangat berat apalagi jika dipakai untuk menghajar orang.

Bukannya aku kasihan pada penjahat seperti Ustadz Zaki tapi aku tidak mau kalau suamiku sampai gelap mata. Aku tidak ingin kemampuannya disalah gunakan untuk hal yang tidak baik. Aku tidak mau suamiku yang penyayang berubah menjadi sosok yang penuh dengan emosi.

Terdengar suara bel berdering di pintu villa kami. Kami berdua bangkit, mengintip melalui cctv yang terpasang pada bel pintu. Itu Ustadzah Farah istri Ustadz Zaki beserta Abah dan Umi orang tuanya sekaligus mertua dari Ustadz Zaki.

"Mau apa mereka?" keluh suamiku.

"Mas aku takut. Firasat ku tidak enak," kataku pada Mas Al.

"Tenang saja sayang apapun yang terjadi Mas akan melindungi kamu dan anak-anak kita," ucap Mas Al, dari suaranya Mas Al marah juga benar-benar waspada.

Waalaikum salam sahut kami berdua setelah selesai berganti pakaian dan mendatangi mereka. Sungguh tamu yang tidak diharapkan pada waktu yang tidak tepat pula.

"Assalamualaikum Shelly," sapa Ustadzah Fara.

"Waalaikum salam, Ustadzah," jawabku.

"Ana datang kemari untuk meminta tolong supaya antum mau mencabut laporan kepada suami ana," katanya lagi

Mas Al meradang dan dia menolak mentah-mentah permintaan Ustadzah Fara yang picik itu.

"Ana tahu suami ana sudah melakukan hal salah pada Shelly tapi Shelly juga pernah melakukan hal yang salah dan ana sudah memaafkannya apa tidak bisa antum juga melakukan hal yang sama sebagai pasangan Shelly," katanya pada Mas Al.

"Apa maksud anda Ustadzah?" ucap Mas Al bingung.

"Ana tahu Shelly sudah tidur dengan Ustadz Zaki kan Shelly? Ana sudah memaafkan antum. Biar bagaimanapun ana juga wanita yang cinta dengan Ustadz Zaki karena itu ana mengerti antum melakukan itu atas dasar cinta," kata Ustadzah.

"Saya tidak pernah berzina dengan suami anda Ustadzah," bentakku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.

"Anda salah Ustadzah, istri saya masih perawan saat kami malam pertama. Karena itu suami anda sangat terobsesi dengan istri saya. Karena istri saya satu-satunya wanita yang belum dia tiduri," kata Mas Al membelaku.

Ustadzah Fara terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Mas Al begitu juga Abah dan Umi yang sedari tadi hanya diam. Mungkin mereka tidak ingin ikut campur dalam masalah yang tidak mereka ketahui.

Mas Al beranjak menuju lemari dimana dia menyimpan laptop dengan semua bukti rekaman cctv rumah kami dan membawanya di hadapan semua orang. Rekaman demi rekaman ditampilkan oleh Mas Al dihadapan Ustadzah beserta kedua orang tuanya. Dan Ustadzah Fara pun mulai menangis.

Abah dan Umi terlihat syok dan kecewa berat. Mereka mencoba menenangkan putri pertamanya itu.

"Saya akan melanjutkan proses hukum dari suami anda. Satu-satunya yang bisa anda lakukan adalah menyewa jasa pengacara untuk meringankan hukuman suami anda," kata Mas Al.

Semua berjalan dengan kekecewaan. Setelah berbincang panjang dengan Mas Al mereka memutuskan pamit pulang.

"Kalau begitu ana pamit pulang bersama orang tua ana. Permisi Mas Aldrik, Shelly. Assalamualaikum," kata Ustadzahku.

Aku tak menjawab. Hatiku sakit mendengar kata-katanya tadi. Bisa-bisanya dia menganggap aku serendah itu. Aku bukan Lyodra, aku masih punya iman. Mana mungkin aku mau ditiduri oleh orang yang bukan muhrimku.

Keesokan harinya Mas Al pamit padaku untuk pergi ke pengadilan. Agendanya adalah penuntutan Ustadz Zaki sebagai tersangka. Mas Al menuntutnya dengan pasal berlapis yaitu tindakan memasuki rumah orang lain tanpa diundang, tindakan asusila dan tindakan tidak menyenangkan. Jika semua tuntutan Mas Al dikabulkan oleh pengadilan maka Ustadz Zaki akan dipenjara untuk waktu yang cukup lama.

Tentu saja tidak semudah itu. Mas Al akan berhadapan dengan pengacara sewaan Ustadzah Fara untuk meringankan hukuman suaminya. Pengadilan pun dimulai dengan suasana yang menegangkan. Pertanyaan mulai dilontarkan satu persatu oleh jaksa penuntut umum yang kemudian dibantah oleh pengacara dari pihak Ustadz Zaki.

Tak terasa sudah hampir setengah jam lamanya pengadilan berlangsung pelik. Hingga akhirnya hakim meminta waktu untuk memutuskan. Setelah sekita dua puluh menit lamanya hakim berpikir, akhirnya hakim memutuskan bahwa Ustadz Zaki bersalah dan menjatuhinya hukuman tiga tahun empat bulan.

Mas Al pulang dengan puas. Akhirnya Ustadz cabul itu mendapat hukuman yang setimpal.

Sesampainya di villa Mas Al menggendongku dan mencium bibirku. Bisa kulihat bahwa hati suamiku ini sedang bahagia. Raut wajahnya ceria.

"Akhirnya sayang Ustadz Zaki masuk penjara sekarang," kata Mas Al.

"Oya Mas? Jadi semua tuntutan kita dikabulkan? Lalu dapat hukuman berapa?" kataku penasaran.

Mas Al menceritakan semua kronologi di pengadilan dan bagaimana akhirnya hakim memutuskan untuk memberikan hukuman penjara tiga tahun empat bulan. Artinya selama kehamilanku aku tidak perlu takut dia akan datang dan menyakiti aku dan anak-anak ku. Aku cukup lega mendengarnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience