Kebenaran

Drama Series 6599

Mas Al membawa anak-anak keluar sebentar karena mereka merengek minta es krim. Mereka berlima pergi ke minimarket sebelah dan meninggalkan aku sendiri di lobi. Dari jauh nampak ku lihat Aisyah mantan pacar Mas Al. Bikin iritasi saja, pagi-pagi udah ketemu wanita ular itu.

Perlahan tapi pasti dia datang ke arahku. Sepertinya ada yang ingin dia katakan atau lebih tepatnya kurasa dia ingin mencoba mengadu domba aku dan Mas Al. Aku harus waspada. Sepertinya dia orang yang licik.

"Assalamualaikum, Mbak istrinya Aldrik kan? Perkenalkan nama saya Aisyah mantan pacar Al," kata wanita itu.

Jelas sekali dia punya maksud yang busuk. Kalau tidak untuk apa dia memperkenalkan dirinya sebagai mantan pacar Mas Al. Mau apa dia? Aku diam saja tak menghiraukan perkataannya.

"Ada apa? Merasa terintimidasi? Yah wajar sih saya kan mantannya Al satu-satunya. Dia begitu cinta pada saya bahkan tergila-gila pada saya. Sayang takdir memisahkan kami," kata si wanita ular itu.

"Istighfar Mbak. Anda sudah bersuami, istri orang. Haram hukumnya anda mengurusi suami orang lain. Lagi pula saya tidak terintimidasi sama sekali. Mas Al sudah cerita semua pada saya. Anda yang memutuskan untuk pergi dari suami saya kepada suami orang, suami anda saat ini dan bukan Mas Al. Mas Al sudah move on Mbak jadi tidak perlu mengkhawatirkan suami saya. Ada saya dan anaknya yang akan selalu ada di sisi Mas Al. Jadi, Mbak move on saja dari suami saya! Mbak sedang tidak menyesal karena sudah meninggalkan Mas Al untuk jadi istri ke empat suami anda?" sindirku halus tapi tetap akan berdampak baginya.

"Tentu saja tidak. Suami saya jauh lebih baik dari Aldrik suamimu dari segala hal. Saya hanya kasihan saja kamu mendapat orang rendah seperti Al. Bahkan dia pernah meniduri saya dulu. Apa kamu tidak jijik dengan laki-laki bejat seperti Al suamimu?" katanya tersenyum meledek.

Aku tersenyum lalu tertawa mendengar ucapannya itu. Dia kaget dengan reaksi yang ku berikan padanya. Dia nampak kesal sekali.

"Apanya yang lucu?" kata Aisyah geram.

"Lucu dong Mbak. Karena sekarang anda sedang mengakui bahwa anda pernah tidur bersama suami saya saat kalian belum ada ikatan apapun. Bukannya kemarin anda bilang itu fitnah di depan suami anda dan istri-istrinya yang lain? Jadi mana yang benar Mbak? Jujur saja karena saya sudah dengar versi aslinya dari pihak Mas Al. Jadi Mbak itu difitnah Mas Al sudah berhubungan suami istri untuk mempertahankan anda atau anda benar-benar sudah melakukan hubungan suami istri dengan Mas Al dan tidak mau mengakuinya karena tidak ingin bersama suami saya? Mana yang benar Mbak? Kenapa tidak anda panggil suami anda beserta istrinya yang lain kemari dan kita duduk bersama membongkar siapa yang lebih busuk dari siapa. Mas Al melakukannya karena cinta dan dia berusaha mempertanggung jawabkan perbuatannya juga mempertahankan cintanya sedangkan anda mengatakan pada suami anda bahwa semua itu fitnah hanya untuk Mas Al menggagalkan pernikahan kalian padahal anda sudah tidak cinta pada Mas Al dan anda sudah memutuskan hubungan kalian sebelum menikah dengan suami anda. Mana yang benar? Apa mau anda sebenarnya? Cerita cinta anda dengan suami saya sudah lenyap beserta kebohongan yang anda buat dan sekarang Mas Al milik saya, suami saya. Pergilah ke suamimu sendiri dan jangan ganggu suami saya. Karena cuma wanita murahan yang menggangu rumah tangga orang lain," kataku menyerangnya bertubi-tubi.

