Sudah hampir berjam-jam lamanya Catherine terduduk mematung di taman kampus, ia hanya menatap kosong kearah Erick yang tengah latihan futsal sembari membolak-balikkan buku digenggamnya. Ia terlalu sibuk memikirkan kejadian tadi malam sampai Acuh tak acuh akan keberadaan Erick atau sekedar menyemangati gebetannya itu.
"Hey, lagi ada masalah ya?" Tanya Erick yang memutuskan menyudahi latihannya dan menghampiri Catherine karena tidak biasanya saja gadis itu terlihat hilang arah seperti ini.
"Gak kok,cuman kelelahan banyak tugas.jadi gimana persiapan buat lomba basket Minggu depan?" Catherine berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Cukup siap, oh iya ada kampus lagi gak hari ini?"
"Gak ada,mau kemana rupanya?"
"Bioskop? kebetulan ada film romantis kesukaan kamu" Catherine hanya mengiyakan penuh semangat.
"Oke,kalau gitu aku ganti baju dulu ya"
"Aku tunggu dimobil kamu aja ya" Ucap Catherine yang langsung diberi kunci oleh lelaki itu.Lalu keduanya beranjak dari tempat duduknya dan berjalan berlawanan arah dimana gadis itu berjalan menuju parkiran.
Ia sedikit mempercepat langkahnya sebab ia tidak ingin secara tak sengaja berpapasan dengan Dennis dan malah menimbulkan masalah yang rumit, namun saat akan masuk dalam mobil mendadak tangannya di tarik oleh Alex.
"Mau kemana?"
"Pastinya ngedate ke bioskop sama Erick" Jawabnya sekali lagi penuh elegan dan kepercayaan diri karena ia tidak ingin Alex Curiga kalau dirinya belum bisa melupakan kejadian kemarin.
"Oh,semoga have fun ya. Oh iya boleh aku masuk bentar kemobilnya?" Tanya Alex yang membuat catherine menatap bingung sejenak tetapi tak lama ia hanya memberikan respon mengangguk mengiyakan yang bisa diberikannya,lalu ia ikut masuk juga saat Alex menyuruhnya masuk dan Kini keduanya berada dalam mobil Erick untuk saat ini yang mana Kemudian tanpa aba-aba Alex langsung bibir gadis itu dan membisikkan sesuatu ditelinga Catherine sampai keduanya tidak mempunyai jarak.
"Aku tidak ingin dirinya menciummu, jadi usahakan menghindarlah kalau kau tak ingin bekas ciumanku hilang dari bibirmu" Suara berat lelaki itu terasa nyaman ditelinga Catherine.
" Oke,aku pergi ya jumpai Bianca"
Catherine hanya mengangguk saja dan melihat lelaki itu meninggalkan mobil.
"Dasar Alex nakal" Ucapnya sembari tertawa kecil, setidaknya hal itu bisa mengobati perasaan ragunya saat ini.
*******
Sesuai perkataan Alex, selama didalam bioskop gadis itu sama sekali menghindari kontak mata dengan Erick dan berpura-pura fokus menonton filmnya padahal sudah berulang kali Erick memberikan isyarat tetapi kali ini Catherine lebih memilih menepati janjinya pada Alex dibandingkan bermain api bersama Erick.
Memang kenyataannya Catherine tak pernah tahu apa yang dilakukan Alex dengan para kekasihnya diluar sana ,hanya saja setiap kali lelaki itu berbicara selalu saja Catherine terhipnotis dan mempercayai setiap kalimat yang diutarakan Alex padanya.
Entah kenapa Catherine merasa kalau hanya kepadanya sajalah Alex sama sekali tidak pernah berbohong, ia paham watak kekasih yang telah dikenalnya itu sejak dibangku kelas dua SMA. Lelaki romantis yang penuh kemisteriusan dan hampir tak pernah membencinya atau sekedar memarahinya, itulah Alex yang kini teramat dicinta Catherine setengah mati.
"Aku sama sekali tidak menikmati filmnya" Ucap siplayboy Erick, namun semenjak menjalin kemesraan dengan Catherine mendadak dirinya berubah menjadi setia karena memang memiliki hubungan pada gadis itu setara dengan mendapatkan tumpukan emas besar sehingga tak perlu lagi siplayboy itu menebar pesona pada semua wanita hanya untuk menjadi terkenal.
"Oh iya? bagaimana kalau kita main game basket di timezone? Kira-kira lebih hebat kamunya atau aku?"
" kalau aku menang,gimana?"
" Aku akan menjadi kekasihmu dan kau bisa mengatakan pada semua rekan basketmu kalau kau telah berhasil menjadikanku Kekasihmu" Tawaran Catherine benar-benar menggiurkan lelaki itu, ia langsung setuju dan menarik lembut tangan Catherine kearah wahana Timezone.
"Aku akan memenangkan ini" Ucap Erick penuh percaya diri, Catherine hanya tersenyum saja sembari merangkul pundak Erick karena memang kenyataannya dia bakal tahu pasti kalau ericklah yang akan menang.
"Aku tahu kau yang akan menang" Bisiknya yang dibalas senyuman licik dari playboy itu.
***
Setelah asyik menghabiskan waktu di mall, keduanya memutuskan untuk kembali pulang sebab jam sudah menunjukkan pukul tengah malam yang mana di Sepanjang perjalanan menuju rumah, Catherine tak berhenti memainkan gadgetnya dan berulang kali kedapatan tersenyum hingga membuat Erick sedikit kesal karena tak dihiraukan oleh kekasih barunya itu.
"Hmm...aduh kayaknya senyuman manis kamu bukan buat aku deh" sindirnya, tentunya gadis itu langsung peka dan langsung menyimpan handphonenya itu.
Ia mengamati Erick yang sedang menyetir mobil cukup lama sampai lelaki itu jadi salah tingkah.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu ,sayang?"
"kamu itu tampan ,kenapa sih harus jadi playboy ? emang susah ya dapat wanita yang setia?" Pertanyaan itu membuat geli Erick, ia hampir tak bisa menahan gelak tawanya dan rasanya pacarnya kini cukup unik dan berbeda dari kebanyakan wanita lain yang pernah disakitinya.
"Setia itu cuman untuk wanita yang akan kunikahi nantinya, Lagian emang udah mainstream kan cowok ganteng jadi playboy " Jawabnya penuh percaya diri.
" jadi samaku juga main-main?"
"Gak tahu kalau hari ini, lihat aja nanti seberapa nyaman aku sama kamu yang dijuluki the most wanted girl sekampus"
"Tentu, dasar playboy !!" Bisiknya ditelinga Erick , lalu ia meraih ponsel di saku baju lelaki itu kemudian memotret dirinya sendiri.
"Lagi apa sih?"
"Menyetir yang hati-hati ya, aku lagi memasang wajahku yang cantik ini menjadi wallpaper handphone buat siplayboy seperti mu"
"okay tuan putri" Ledeknya, keduanya pun saling tertawa kecil dan menikmati momen bersama ini sembari menikmati perjalanan malam.
****
"Apa??? loe jadian sama Erick?" Lisa, sahabat akrab Catherine sejak duduk di bangku kuliah tampak kaget mendengarkan berita tersebut karena dia juga merupakan salah satu fansgirlnya Erick yang menjadi idola bagi anak sastra Inggris.
"Iya" Jawab Catherine singkat sembari meneguk minuman lemon teanya.
"Gue sih senang cuman bukannya loe masih pacaran ya sama Dennis?" Tanya Lisa yang membuat Catherine panik dan menutup mulut sahabat nya itu, untungnya para mahasiswa-mahasiswa dicafe terlalu sibuk untuk mendengarkan obrolan ringan mereka bahkan tak satupun yang peduli tatkala Lisa berteriak menyebut nama Erick.
"Shutt..ini rahasia kita" Lisa hanya mengangguk saja sembari menghela nafas, ia memang sudah tahu kalau sahabat nya itu adalah pemain sejati bahkan saat duduk dibangku semester satu saja hampir seluruh anak sastra Inggris yang menjadi pacarnya dan putus secara sepihak dengan alasan bahwa gadis itu telah bosan.
"sahabat gue memang playgirl sejati ya" ledek Lisa pelan, Catherine hanya tersenyum saja seakan dirinya bangga akan julukan tersebut.
"Kalian bicara apa sih?" Tanya seorang lelaki tampan berpakaian kaus kasual, tubuhnya cukup bagus untuk menjadi seorang model dan lesung pipi yang berbentuk sabit dipipinya.
"Astaga Dennis, kamu buat kaget aja" Celutuk Catherine, Dennis hanya mencubit pipi kekasihnya itu dan meraih minuman Catherine.
"Wah!!!bahkan dia tampak keren saat minum!!!" Puji Lisa spontan dan membuat Dennis tertawa kecil saat mendengarkan pujian dari Lisa.
"iya, dia memang cowok ganteng yang menghantui pikiranku" Lanjut Catherine tak mau kalah, hal itu membuat Dennis sedikit salah tingkah karena dipuji oleh dua orang gadis ini.
Ia hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya saja dan menggenggam jemari cathrine yang berada disampingnya.
"Oh ok gue ngerti, yaudah gue balik duluan ya Cath" Lisa langsung mengambil tasnya dan berjalan menyisakan Catherine dan Dennis disana.
"Duduk dulu yuk" Ajak Catherine, keduanya pun saling duduk berhadapan satu sama lain dengan tetap menggenggam kedua tangan.
"Oke ,ada yang ingin disampaikan?" Tanya Catherine memulai percakapan.
"Lusa nanti mamaku ulang tahun, dia ingin kamu datang kerumah buat ngerayain ultah mama bersama kami serta beberapa ibu-ibu sosialita"
"waw..ini berita yang mendebarkan buat aku, aku kan sama sekali belum pernah ketemu keluarga kamu dan kayaknya itu adalah momen spesial" Ucapnya bohong, padahal sebenarnya hatinya ingin mengatakan kalau gadis itu tidak ingin seserius itu pada Dennis dan rasanya ini sudah terlalu jauh sekali,tetapi jika dipikir-pikir lagi olehnya sepertinya tak ada salahnya dia bersilahturahmi pada keluarga Dennis sekaligus menambah pengalaman.
"Hmm sebenarnya sih aku ada kesibukan...tapi kayaknya aku usahain bakal datang demi kamu"
"aku pun berharap demikian" Wajah Dennis langsung ceria dan ketampanannya semakin menambah.
"Kalau gitu besok kamu jemput aku dirumah, aku harus menyiapkan hadiah yang bagus buat mama kamu"
"Of course baby" Dennis mengacak rambut gadis itu dan keduanya kembali terlarut dalam pembicaraan topik lain yang tanpa disadari mereka kalau ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya .
Cukup lama keduanya saling mengobrol layaknya seperti seorang kekasih sampai akhirnya gadis itu menyadari sosok yang sedari tadi menatap tajam kearah mereka, tentunya Catherine langsung panik dan wajahnya mendadak pucat.
"Den, kayaknya aku ada kelas jadi aku duluan ya" Tatapannya jadi kurang fokus dan Dennis menyadari itu.
"Kok panik gitu?kenapa Catherine?"
"iya , soalnya dosennya hari ini galak jadi aku gak apa-apa kan ninggalin kamu disini"
"iya gak apa-apa kok, Lagian prioritas kamu bukan aku aja tapi pendidikan kamu juga"
"Makasih ya den" ia membelai wajah dennis lalu berjalan pergi meninggalkan kekasihnya itu menghampiri sosok yang tak lain ialah Erick.
Ia menarik tangan Erick menjauhi cafe agar tidak dilihat oleh Dennis dan berjalan dengan kecepatan langkah kaki yang penuh.
"Loe mainin gue?" Erick langsung melepaskan tangannya dari genggaman Cathrine, untungnya posisi mereka sudah cukup jauh dari cafe jadi gadis itu tidak terlalu khawatir lagi sekarang.
"Bukan gitu, kita bisa bicarakan baik-baik"
"Gue temui loe nanti sore di taman perumahan loe" Ia langsung berjalan pergi meninggalkan Catherine yang mulai canggung sebab baru kali ini dirinya ketahuan selingkuh oleh pasangannya,belum lagi yang diselingkuhi nya adalah cowok yang cukup populer dikampus.
"Kamu dimana Alex? aku takut sekarang" Jeritnya dalam hati yang tak berhenti memanggil nama pemuda itu sembari berlari menyusuri fakultas kampus dengan tergesa-gesa, walau bagaimanapun Catherine masihlah wanita polos yang teramat takut dan setiap kali ketakutan biasanya ia selalu mengadu kepada Axel, kakak laki-lakinya yang sudah meninggal dan kini hanya Alex lah tempatnya berlindung setelah kepergian Axel.
"Hey, ada lihat Alex gak?" Tanya Cathrine kepada setiap orang yang dilewatinya, ia kini benar-benar butuh keberadaan Alex .
"Dimana sih kamu,Lex?" celutuknya kelelahan dan memilih terduduk di halte kampus,ingin rasanya menelepon lelaki itu cuman handphone nya saat ini tengah lowbet jadi mau tak mau ia harus mencari pemuda itu di sekeliling kampus yang luas ini.
Dengan penuh kekhawatiran didalam dirinya, ia mencoba untuk menatap sekelilingnya dengan penuh hati-hati barangkali lelaki itu berada disekitar sana, sampai keberuntungan berpihak padanya dimana ia menemukan mobil Alex melewati halte yang didudukinya.
ia pun langsung berlari kearah parkiran mengikuti mobil itu , tetapi segera bersembunyi dibalik mobil lain saat mendapati sosok Bianca yang keluar dari mobil Alex bersama dengan pemuda itu,bukan hanya itu saja ada satu hal yang benar-benar membuat Cathrine baru menyadarinya saat melihat kalau Alex kerap menghindar tatkala saat Bianca mencoba memeluk atau menciumnya sama seperti mantan-mantan atau kekasih Alex lainnya. Ingatannya kini mulai terbuka bahwa memang hanya dirinya saja yang pernah dipeluk atau dicium oleh Alex dan sebuah senyuman kemenangan terpancar dibibirnya sampai ia hampir saja lupa tujuan awalnya ingin menemui alex guna membicarakan tentang masalah Erick.
"Maaf bi, aku memang cinta sama kamu makanya aku gak ingin memeluk kamu"
Jblekk..ucapan yang keluar dari mulut Alex sendiri membuat senyuman Catherine langsung memudar, hatinya kini sedikit hancur dan harapan yang sedari tadi dibanggakannya menjadi ambigu tanpa kejelasan sedangkan gadis bernama Bianca itu terlihat bahagia mendengarkan ungkapan dari Alex.
"Kayaknya bukan waktu yang tepat buat ketemu dia" Ketus kesal Catherine, ia begiu kecewa sampai menimbulkan kecerobohan yang membuat Bianca dan Alex tahu akan keberadaannya, tanpa sengaja ia melemparkan botol minuman tepat kearah Bianca dan hampir saja mengenai gadis itu.
" Maaf , aku gak sengaja" Ucapnya tak kalah malu, ia langsung berjalan menghampiri mereka .
"Iy gak apa-apa,Kamu ngapain dibalik mobil itu? " Tanya bianca sinis tetapi cukup sopan.
"Aku lagi nyari gelangku yang hilang ,soalnya itu hadiah dari pacarku yang terbaik" Jawab Catherine dengan senyuman terpaksa sembari menatap kesal pada pemuda itu.
"Eh tunggu deh, kamu itu pacarnya Dennis kan?"
"Kok tahu?" Tanya balik Cathrine yang begitu terkejut akan yang dibilang Bianca barusan.
"iya kan Dennis yang cerita, aku itu sepupunya Dennis" Jelas bianca, Ia lalu menyalami tangan Catherine dengan penuh riang.
"Aku senang deh bisa ketemu gadis yang sangat dicintai sepupuku, oh iya namaku Bianca" Catherine hanya mengangguk mengiyakan saja ,lalu sesekali ia menatap tajam kearah Alex yang sebenarnya sudah tahu akan hal ini.
"Bi, kayaknya aku ada urusan lagi jadi sampai ketemu lain waktu" Ia langsung berjalan pergi menjauhi mereka sembari menggerutu kesal, tak sangka kalau Alex tahu hal ini dan dia memang kelihatannya sengaja untuk tetap setia menjalin hubungan dengan Bianca .
"Pantesan aja semester lalu Alex gak jadi mutusin Bianca, dia memang cowok ngeselin" Ocehnya penuh kekesalan,lalu berjalan kearah gerbang utama kampus sembari menunggu taksi.
Namun bukannya taksi yang ditunggu mendatanginya melainkan mobil hitam milik alex yang berhenti tepat dihadapan gadis itu.
"naiklah,biar aku jelasin!" Perintah lelaki itu dengan segala kekakuannya, Catherine hanya menurutinya saja dan menaiki mobil itu tanpa rasa ragu.
"Aku memang udah tahu makanya waktu itu gak jadi mutusin Bianca" Wajahnya sama sekali enggan menatap Catherine selain fokus lurus kedepan.
"Kenapa?"
"Gak ada alasan untuk menjawabnya, lagian lusa juga kita bakal ketemu dipesta ulang tahun mamanya Dennis kok, dan bukannya itu sebuah keuntungan buatku, lagian nanti aku juga bisa memastikan bahwa kau masih mencintaiku, jadi gak bakal ada peluang bagi lelaki itu merebutmu dariku"
"Kau tampak bahagia kalau aku menyukai mu tapi aku merasa sangat ambigu memikirkan perasaanmu denganku" ucap Cathrine tajam dan berharap lelaki itu kali ini jujur akan perasaannya.
Namun bukannya Alex menjawab pertanyaan tersebut, ia malah memarkirkan mobilnya dipinggir jalan dan mendekatkan wajahnya kearah gadis itu, awalnya Catherine hanya memejamkan matanya saja mengikuti permainan nafsu itu lagi tetapi entah kenapa ucapan Alex kepada Bianca saat diparkiran terbesit dipikirannya dan sontak ia langsung menolak tubuh Alex.
"Berhenti alex, aku hanya ingin tahu perasaanmu aja! " Bentaknya pada Alex ,lelaki itu hanya diam mematung saja mendengarkan perkataanya Catherine.
"Maaf, aku udah berbuat semauku padamu,Oh iya, buat apa tadi nyari aku?" ucapnya mengalihkan konflik barusan sembari mencairkan suasana yang sempat rusak tadi dengan meninggalkan sebuah tanda tanya besar.
"Gak apa-apa,jadi tadi aku ingin menemuimu karena aku ingin kau tahu kalau erick sudah tahu bahwa aku telah bermain api dibelakangnya dan ia ingin bertemu empat mata denganku nanti sore" Raut wajah Catherine kembali lagi menjadi panik dan hal itu sangat dibenci oleh Alex, ia langsung menyalakan kembali mobilnya tanpa memberikan respon sedikitpun pada Cathrine.
"Lex, kita mau kemana?" Gadis itu mengarahkan tubuhnya kearah Alex dan menatap bingung pada pemuda itu.
"Kau tahukan kalau aku benci membuatmu panik ataupun bersedih?" Catherine mengangguk pelan, "Jadi lebih baik duduk tenang aja ,lagian aku juga mempunyai banyak waktu sebelum sore untuk mengisi momen bersamamu" sambung Alex yang membuat Cathrine hanya bisa tersenyum saja.
"Dasar aneh, aku butuh saranmu bukan waktu bersamamu" Ledek Catherine.
"Aku sudah mengenalmu lama, kau itu tidak butuh saranku Cath tapi keberadaanku dan sekarang aku bakal membuatmu tenang dulu, lagian kamu juga lebih ahli kok dalam urusan ini"
"Hmm.." cathrine hanya tersenyum senang.
"kamu sudah tersenyum saja hanya karena perkataanku barusan, Dasar pacar yang aneh" Balasnya tersenyum sambil menyetir mobil kearea taman bermain.
****
"Kita ketaman bermain?" Tanya Cathrine sedikit kebingungan.
"Yuk turun!"
"Alex,ngapain sih kita ketaman bermain? Katanya mau ketempat yang menyenangkan?" Keluh Cathrine pada lelaki yang kini berada dihadapannya.
"Taman bermain memang kelihatan sederhana dan tidak serumit hubungan percintaanmu " Ledek Alex yang langsung mencolek dagu Cathrine.
" Terserah" Ketusnya, tetapi medadak kekesalannya itu sirna saat melihat seorang pedagang permen lollipop yang berada tak jauh dari posisi mereka.
"Hmm.." ia sengaja berdehem , "Tuan Alex terhormat, bisakah kita membeli lollipop?" Ia menirukan gaya pelayan istana kepada pria itu, Alex hanya tersenyum tipis dan setengah membungkuk layaknya bangsawan.
"Tentu saja putri Cathrine, aku akan mengabulkan permintaanmu"
"Asyik!!!" Tingkah kanak-kanaknya perlahan bangkit, ia langsung berjalan mendahului Alex kearah pedagang itu.Namun saat berjalan beberapa langkah entah kenapa hatinya memintanya untuk berbalik badan dan sontak ia mendapati bibir Alex tengah menghitung angka dan berteriak pelan seakan ia sedang taruhan pada dirinya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Tidak ada" jawabnya cepat Lalu berjalan menyusul Cathrine.
Catherine hanya bisa menggelengkan kepalanya saja menatap kemisteriusan Alex, tetapi baginya itu adalah sebuah daya tarik tersendiri dan alasan dirinya sangat mencintai lelaki itu.
Dengan penuh antusias Catherine memakan lollipop itu dan hampir terlarut dalam manisnya permen itu sampai akhirnya Alex geram dan mengambil lollipop ditangan gadis itu.
"Alexander.."
"Aku kesini untuk menghiburmu, harusnya aku yang membuatmu bahagia bukan setangkai permen lollipop ini"
"Kamu iri dengan permen ini?" Gelak tawa membludak saat ini , gadis itu sangat bahagia melihat ekspresi Alex yang kesal hanya karena sebuah permen .
"Tentu, kau adalah milikku dan hanya aku yang harusnya membuatmu tersenyum dan bahagia"
"Kalau gitu buatlah aku selalu tersenyum" Ia memandangi Alex dengan senyuman yang menggoda, lalu merebut kembali lollipop nya dari tangan Alex sedangkan pemuda itu segera bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan gadis itu sembari berdehem keras dan bersiap-siap bernyanyi.
"You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You'll never know dear, how much I love you
Please don't take my sunshine away
I'll always love you and make you happy
If you will only say the same
But if you leave me and love another
You'll regret it all some day"
Alex menyanyikan lagu itu penuh penghayatan namun tetap diselingi ekspresi kocaknya yang membuat Catherine tersenyum bahagia dan tertawa bersamaan,
"Kamu ikhlas gak sih nyanyi buat aku? hahaha .." Tawanya lepas.
"Iya dong Cathrine sayang" ia kembali duduk disamping Cathrine, "Nah, aku udah puas sekarang buat kamu bahagia" sambungnya memainkan alis mata.
" Makasih ya" ia menatap Alex dan menyisakan jarak beberapa meter, beruntungnya hidung mereka cukup mancung jadi jarak tersebut masih lumayan jauh.
"Mau aku antarin buat nemuin kekasih barumu itu?" Tanya Alex, Catherine hanya mengangguk saja.
"Tapi tetaplah bersembunyi didalam mobil, aku tidak mau disebut wanita buas"
" Fine!" Ia langsung merampas lollipop gadis itu lagi dan memasukkannya kedalam mulutnya, kemudian beranjak bangkit dari sana yang disusul oleh Cathrine.
****
Mobil itu melaju cukup kencang tanpa memperdulikan peraturan lalu lintas dan hampir berkali-kali dirinya selalu kena tilang,akan tetapi itu tidak membuatnya berubah dan pada kenyataannya memang begitulah Alex, pemuda tampan dari keluarga kaya dan bermartabat yang selalu saja tidak mengikuti aturan apapun,bahkan sejak masih dibangku sekolah dirinya sama sekali tidak pernah absen dihukum karena telat sekolah atau tidak pernah ikut upacara bendera meskipun ia selalu mendapatkan nilai tertinggi disekolah setiap akhir semester dengan kecerdasan yang cukup diakui.
Sama pula halnya dalam percintaan, Alex tak pernah mengikuti aturan komitmen yang dibuat bersama dan selalu sesuka hatinya saja menjalani hubungan percintaan itu meskipun dirinya dikenal sangat baik dalam memperlakukan wanita.
Hingga tak terasa mobil itu sampai juga di taman yang dijanjikan oleh Cathrine dan Erick, gadis itu pun segera turun menjumpai Erick yang sedari tadi menunggunya namun tidak menyadari keberadaan Catherine yang datang diantar menggunakan mobil.
"Erick!" Panggil Cathrine sembari memegang pundak Erick, Erick hanya tersenyum terpaksa saja dan menyingkirkan tangan gadis itu dari dirinya.
"sekarang loe jelasin ke gue?"
"Aku bakal jelasin asalkan kamu juga jawab pertanyaanku" Erick mengangguk setuju.
"Kamu marah kayak gini karena memang cinta samaku dan sakit hati karena aku selingkuhi atau karena kamu malu gara-gara seorang playboy kayak kamu dikhianati?" Wajah Erick spontan kesal dan keduanya tangannya yang mengepal seakan siap untuk memukul gadis itu tetapi semua itu mendadak padam tatkala Catherine membelai wajah Erick dan memperlihatkan mata menggodanya.
"Apa salahnya kalau kita lupakan masalah itu Erick tersayang, lagian kamu juga sudah memilikiku seutuhnya dan masalah lelaki yang kau lihat dikampus tadi bukanlah siapa-siapa selain kekasih menyedihkanku" Rayu Catherine dengan akalnya, Awalnya lelaki itu enggan terbujuk rayu dan percaya begitu saja tetapi bukan Cathrine namanya kalau tidak pandai merayu, masalah itu kini telah terlupakan oleh lelaki playboy genit itu dan ia langsung memeluk tubuh ideal Catherine erat-erat sembari menatap kearah Alex yang berada didalam mobil dan melihatnya dengan tersenyum senang lalu menjalankan kembali mobilnya pergi menjauhi taman itu dengan ekspresi biasa saja .
Cathrine yang menatap kepergian mobil Alex sedikit kurang bersemangat saat ini, ia tak habis pikir sekeras batukah hati lelaki itu sampai tak punya rasa cemburu sedikitpun padanya dan anehnya Alex malah cemburu pada sesuatu yang disenangi oleh Cathrine bukan pada semua kekasih Catherine.
"Aku benar-benar bingung tentang perasaanmu Alex , apa kamu tidak mencintaiku lagi?" Tanyanya dalam hati dan berharap suara hati Alex bisa mendengarkan seluruh keluh kesahnya selama ini menghadapi pemuda tanpa komitmen itu dan hanya mempermainkan cinta dengan sesukanya.
Share this novel