Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Revano dan Prince, karena revano akan menikah dengan dokter Gishele sebelum keberangkatan pengobatan Prince ke Dubai. Keluarga Ferdian ikut bahagia atas pernikahan itu.
“Tante akhirnya Prince bakal punya ibu,” ujar Prince senang.
“Tante juga ikut bahagia,” sahut Nichole.
Prince ingin berjalan menuju ketempat ayahnya namun kepalanya memang sangat pusing, hampir saja dia mau terjatuh.
“Hei, Prince, ada apa dengan mu ” ujar Falisha.
“Kepalaku sedikit pusing,” ujar Prince.
“Sebaiknya, kau kesana dengan menggunakan kursi roda saja bagaimana!” tawar Falisha.
“Aku tidak cacat Falisha,” ujar Prince
“Tapi Prince, kamu harus melihat kondisi badan mu sendiri, ini adalah hari besar ayahmu, ingat kalau sampai kamu tumbang bagaimana,” ucap Falisha khawatir.
Falisha segera mengambilkan kursi roda dan memaksa Prince untuk duduk. Falisha memakaikan syal di leher Prince, agar Prince tidak terkena angin. Suasana prosesi pernikahan ayah Prince dan dokter Gishele berjalan dengan khidmad, acara memang tidak di buat mewah, mengingat kondisi Prince yang mengalami permasalahan pernapasan akut yaitu pneumonia akut, akibat dari mengkonsumsi obat-obatan dengan dosis tinggi dimasa lalu. Mereka sangat khawatir, jika ada orang yang merokok dan tidak steril akan semakin memperparah kondisi kesehatan Prince.
“Halo jagoan ibu,” ucap dokter Gishele.
“Ibu,” sahut Prince.
“Kamu sehat kan nak?” tanya dokter Gishele.
“Sehat bu, maaf ya bu Prince adalah anak penyakitan, pasti hal ini akan sangat menganggu ibu dan ayah kedepannya,” ujar Prince sendu.
“Kamu gak boleh ngomong begitu nak, sehabis ini nanti kita akan berobat ke Dubai, kamu harus kuat ya sayang nanti kita berjuang terus” ujar dokter Gishele.
Mereka semua bahagia melihat dokter Gishele memberikan semangat kepada Prince agar dia tidak pernah menyerah atas ujian hidupnya itu.
“Ayah kita kapan akan berangkat ke Dubai?” tanya Prince.
“Kita nunggu kondisi kamu setabil dulu nak,” ujar Revano.
“Tapi ayah, aku ingin berobat disni saja, aku ingin disini,” ujar Prince.
“Tapi nak, itu gak bisa, karena kamu kondisinya gak memungkinkan jika berobat disini, kita harus kembali ke Dubai, karena disana peralatan lebih canggih, sekalian ayah sama ibumu mau mengurus rumah sakit yang akan kami dirikan,” jelas Revano.
“Lalu bagaimana dengan aku dan Falisha, ayah, apakah kami tidak akan di takdirkan untuk bersama,” ucap Prince khawatir.
“Prince sekarang, kamu gak usah mikirin itu dulu, yng penting adalah kondisi kesehatan kamu dulu, oke,” ujar Revano.
Setelah acara pernikahan Revano dan dokter Gishele selesai kini Falisha dan orang tuanya telah kembali kerumah.
“Falisha, papi mau tanya sama kamu nak?” ucap Ferdian.
“Apa kamu, sangat menyayangi Prince jawab dengan jujur, pertanyaan papi ini,” ujar Ferdian.
“ Pi aku sama Prince itukan hanya dasar kasian, buat menyemangati dia pi, agar Prince memiliki harapan,” sahut Falisha.
“Kami akan berencana menjodohkan kamu dengan Prince setelah dia pulang berobat nanti,” ujar Ferdian.
Falisha sangat syok dengan ungkapan sang ayah, yang mengatakan demikian, bahkan Falisha merasa belum pantas dan belum siap jika harus bersanding dengan Prince.
Falisha belum menghubungi Prince sama sekali, karena hari ini dia akan melakukan kegiatan yang sama seperi biasanya, yaitu naik motor dengan temn-temannya untuk meghilangkan sedikit penat yang ada di pikirannya, mengenai perjodohan yang akan di lakukan oleh papinya itu. Sebenarnya Falisha mulai menyukai Prince, naun dirinya masih gengsi untuk mengakui hal tersebut.
