Mimpi Buruk

Romance Series 6284

Sudah satu bulan lamanya Falisha tidak mendapatkan kabar dari Prince, entah mengapa perasaanya begitu gusar, rindunya semakin dalam, namun semua terhalang oleh jarak, pikiran Falisha kosong, karena hanya Prince yang ada dalam pikirannya.
“Prince bagaimana kondisi mu?” ujar Falisha dalam hati.
Nichole dan Ferdian enggan mengabarkan kondisi Prince kepada Falisha, karena Prince hingga saat ini koma dan belum ada tanda-tanda kesadaran pasca operasinya. Falsha juga tidak mungkin bertanya kepada ayah dan ibunya mengenai hal ini, karena Falisha masih gengsi untuk menanyakan hal tersebut, dia tidak mungkin menanyakannya secara langsung. Pikirannya masih berkecamuk, bahkan semenjak tidak mendapatkan kabar dari Prince dan juga ayahnya.
Falisha kini tertidur namun dalam mimpinya nampak begitu nyata
“Prince kamu mau kemana, jangan pergi bahaya!” teriak Falisha.
Prince hanya melewati Falisha tanpa komentar apapun, kemudian melambaikn tangan dan tenggelam dalam lautan. Falisha terbangun dari tidurnya saat dia menyaksikan dalam mimpinya jika Prince tenggelam di dalam lautan dengan melambaikan tangan dan penuh senyuan.
“Prince!” teriak Falisha.
Nichole dan Ferdian yang mendengar teriakan Falisha langsung datang menemui Falisha dikamarnya. Kemudian Nichole memeluk Falisha dan segera memberinya air minum supaya Falisha lebih tenang.
“Kenapa Falisha, kamu berteriak menyebut nama Prince?” tanya Nichole.
“Aku mimpi buruk tentang Prince mami dia tenggelam dalam lautan dan melambaikan tangan perpisahan apakah Prince akan pergi ya dari kita,” ujar Falisha datar.
“Hus, kamu jangan berbicara seperti itu nak, tidak baik , sekarang kita sholat berjamaah saja dan sama- sama mendoakan Prince ya,” ujar Ferdian.
Ferdian dan Nichole mengajak Falisha untuk melakukan sholat tahajud secara berjamaah, dan memohon kepada Allah agar kondisi Prince membaik.
“Ya Allah, jangan ambil Prince dari ku, aku belum sempat membalas rasa cintanya pada ku, aku janji ya Allah setelah dia kembali dari Dubai aku tidak akan mengabaikannya lagi,” doa Falisha dalam hati .
Sementara Revano dan Gishele sendiri terus mendoakan Prince supaya anak itu terbangun dari tidur panjangnya.
“Nak, buka mata kamu sayang, ibu ingin lihat kamu tersenyum dan merengek kepada ibu, meskipun aku bukan ibu kandungmu tapi aku sangat menyayangimu nak,” ujar Gishele.
“Kita harus bersabar sayang ku, percayalah semua akan baik-baik saja,” ujar Revano.
“Aku sangat takut mas, takut tidak bisa bersama Prince lagi,” jawab dokter Gishele.
“Istriku, kamu seorang dokter yang lebih faham mengenai kondisi putraku, tapi kamu perlu ingat sayang kita masih memiliki Allah untuk tenpat mengadu,” ujar Revano.. Mendengar penuturan sang suami membuat hati Gishele menjadi lebih lega.
“Mas , sekarang kita sama-sama berjuang ya mas,” pinta Gishele.
“Iya kita harus berjuang demi Prince,” ujar Revano.
Falisha kini telah kembali kepada kegiatan seperti biasanya setelah hampir satu tahun dirinya Fakum dari berbagai kegiatan karena telah menjaga Prince .
“Hai beb,” ujar Riza.
“Hai, bro,” sahut Falisha.
“Ketua geng kita telah kembali,” ujar Fadli.
“ Nanti malam kita akan kemana bro?” tanya Falisha.
“Kayaknya kita ke yayasan kangker saja, kebetulan aku sudah melakukan penggalan dana, akan aku serahkan ke yayasan kangker di rumahsakit Zernas, bagaiman?” usul Fadli.
Falisha masih menatap nyalang dalam keadaan kebingungan, pikirannya mulai tidak fokus, karena yang ada di dalam benaknya adalah Prince.
“Hei Falisha, kamu sedang memikirkan apa?” tanya Reza.
“Oh sory aku sedang tidak memikirkan apapun,” ujar Falisha.
“Mengapa pandangan mu kosong?” tanya Fadli.
“Aku lagi ngebayangin para penderita kangker itu anak-anak, jadi gak tega aku,” ucap Falisha.
“Gak usah di bayangin, yang penting sekarang kita kesana,” jelas Reza.
Pikiran Falisha masih kembali tentang Prince, sungguh dia tidak mampu untuk mengalihkan rasa itu, pikiran dan tubuhnya terasa terpenjara dalam sukma cinta, semua terasa hampa.
Falisha dan para team sunmorinya kini telah sampai di kantor Lembaga Penyalur Dana Zernas Corporate, yaitu lembaga amal di bawah label Zernaz corporation.
“Falisha” Yura terkejut.
“Yura, kenapa kamu ada disini,” ujar Falisha.
“Oh ibu Falisha, perkenalkan bu, ini adalah karyawan baru namanya Sayura Feralnita, anak dari Bagaskara Revala,” sahut salah seorang karyawan.
“Om Bagaskara Revala itukan asisten dari om Ferdian yang punya Zernas,” ungkap Reza.
Falisha hanya tersenyum mendengar penuturan dari Reza, karena sungguh Falisha tidak ingin terlalu berdebat dengan Falisha, karena dia malas terlihat bodoh dengan meladeni setiap ucapan Yura yang ternyata lebih dibawah kualitasnya di bandingkan dengan Falisha. Sayura Feralnita, sicewek ambis dengan berbagai cara harus mendaptkan apa yang dia mau.
“Bu Falisha adalah pewaris tunggal Zernas Corporate, bahkan lebaga peenyaluran dana ini adalah lembaga amal yang di miliki oleh Zernas,” sahut salah seorang karyawan. Yura juga mulai penasaran, asset apa saja yang di miliki oleh Zernas.
“Memang selain lembaga amal, lembaga apa saja sih mba, yang dimiliki oleh Zernas?” tanya Yura.
“Banyak , mba Yura, ada Rumah sakit, balai penelitian, Properti, lembaga pendidikan dari paud sampai perguruan tinggi, clothing, dan acsesoris, semua atas nama Zernas, oh iya masih ada lagi, Zernas juga memiliki bisnis Batu bara, dan juga kelapa sawit,” ujar salah satu karyawati.
“Itu yang nampak, yang belum terhitung juga banyak, salah satunya adalah bisnis retail,” sahut karyawan yang lain.
Mendengar ungkapan para karyawan membuat Yura sedikit bergidik ngeri, bahwa keluarga Falisha adalah konglomerat yang tidak bisa di sepelakan.
“Gila saingan ku adalah konglomerat terkaya,” ujar Yura.
Setelah melakukan penyerahan beberapa uang hasil penggalaan dana lewat online dank e kampus-kampus. Fallisha dan teman- temannya segera pergi meninggalkan tempat tersebbut untuk kembali kerumah, masng-masing.
Falisha sudah sampai pada jam 11.00 malam, Nichole dan Ferdian menunggu sang putri, karena mereka juga dalam keadaan khawatir karna putrinya belum pulang pada waktu malam hari.
“Falisha dari mana saja kamu nak?” tanya Nichole.
“Aku baru badan penyalur amal di Zernas mi,” sahut Falisha.
“Mengapa kamu kesana?” tanya Ferdian.
“Aku mau menyerahkan hasil penggalangan dana mi dari para anak sunmory yang di salurkan melalui lembaga amal Zernas untuk para penerita kangker,” ujar Falisha.
“Papi bangga sama kamu Falisha,” ujar Ferdian.
“Terimakasih ya papi masih percaya dengan Falisha,” ujar Falisha.
“Mami juga sangat bangga sama kamu Falisha ternyata kamu sekarang sudah mulai dewasa dalam menentukan arah pikiran mu,” ujar Ferdian.
“Aku adalah anak perempuan satu-satunya dari keluarga Zernas, aku harus berjuang terus papi, suatu hari nanti mami dan papi akan tua dan aku harus belajar mandiri sejak saat ini supaya kelak aku bisa membahagiakan mami dan papi,” ujar Falisha.
“ Terimakasih sayang kamu memang bisa di andalkan,” sahut Nichole

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience