Percikan –percikan ingatan kecil mulai muncul di kepala Prince, kepalanyapun terasa sangat pusing. Dia berjalan tertatih merangkak di dinding, Revano yang mengetahui hal tersebut langsung saja menghampiri Prince.
“Hei putra ayah kenapa nak?” tanya Revano.
“Ayah kepalaku sangat pusing, aku seperti melihat ada bayangan wanita di kepalaku, tapi wajahnya tidak nampak ayah semuanya suram,” ujar Prince.
“Udah ya nak sekaranng kamu istirahat ya, gak usah mikir yang macam-macam dulu, ayah gak mau kondisi kamu menurun, sekarang yang penting fokus dulu ya pada kesembuhan kamu,” ujar Revano.
“Dengerin ucapan ayah bisakan sayang, kamu harus fokus dulu dengan kesehatan kamu,” ujar Giseshela.
Revano memapah Prince menuju kekamar sedangkan Gishele menata bantal untuk memberikan kenyamanan kepada Prince. Revano sangat bersyukur melihat kondisi perkembangan Prince, karena Prince memanglah sangat istimewa, karena sejak kecil Prince memiliki kondisi tubuh yang lemah.
Falisha masih sibuk dengan dunia pendidikanya dan juga bisnis barunya, sekarrang Falisha menjadi perempuan yang lebih anggun dan tidak keras kepala lagi. Sudah 2 tahun lamanya dia tidak pernah mengetahui kabar Prince. Karena hpnya hilang dan nomer Gishele juga hilang.
“Anak mami kapan pulang?” tanya Nichole.
“Mami tahukan, kalau aku sekarang sedang sibuk mi, masih banyak acara pemotretan mi,” ujar Falisha .
“Tapi kamu gak ingi pulang apa , mami sangat kangen loh sayang,” ujar Nichole.
“Pasti nanti bakal pulang mami, untuk sementara belu karena projek Falisha banyak,” sahut Falisha.
“Baiklah sayang, mami bakal menanti kamu kembali,” ujar Nichole.
“Oke mam,” sahut Falisha
Falisha sekarang berada di luar negri dia sibuk untuk mengadakan acara pameran Fashion show di Dubai karena Falisha merupakan designer internasional . Falisha melihat seseorang yang pernah di kenalnya.
“Prince!,” ujar teriak Falisha.
Prince yang merasa terpanggilpun berhenti, dia tidak tahu siapa perempuan yang telah memanggil dirinya. Revano dan Gishele juga ikut berhenti, mereka juga sangat terkejut saat melihat Falisha yang berada di acara tersebut.
“Falisha, sejak kapan kamu ada disini?” tanya Gishele.
“Aku sudah dua bulan tante di sini, kebetulan sedang ada projek,” ujar Falisha.
“Kamu semakin cantik saja,” puji Revano.
“Ayah,” ujar Prince.
“Yatuhan Prince,” ujar Gishele.
Melihat Falisha membuat kepala Prince pusing, dia seperti mengingat banyak hal.
“Hei Prince dengar ayah,” ujar Revano.
“Maafin Prince ya Falisha kondisi ingatannya belum setabil, pasca mengalami operasi,” ujar Gishele.
Falishapun merasa sangat bersalah saat dia menampakkan diri dan makin memperburuk kondisi kesehaatan Prince.
“Maafin Falisha ya tante, Falisha gak bermaksud untuk memperburuk kondisi kesehatan Prince,” ujar Falisha.
“Tidak udah di permasalahkan Falisha, kondisi kesehatan Prince mememang sudah tidak stabil dari dahulu,” Sahut Revano,
“Kamu jaga Prince dulu ya Gishele aku akan mengambil kursi roda Prince dulu di mobil,” sahut Revano.
Revano meninggalkan Gishele dan Falisha, mereka sedang duduk untuk menjaga Prince yang sedang merasa kesakitan.
“Kamu siapa, aku sepertinya pernah mengenal,” ujar Prince. Mendengar ucapan Prince membuat Falisha tersnyum.
“Aku Falisha, kamu jangan memaksa ingatan kamu dulu ya, nanti malah pusing,” pinta Falisha.
“Baik,” ujar Prince.
“Falisha kamu menginap di mana?” tanya Revano.
“Aku di hotel om,” ujar Falisha.
“Sebaiknya kamu menginap di tempat kami saja, siapa tahu bisa membantu Prince mengingat kamu,” jelas Gishele.