Aisyah terdiam. Dia sadar dia sudah salah langkah mengatakan hal yang sebenarnya padaku. Bisa saja aku membongkar kebusukannya pada keluarganya yang sekarang. Itu menunjukkan bahwa suamiku hanyalah seorang yang mencintai Aisyah hingga berbuat tidak baik tapi dia memiliki keinginan untuk bertanggung jawab atas tindakannya karena dia benar-benar cinta. Sedangkan Aisyah berbohong agar dia bisa menikah dengan Ustadz itu dan menutupi bahwa dirinya hanyalah wanita yang tidak baik karena mau tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya dan bahkan dia menolak diberikan pertanggung jawaban laki-laki tersebut.

Aku tidak akan melepaskan suamiku dan cintanya kepadaku untuk si wanita ular itu. Dia sudah memutuskan untuk menolak pertanggungjawaban suamiku dan menikah dengan yang lain. Mas Al sendiri sudah memutuskan untuk bersamaku selamanya jadi sekarang giliranku memutuskan untuk mempertahankan suamiku dan rumah tanggaku dari Aisyah. Aku tidak akan membiarkan dia mengambil hakku.

"Assalamualaikum," sapa seorang laki-laki dari arah pintu hotel.

Itu Mas Al suamiku. dan anak-anak. Eh, rupanya anak-anakku tertidur di gendongan Papanya. Lucunya.

"Sayang aku minta tolong bantuannya buat menidurkan anak-anak di kasur. Kasihan kalau kebangun," kata suamiku.

Aku mengangguk dan pergi ke arah suamiku. Bersama kami masuk ke kamar kami. Ku ambil satu persatu anak-anak dari gendongan Mas Al dan meletakkannya di kasur perlahan.

Empat jagoan kecilku kini sudah terlelap nyenyak. Mas Al menghampiri dan memelukku. Dia berterima kasih karena telah membantunya meletakkan anak-anak. Aku suka saat dia seperti itu. Pelukan Mas Al begitu hangat dan nyaman. Aku jadi semakin cinta padanya.

"Makan siang yuk, Sayang!" ajak Mas Al.

"Yuk, Mas. Anak-anak di jaga security system ya Mas biar aman," balasku.

Mas Al mengiyakan permintaanku. Setelah memastikan keamanan anak-anak kami berdua pergi ke arah restoran untuk makan siang. Belum lama kami melangkah, Aisyah menghentikan langkah kami dengan kata-katanya.

"Al kok mau sih kamu punya istri gak punya sopan santun seperti dia. Apa coba yang kamu lihat darinya. Lebih baik aku dari dia," katanya sekencang mungkin agar kami berdua mendengar ucapannya.

"Kenapa Mbak? Menyesal sudah membuangku? Tobat Mbak, kamu sudah punya suami masih saja menggoda suami orang seperti pelakor.
Lagi pula lebih baik istriku dari pada kamu, Mbak. Dia tidak mempermainkan perasaanku dan dia tidak arogan sepertimu. Bahkan lebih baiknya lagi dia tidak memperlakukan aku seperti sampah seperti yang kamu lakukan padaku dulu. Semua tentang kita sudah berakhir. Rasaku padamu sudah mati bersama dengan pengkhianatanmu yang menolakku mempertanggung jawabkan perbuatan kita dulu. Mencoba menjadikan kamu istriku yang sah. Semua sudah berakhir pergilah ke suamimu dan jangan ganggu keluargaku. Kamu bukan siapa-siapa dan tidak akan pernah jadi siapapun di hidupku," jawab Mas Al meradang.

Kami meninggalkan Aisyah dengan semua tingkah lakunya. Dia membeku mendengar jawaban Mas Al. Biar tahu rasa. Dia pikir Mas Al akan selamanya mencintai dan menunggu kehadirannya. Mimpi. Mas Al saja sempat trauma karena ulahnya. Bisa-bisanya dia berpikir demikian. Dasar tidak tahu malu. Murahan. Buat orang jijik saja melihat tingkah lakunya itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience