Mas Al menghubungi Bapak dan Ibu serta Reyna juga Roy mengabarkan bahwa aku telah melahirkan di RS Bina Sehat. Seluruh keluarga terdengar sangat bersemangat di dalam telepon. Mereka mengatakan akan kemari saat ini juga. Aku dan Mas Al tak sabar menanti kehadiran keluarga kami tercinta.
"Terima kasih ya Sayang," kata Mas Al sembari mencium keningku.
"Aku yang harusnya berterima kasih kepada Mas. Mas mau menuruti permintaan ku bahkan yang membahayakan diri Mas sendiri. Maaf aku sudah marah dengan masa lalu Mas. Aku teringat masa lalu ku dengan Ustadz Zaki karena itu aku jijik sama Mas padahal Mas bukan beliau yang sengaja menjebak wanita untuk kepuasan semata," jelasku.
"Maaf sayang karena Mas benar-benar lupa untuk menceritakan semua masa lalu Mas. Semua sudah berlalu selama tiga tahun sebelum Mas di jodohkan dengan kamu," kata Mas Al.
"Mas pasti sangat mencintai Aisyah makanya Mas mau berhubungan badan dengannya," kataku yang kembali teringat tentang cerita Mas Al soal Aisyah.
"Bukan begitu. Mas memang mencintai dia dulu tapi Mas tidak akan menodai kesucian wanita yang Mas cinta toh kami belum menikah. Dia selalu mengajak dan menggoda Mas untuk berhubungan tapi Mas menolak," jelas Mas Al.
"Kalau Mas menolak kenapa bisa jadi berhubungan?" kataku mulai geram lagi.
"Dengar dulu Sayang. Begini ceritanya, waktu itu Aisyah mengajak Mas pergi ke rumahnya. Dia bilang mau memperkenalkan Mas pada orang tuanya. Mas senang karena pada akhirnya Aisyah mau berhubungan serius dengan Mas karena selama dua tahun lamanya dia seperti sedang mempermainkan Mas. Mas saat itu mencoba memaklumi karena memang Mas masih anak-anak secara usia saat itu sedangkan dia sembilan tahun lebih tua dari Mas, makanya mungkin dia tidak menganggap Mas serius berhubungan dengan dia. Karena senang, karena menganggap itu adalah sinyal dari Aisyah untuk berhubungan serius maka Mas datang. Mas di persilahkan masuk tapi orang tuanya tidak ada. Aisyah bilang orang tuanya sedang ke toko sebelah membeli sesuatu untuk menyambut Mas. Dengan polosnya Mas percaya. Mas di beri minuman olehnya yang langsung Mas minum untuk menghormatinya sebagai tuan rumah. Setelah itu Mas tidak tahu apa yang terjadi tapi yang jelas Mas bangun dengan Aisyah di pelukan Mas dalam keadaan telanjang di dalam kamarnya. Aisyah bilang tiba-tiba Mas mengajak dia berhubungan badan dan dia menerimanya," kata Mas Al lagi.
Mas Al menundukkan kepalanya merasa bersalah. Bisa kulihat ada kesedihan di raut wajahnya. Sepertinya Mas Al benar-benar mencintai cinta pertamanya itu. Tidak ku lihat bahwa dia ingin mempermainkan pujaan hatinya seperti Ustadz Zaki yang mempermainkan aku dan juga Lyodra bahkan beberapa santriwati yang telah menjadi kekasih selingkuhannya sebelum kami berdua.
Lalu apa yang terjadi sehingga Aisyah memilih untuk meninggalkan Mas Al dan menikah dengan laki-laki lain? Bukankah dia mencintai suamiku karena itu dia mau memberikan tubuhnya untuk Mas Al?
"Terus kenapa kemarin Mas tidak bilang saat ku tanya?" tanyaku semakin penasaran.
"Itu karena kamu langsung marah dan pergi ke kamar dan bahkan tidak mau bicara dengan Mas lagi. Mas tunggu kamu hingga reda tapi tidak juga reda malah kamu menyakiti dirimu juga anak-anak jadi Mas tidak sempat bilang. Bahkan jika seandainya kamu tidak menghentikan bahkan tidak memaafkan Mas maka biarlah semua kebenaran atas khilaf Mas di masa lalu Mas bawa hingga ke liang lahat. Asal istri dan anak Mas selamat Mas Ikhlas mungkin ini sudah takdir Mas atas kesalahan yang dulu Mas lakukan," sahut Mas Al tersenyum.
"Maaf Mas, aku tidak mendengar penjelasan Mas hingga akhir. Hingga Mas terpaksa harus meminum racun hanya untuk menyelamatkan aku dan anak-anak dari amarahku sendiri," kataku merasa bersalah.
Mas Al memelukku erat dan mengatakan biarlah semua berlalu toh sekarang aku sudah memaafkan dirinya dan dia berterima kasih karena aku masih mau hidup bersama dirinya. Kurasakan cinta yang luar biasa mengalir kepada ku. Kini cinta dan kasih sayang Mas Al hanya untukku dan buah hatiku. Aku tidak akan melepaskannya lagi. Tidak akan ku biarkan amarahku memisahkan kami lagi.
Dari semua cerita Mas Al masih ada banyak hal yang mengganjal pikiran ku. Misalnya, jika Aisyah mau menyerahkan tubuhnya untuk Mas Al itu berarti dia juga mencintai Mas Al lalu kenapa menikah dengan orang lain? Padahal Mas Al pergi meninggalkan dirinya untuk sekolah, menimba ilmu agar dapat dibanggakan olehnya dan untuk bekal mereka berdua agar Mas Al dapat pekerjaan yang layak saat mereka menikah nanti. Ada apa ini sebenarnya? Apa dia meninggalkan Mas Al karena tidak sanggup LDR (Long Distance Relationship)? Atau karena Mas Al lebih muda darinya sembilan tahun? Semua membuatku bingung.
"Mas, kenapa Aisyah meninggalkan Mas dan menikah dengan laki-laki lain?" tanyaku hati-hati.
"Jujur sampai sekarang Mas masih tidak paham juga soal hal itu. Yang Mas tau saat itu Mas ada di Jerman untuk menempuh S1 dan itu sudah dari umur lima belas tahun. Satu tahun kemudian tepatnya Februari Mas mendapatkan kabar burung bahwa Aisyah akan menikah dengan seorang Kyai muda dan menjadi istri ke empat Kyai tersebut," kata Mas Al kemudian diam, sepertinya dia sedang mencari kata yang tepat untuk dikatakan.
"Lalu Mas terima dia menikah?" tanyaku menyelidik.
"Tidak. Mas tidak terima. Kurang satu tahun lagi Mas bisa menepati janji untuk melamarnya dan bahkan mahar sudah Mas peroleh dengan kerja keras tapi malah Mas mendengar kabar seperti itu. Mas pulang ke Indonesia dan segera pergi ke rumah Aisyah tanpa pulang terlebih dahulu ke rumah orang tua Mas. Disana ternyata Aisyah sedang melangsungkan pernikahan. Penghulu belum hadir. Mas menerobos masuk dan cegah oleh orang tua Aisyah dan kerabatnya. Mas tidak terima dan berontak. Mas berteriak memanggil Aisyah keluar. Saat itu dia datang dengan gaun pengantin beserta ketiga istri Kyai calon suaminya. Lalu apa yang terjadi...?" kata Mas Al mencoba menahan rasa sakit hatinya.
"Apa yang terjadi Mas?" tanyaku.
"Mas menangis di depannya dan memohon agar dia membatalkan pernikahannya itu. Tapi Aisyah menolak dan mengatakan bahwa ini yang terbaik bagi kami. Dia bilang sudah tidak bisa menunggu Mas. Dia sudah tidak mencintai Mas dan memilih menjadi istri ke empat Kyai tersebut. Mas murka dan membongkar rahasia bahwa kami sudah berhubungan badan. Saat itu calon suaminya keluar dari dalam dan mendengar ucapan Mas. Dia bertanya pada Aisyah tapi Aisyah menyangkal semua," kata suamiku, air mata mengalir dari kedua matanya.
Kurasakan rasa sakit Mas Al saat itu. Semua persis seperti yang kurasakan saat Ustadz Zaki malah menyuruhku menikah dengan Mas Al. Betapa aku merasa di khianati olehnya. Saat ini melihat Mas Al aku teringat akan diriku bedanya Aisyah begitu beruntung karena Mas Al sungguh mencintai dirinya. Sedangkan aku benar-benar hanya mainan untuk Ustadz Zaki.
Setelah beberapa detik Mas Al kembali tenang dan melanjutkan ceritanya. Kata Mas Al saat itu Aisyah memutar balikkan fakta. Dia bilang Mas Al selalu meminta berhubungan badan dengan dirinya tapi dia selalu menolak. Mas Al bilang bahwa saat itu Aisyah menangis karena merasa di fitnah dan di permalukan di depan umum oleh Mas Al. Dia menyesal telah berpacaran dengan Mas Al.
"Saat itu Sayang, penghulu akhirnya datang. Seluruh keluarga dan kerabat Aisyah memaksa Mas keluar. Hanya satu orang yang meminta Maaf di situ dengan tetap dipegang oleh keluarga Aisyah agar tidak macam-macam dan melihat proses ijab qobul. Dia adalah Kyai calon suaminya Aisyah. Dia sengaja agar Mas melihat wanita yang Mas cinta direbut olehnya di depan mata Mas sendiri. Mas menyaksikan semuanya. Bahkan Mas melihat dia mencium kening Aisyah dan Aisyah mencium tangan laki-laki itu. Mas hancur. Mas memutuskan pergi dan memberikan mahar yang Mas bawa sebagai hadiah pernikahannya sekaligus tanda perpisahan dari Mas lalu Mas pergi. Dengan cemoohan keluarga Aisyah dan para tamu undangannya tapi Mas tidak peduli lagi. Mas pergi kembali ke Jerman tanpa pulang ke rumah. Mas tidak mau keluarga Mas melihat Mas patah hati saat itu," kata Mas Al mengakhiri ceritanya.
Share this novel