“Aku takut kehadiran ku nanti malah membahayakan kondisi kesehatan Prince tante,” ujar Falisha.
Gishele dan Revano tersenyum mendengar pernyataan dari Falisha, ternyata mereka salah telah menganggap Falisha tidak pernah peduli dengan Prince, padahal Falisha adalah orang yang sangat peduli dengan mental dan kondisi kesehatan Prince, meskipun Falisha sendiri tidak dapat mengetahui bagaimana cara mengungkapkan perasaannya kepada Prince.
Setelah membujuk Falisha, akhirnya Falisha mau dan menerima tawaran dari Gishele dan juga Revano. Sebelum ikut dengan Revano dan Gishele, Falisha harus memberitahukan kepada teamnya bahwa dia akan menginap di tempat temannya.
Kini mereka telah sampai di apartemen Revano, sedangkan Prince masih tertidur di belakang.
“Prince bangun nak, kita sudah sampai,” ujar Revano.
“Ayah kepala aku pusing ayah,” ujar Prince.
Prince berusaha memukul- mukul kepala dan menjambak rambutnya yang terasa sangat sakit, Revano mencoba mengunci gerakan Prince.
“Prince tenang ya nak, lawan rasa sakitnya sayang,” ujar Gishele.
“Sakit bu, kepala ku sangat sakit,” ujar Prince.
Revano dan Gishele segera mendorong kursi roda Prince menuju kamar tamu, kemudian Revano membaringkan Prince, sementara Falisha melepaskan sepatu Prince. Gishele dengan cekatan mmbwrikan infus kepada Prince dan menyutikan obat pereda rasa sakit melalui infus. Falisha menangis menyaksikan kondisi Prince, yang berusaha mengingat dirinya.
“Tante dan om Revano, Falisha gak tega lihat Prince seperti ini,” ujar Falisha. Gishele dan Revano terharu mendengar ucapan Falisha.
“Falisha, terimakasih sudah memiliki rasa simpati kepada Prince, kita sama- sama berusaha untuk menjaga Prince ya, kami memang hanya memiliki Prince untuk saat ini dan kami sangat menyayanginya,” ujar Gishele.
“Falisha akan berusaha tante untuk selalu menjaga Prince.
“Terimakasih Falisha,” sahut Revano.
Setelah melihat kondisi Prince sudah mulai tenang dalam tidurnya, kini semua keluarga Prince segera tidur, Revano tidur dengan Prince, karena tidak mungkin Revan meninggalkan Prince yang sedang Collapsed dan itu sangat berbahaya jika di tinggal sendirian, sementara Falisha kini tidur di kamar tamu.
Waktu menunjukan sholat subuh Falisha terbangun kemudian segera bergegas, dan menjalankan sholat subuh, setelah menyelsaikan rutinitasnya, Falisha segera melanjutkan pekerjaannya, yaitu mendesain baju- baju miliknya yang akan di persiapkan untuk pameran bulan depan.
“Hai Prince, apakah kepalamu masih sakit?” tanya Falisha.
“Tidak, kepala ku sudah tidak sakit lagi,” ujar Prince.
“Kamu sedang apa Falisha?” tanya Prince.
“Aku sedang membuat desain untuk persiapan pameran bulan depan,” ujar Falisha.
“Aku jadi malu dengan dirimu, seharusnya aku sudah bisa membantu ayah untuk bekerja, seharusnya aku bisa memiliki skill tapi kondisi ku tidak memungkinkan untuk melakukan semua, pasti setelah aku melakukan sesuatu berujung aku kembali dirawat di umah sakit, aku selalu merepotkan keluarga ini,” ujar Prince.
“Prince kamu jangan berikir seperti itu dulu, untuk sekarang kamu harus fokus dengan keesehatan kamu dulu, masalah skill dan pekerjan nanti aku akan bantu kamu menemukan sesuatu yang berhubungan dengan pashion kamu, sekarang kamu fokus dengan kesehatan kamu dulu ya,” jelas Falisha.
Percakapan Falisha dan Prince di dengar oleh Gishele dan Revano, mereka berdua sangat terharu setelah mendengar ungkapan dari Falisha, Falisha yang sekarang sangat berbeda jauh dengan Falisha yang dulu yang sangat arogan dan acuh terhadap orang lain.
“Lihatlah lah mas, Falisha sekarang sudah berbeda ya dengan yang dulu,” ujar Gishele.
“Iya sekarang dia lebih memiliki sifat peduli terhadap orang lain,” ujar Revano.
Share this novel