Hari ini Prince dan ayahnya akan segera brangkat ke bandara untuk persiapan penerbangan.
“Ayah kita akan berapa hari disana?” tanya Prince.
“Ayah belum bisa menyimpulkan itu, kita kesana sampai kamu benar-benar sembuh dan kita bisa lanjut lagi kejakarta, ayah mohon kamu mulai mengerti ya Prince, karena ini demi kesehatan kamu,” ujar Revano.
“Iya ayah Prince tau kok ya, Prince akan meempercayakan semua keputusan sama ayah,” ujar Prince.
“Iya nak, sekarang kamu tahu kan apa yang kami larang dan apa yang terbaik untuk kamu,” ujar dokter Gishele.
Prince sudah berangkat beserta keluarganya tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada Falisha.
“Falisha, kamu dari mana saja?” tanya Ferdian kepada sang putri.
“Biasa ayah aku baru saja tour dengan teman-teman, menuju ke panti asuhan untuk berbagi makanan,” sahut Falisha.
“Papi cuman mau ngasih tahu kalo Prince sudah berangkat ke Dubai,” ujar Ferdian.
“Kenapa ayahnya tidak telphon aku sih pi,” sahut Falisha.
“Tadi om Revano bilang tidak ingin ngerepotin kamu,” ujar Ferdian.
Setelah mendengar ungkapan dari ayahnya Falisha agak sedikit menyesal, mengapa selama ini dia selalu gengsi untuk mengungkapkan perasaanya terhadap Prince, sedangkan untuk saat ini Falisha tidak mungin menelpon Prince, karena Princememang sedang istirahat.
Nichole menghampiri Falisha yang sedang asyik bermain dengan tabletnya.
“Kamu belum tidur?” tanya Nichole.
“Belum mami,” sahut Falisha.
“Mengapa belum tertidur, masih memikirkan prince?” tanya Nichole kembali.
“Mengapa mami bertanya demikian sama Falisha mami?, apakah mami ingin mengetahui kejujuran Falisha, apakah mami ingin tahu bagaimana perasaan yang sedang Falisha alami,” jelas Falisha.
“Kamu tidak usah jujur sama mami, mami juga sudah tahu semua perasaan kamu sama Prince, sebenarnya kamu muali suka, hanya saja kamu sekarang dalam rasa gengsi yang begitu besar, bukan begitu,” ujar Nichole.
“Mi untuk saat ini Falisha belum bisa menjawab semuanya, Falisha masih sesmester tiga, Falisha masih mau fokus dulu mi, untuk mengelola perusahaan papi nanti, untuk masalah asmara Falisha menunda dulu, bukan berarti Falisha mau pilih – pilih, tapi Falisha benar-benar sedang membutuhkan waktu untuk semuanya, tolong berikan Falisha jeda untuk semuanya,” ujar Falisha.
“Baik mami akan menunggu ucapan kamu dan mami akan menagih ucapan kamu iitu Falisha,” ancam Nichole.
“Falisha siap nanti jika waktunya sudah tepat,” ujar Falisha.
Nichole pergi meninggalkan putrinya setelah menanyakan hal itu kepada dirinya, sungguh Falisha serasa tidak mampu dalam menghadapi hidupnya, karena jika boleh jujur dia juga sangat menyayangi Prince, namun rasa sayang itu masih tertutup dengan adanya gengsi Falisha yang belum bisa menjawab seluruh perasaan yang telah di ungkapkan oleh Prince.
Falisha jatuh terduduk, dia menangis dalam keadaan hancur dan bingung, sungguh perasaanya masih sangat berkecamuk, antara ingin jujur dan membalas perasaan Prince, atau diam dan menunggu datangnya takdir.
“Jujur rasanya akau sangat sakit saat aku diam seperti ini Prince, maaf aku belum berani untuk jujur kepadamu mengenai rasa ini, tapi sungguh aku mulai mencintai dirimu, meski aku masih terdiam tanpa melakukan pembalasan karena aku sangat sayang kepadamu, entah sampai kapan, aku akan tetap terpejara dalam rasa ku ini,” ujar Falisha dalam buku diarinya.
Share this novel