Malam Bersamanya

Drama Series 6599

"Mandi dulu Dek biar segar badannya!" perintah Mas Al padaku.

Aku mengangguk dan segera meluncur ke arah kamar mandi. Sedikit pemberitahuan bahwasannya kamar mandi kami berada di dalam kamar atau biasa disebut kamar mandi dalam. Beberapa detik kemudian aku sudah di dalam kamar mandi. Bersih dan mewah.

Di dalam bathtub di balut busa beraroma wangi dan menenangkan, ku basuh semua seluk-beluk tubuhku seraya membersihkannya dari segala kotoran dan peluh yang menempel sejak selesai acara resepsi pernikahan kami. Mataku terpejam dan ku dapati diriku gemetar sejadinya. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat aku keluar dari sini.

Butuh beberapa menit lamanya untukku mandi dan butuh beberapa jam rasanya untukku berani keluar dari kamar mandi dan berhadapan langsung dengan suamiku. Aku yang saat ini hanya seonggok daging yang hanya terbungkus oleh piyama handuk tanpa ada apapun lagi yang bisa ku kenakan di dalamnya hanya bisa diam, mematung di depan pintu kamar mandi. Menghela nafas berkali-kali. Berdebar kencang hingga kesulitan bernafas. Bagaimana mana ini? Apa yang harus kulakukan?

Tiba-tiba, terdengar ketukan dari arah depan ku. Tepat di pintu ini. Tok tok tok. Bunyi itu terdengar lagi berulang kali. Aku takut. Aku tahu itu dia tapi aku takut untuk membukanya. Aku takut melihat Mas Al dan menghadapinya.

"Dek kamu tidak apa-apa di dalam? Sudah mandi belum? Jangan lama-lama, tidak baik mandi malam terlalu lama, bisa sakit", ujarnya terdengar sangat khawatir.

Ku hirup nafas panjang dan dalam dan ku raih kenop pintu dan menariknya ke arahku hingga cahaya dari dalam kamar tidur menerpaku tepat di muka. Ku dapati wajah tampan suamiku, Mas Al di balik pintu. Aku melihat wajahnya tersenyum lalu aku menunduk. Malu, grogi beserta takut menghinggapi sekujur tubuhku selanjutnya ku dengar dia mengatakan sesuatu.

"Kok belum pakai baju Dek?" ucapnya sambil memperhatikan tubuhku dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Aku terhenyak mendengar kata-katanya.

"Bukannya kita mau melakukan jimak?" spontan aku berkata keheranan.

"Memang mau? Yakin sudah siap lahir batin? Bukannya ada yang lebih penting dari jimak? Memang kamu tidak penasaran sama Mas? Mas suamimu yang belum pernah kamu temui satu kali pun lho", kalimatnya membuatku tergagap.

Aku mengangguk mengiyakan semua pertanyaannya dan dia mempersilakan aku untuk berganti pakaian. Ku turuti kemauannya. Sejujurnya aku malu hanya memakai piyama di depannya. Sesegera mungkin ku percepat berganti pakaian. Ku hampiri Mas Al yang sudah ada di atas ranjang menungguku. Dia memanggilku dan menepuk kasur di sebelahnya menandakan dia ingin aku disampingnya. Ku turuti. Aku sudah sangat penasaran dengan apa yang ingin dia bicarakan.

"Dek, boleh tahu alasan kamu mau menikah dengan Mas? Kenapa kamu menerima dijodohkan dengan Mas oleh orang tua Mas padahal kamu sama sekali tidak mengenal Mas bahkan tidak tahu Mas seperti apa?" ujarnya membuka percakapan.

Ku jelaskan semua alasan ku padanya tanpa ada yang ku tutupi, ku kurangi ataupun ku lebih-lebihkan. Mas Al mengangguk dan tersenyum seraya menarik tubuhku ke arahnya, ke dalam pelukannya lalu membisikkan kata terima kasih di telingaku yang membuatku meleleh saat itu juga.

Di dalam pelukannya yang hangat aku ganti bertanya pertanyaan yang sama dengan yang dia lontarkan padaku. Dia merebahkan dirinya dengan aku di pelukannya ke atas kasur hingga posisiku saat ini dalam ke adaan tidur di atas tubuh Mas Al di dalam pelukannya. Kurasakan sensasi yang luar biasa hangat dan membuat ku merasa nyaman, lebih nyaman bahkan dibandingkan dengan tidur sendirian di atas kasur. Dan aku tersadar seketika bahwa tubuh suamiku benar-benar berotot dan terasa sekali bahwa tubuhnya bagaikan roti sobek alias kotak-kotak atau biasa disebut sixpack. Membuatku merasa nyaman.

Mas Al pun bercerita panjang lebar intinya adalah bahwa dia tidak mempunyai wanita yang dia sukai atau bisa disebut juga bahwa dia tidak punya calon untuk dijadikan istri, yang kedua ibunya yang memintanya untuk menikah dikarenakan kuliahnya sudah tamat hingga S3 dan dia sudah bekerja jadi untuk apa bermain-main lebih baik dia segera berkeluarga karena berkeluarga juga merupakan ibadah bagi yang mampu dan Mas Al tergolong mampu.

Tapi karena Mas Al tidak memiliki calon untuk dijadikan istri maka ia meminta ibunya untuk mencarikan jodoh untuk dirinya. Mas Al percaya akan pilihan orang tuanya terutama ibunya adalah wanita yang baik, yang terhormat dan pastinya bukanlah wanita yang tidak beriman.

Aku tersenyum mendengar kata-katanya dan tertidur pulas dipelukannya. Mendapati aku sudah tertidur lelap Mas Al mengecup keningku dan memelukku sambil memejamkan matanya. Kami tertidur bersama dalam posisi berpelukkan. Tapi sekali lagi ku perjelas bahwa kami belum melaksanakan kewajiban dan hak kami sebagai suami-istri hanya tidur bersama karena kelelahan menjalani acara resepsi pernikahan kami. Sangat disayangkan memang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience