Terungkap

Drama Series 6599

Aku menangis dan terus menangis. Suamiku yang tadinya mulai membaik kini dalam masa kritis kembali. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mungkinkah ada seseorang yang sengaja melakukan hal buruk itu kepada Mas Al?

Dokter Nisa syok mendapati suamiku dalam keadaan sekarat. Kini semua kembali seperti kemarin. Mas Al dalam masa kritis LAGI. Dokter menghela nafas panjang. Beliau menyerangku dengan banyak pertanyaan.

"Ibu Shelly apa anda tahu sebenarnya ada apa ini? Apa suami anda sedang di incar atau apa? Atau ada masalah yang membuat suami anda depresi hingga ingin mati saja rasanya," tanya Dokter Nisa.

"Saya tidak tahu, Dok. Saya benar-benar tidak tahu kenapa suami saya seperti ini," jawabku berbohong.

Jelas aku tahu betul kenapa Mas Al bunuh diri meskipun aku tidak tahu kenapa dia ingin bunuh diri lagi setelah bisa melewati masa kritis. Dia bisa sembuh tapi memilih bunuh diri lagi. Apa yang sebenarnya di pikirkan suamiku?

Aku berjalan pergi dari ruangan Dokter Nisa. Berjalan dengan gontainya. Sempoyongan tanpa ada tenaga yang memadai. Lalu tiba-tiba tubuhku ambruk ke lantai. Sepertinya aku menabrak seseorang barusan.

"Mbak tidak apa-apa?" kata seseorang kepadaku.

"Tidak apa-apa, Mbak. Maaf saya sedang melamun makanya tidak melihat jalan," kataku alasan.

Ku raih tangan wanita itu dan mendongak ke arahnya. Lyodra. Terkejut aku melihat siapa pemilik tangan itu begitu juga dia terkejut melihatku. Kami berjalan bersama dan memutuskan untuk mengobrol berdua.

"Shell aku minta maaf ya atas kesalahanku dulu ke kamu. Aku tidak menyangka kalau Ustadz Zaki sebejat itu. Tapi ya... dia menantu pemilik pesantren jadi kelakuannya di tutupi dari umum," kata Lyodra membuka percakapan.

Ku lihat ada kekecewaan dan kesedihan di raut mukanya. Memang tidak ada yang menyangka bahwa Ustadz Zaki sejahat itu. Bukan rahasia umum bahwa Ustadz Zaki memang orang yang suka bermain wanita tapi sampai menjadi penguntit dan masuk ke dalam rumah orang itu sudah di luar nalar.

"Tadi kamu kenapa Shelly? Kok kayaknya lagi banyak masalah sampai nabrak orang gitu?" tanya Lyodra.

"Suamiku lagi kritis, Ly," sahutku.

"Lho kok bisa? Ada apa? Kecelakaan?" tanya Lyodra lagi.

Aku mulai bercerita bahwa kami bertengkar hebat, bukan, aku marah pada suamiku hingga aku berbuat yang tidak baik. Untuk menghentikan langkahku Mas Al bunuh diri. Untuk menyelamatkan anaknya dan aku. Dia tidak mau kami mati karena ulahnya.

Mas Al meminum racun hingga akhirnya aku membawanya ke rumah sakit dan dia dirawat. Beberapa saat lalu Mas Al siuman dan entah mengapa saat aku pergi justru dia melepaskan semua alat yang menempel pada tubuhnya padahal dia membutuhkan alat itu. Seolah dia tidak ingin lagi untuk hidup.

"Aku tidak mengerti mengapa Mas Al begitu padahal dia baru saja melewati masa kritis dan mulai siuman. Dia bisa sembuh tapi dia memilih untuk mati dengan melepaskan semua alat bantu di badannya. Sekarang dia kembali kritis. Aku bingung. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," kataku sambil terisak.

"Kamu sudah punya jawabannya Shelly," jawab Lyodra.

"Maksud kamu, Ly?" tanyaku bingung.

"Suamimu ingin menyelamatkan kamu dan anak kalian karena itu dia bersedia bunuh diri. Jika dia masuk rumah sakit dan sembuh maka artinya dia tidak menepati janjinya padamu kan? Dia takut kamu akan berbuat tidak baik sehingga membahayakan nyawa kalian karena janjinya belum terlaksana kepada kamu. Suamimu ingin menepati janjinya dan supaya kalian selamat," jelas Lyodra.

"Astaghfirullah," kataku mulai menyadari semua perkataan Lyodra.

Mas Al masih mencoba menepati janjinya. Kalau begini dia akan terus mencoba bunuh diri saat tahu bahwa dia belum juga mati. Itu artinya janjinya belum terlaksana. Itu artinya dia takut aku akan membunuh anaknya dan diriku jika dia tidak juga mati.

Ampunilah dosaku ya Allah. Suamiku begitu memegang teguh janjinya padaku. Dia begitu ingin menyelamatkan dan membahagiakan aku dan anak kami. Apa yang telah ku lakukan ya Allah? Begitu jahatnya diriku.

Lyodra yang melihatku menangis segera menenangkan diriku. Dia memberi semangat kepadaku agar kuat menghadapi cobaan ini. Dia memberi saran kepadaku untuk kembali dan menemani suamiku. Saat dia bangun aku harus mencegah dia bunuh diri. Aku harus mengatakan bahwa aku telah memaafkan Mas Al dan tidak ingin dia mati. Bahwa aku mencintainya dan ingin hidup bersama dengan dirinya.

Aku mengangguk menuruti nasehat Lyodra. Ku rasa benciku padanya telah hilang. Dia hadir kembali sebagai sahabat untukku. Terima kasih Lyodra. Jika kita bertemu lagi maka kita harus bicara banyak. Mengganti semua waktu yang terbuang karena perselisihan atas nama cinta. Karena kami mencintai orang yang sama. Sayangnya kami baru mengetahui bahwa kami hanya di permainkan oleh orang itu. Semoga ini awal yang baik agar kami bisa kembali menjadi seorang sahabat. Terima kasih Lyodra.

Di kamar ku lihat alat-alat telah dipasang kembali ke tubuh Mas Al. Mas Al kembali tak sadarkan diri dan kritis. Aku tak henti-hentinya berdoa agar suamiku diberi keselamatan. Dia sudah diberi kesempatan kedua untuk hidup tapi dia kembali bunuh diri. Aku takut sudah tidak punya harapan lagi untuk kesembuhannya.

Masa kritis Mas Al yang kedua kalinya ini lebih lama dari perkiraan dokter. Kami menunggu dengan harap-harap cemas. Sepertinya Mas Al niat sekali untuk mati. Dia belum juga mau sadarkan diri. Dokter mulai pasrah dengan keadaan. Aku belum. Aku tidak akan menyerah dan tidak akan berhenti untuk berharap dan berdoa. Aku akan menjadi kuat untuk suamiku dan pernikahan kami.

Aku akan memperbaiki semua kesalahanku. Aku akan jadi kekuatan dan tumpuan untuk suamiku. Apapun dan bagaimanapun keadaannya setelah ini. Aku akan menjaga Mas Al dan buah hatiku.

Dua hari kemudian tepatnya pagi-pagi buta, aku dikejutkan oleh suster dan dokter. Mereka tergagap dan terlihat panik. Aku yang masih setengah sadar mencoba mencerna setiap kata dari mulut mereka. Setelah sekian detik aku baru memahami sesuatu "Mas Al HILANG". Suamiku hilang, aku panik. Teringat semua pesan Lyodra padaku, aku merasa gagal.

Beberapa saat aku mulai menyadari bahwa Mas Al telah sadar dan dia pergi. Kemana dia pergi? Terakhir kali dia siuman dia mencoba bunuh diri lagi. Sekarang dia bangun mungkin dia sadar bahwa dia gagal untuk mati kedua kalinya. Sekarang dia bangun dan ingin bunuh diri lagi maka tempat yang dia tuju adalah tempat yang bisa membuatnya mati dengan pasti.

"Atap," pekikku.

Aku berlari ke arah atas gedung rumah sakit. Dokter dan suster telah pergi meminta bantuan pada sekuriti dan yang lainnya untuk menemukan suamiku. Kami berpisah jalan dan semoga salah satu dari kami menemukan suamiku dalam keadaan baik.

Aku berlari terengah-engah. Tidak ku pedulikan lagi rasa sakit di perutku. Aku segera menaiki tangga ke arah roof top. Mas Al baru saja sadar jadi pastinya dia belum sampai bunuh diri. Aku harus segera menyusulnya dan menghentikan langkahnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience