Perbincangan Malam

Romance Series 6284

Prince sedang tidur dikamarnya, Falisha kini ingin menghantarkan makan malam dan obat yang harus di konsumsi oleh Prince. Sebenarnya Falisha merasa sangat bersalah atas ucapannya siang tadi kepada Prince. Jujur dia bukan siapa-siapa bagi Prince, tapi rasa bersalah itu masih ada hingga kini.
“Aku mau minta maaf atas kejadian pagi tadi,” Falisa menuliskan sebuah pesan dalam nampan yang berisi makanan, minuman dan obat yang harus di konsumsi oleh Prince pada malam ini juga. Falisha pergi meninggalkan Prince yang masih dalam keadaan terlelap. Sebenarnya Prince dalam keadaan tidak tidur, dia hanya memejamkan matanya. Meskipun Falisha dalam keadaan sangat marah di siang tadi, sesungguhnya Falisha masih peduli kepada Prince.
“Terimakasih Falisha,” ujar Prince penuh dengan senyum bahagia.
Kini Falisha dan keluarganya telah terus untuk menikmati makan malam bersama. Dikala itu Revano ingin berbincang dengan seluruh keluarga besar Ferdian mengenai rencananya,
“Ferdian, makasih ya untuk tumpangannya selama ini, aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian semua mengenai rencanaku,” ujar Revano.
“Kamu maupergi dari rumah ini,” terka Nichole.
Revano hanya tersenyum menunjukan isyaratnya akan rencana kepindahannya itu.
“Aku sudah menemukan rumah. yang akan ku beli untuk ku dan Prince,” ujar Revano.
“Kamu mau pindah kemana Revano?, bukan kah disni sudah tepat menjadi tempat tinggal untuk mu dan anak mu,” ujar Ferdian.
“Aku hanya tidak ingin mengnngu waktu prifasi keluarga kalian,” ujar Revano.
“Kamu gak menganggu prifasi keluarga kami, bahkan kami senang,” sahut Nichole.
“Rencananya aku dan Prince akan pindah ke perumahan Gardenia,” ujar Revano.
“Perumahan Gardenia tidak jauh kok om dari kampus Zernas,” sahut Falisha datar.
“Iya dekat Rumah sakit Zernas juga, yang jelas aku gak akan jauh kok pindahnya, semua aku lakukan agar bisa lebih dekat aksesnya, sekalian juga demi pengobatan Prince dan masih bisa aku pantau,” ujar Revano.
“Tapi kamu harus sering kesini ya, aku jadi kangen sama Prince calon anakku,” ceplos Nichole.
“Uhuk uhuk,” Falisha tersedak mendengar sahutan dari ibunnya.
“Falisha kamu kenapa jadi tersedak begitu?” tanya Nichole.
“Mami gak salah ngomong ya,” tanya Falisha .
Mendengar ucapan Falisha membuat Nichole gelagapan, karena Nichole dan seluruh keluarganya belum membicarakan rencana perjodohan itu.
“Ya maksud mami kan, Prince udah kayak anak mami sendiri loh, begitu maksudnya,” ujar Nichole terbata. Falisha terdiam sejenak dan tidak menyahut lagi dengan penjelasan dari maminya.
“Terus kapan rencana kalian akan pindah?” tanya Ferdian.
“Hari ini kami akan berangkat,” ujar Revano.
“Jangan dulu lah Revano, kondisi anak mu masih dalam pantauan ku, aku masih pengen loh merawat Prince, saat dia lagi butuh sosok ibu aku ingin di sampingnya,” ujar Nichole.
“Kan masih ada Falisha, yang bisa kamu manja,” ujar Revano dengan senyum jahilnya.
“Falisha mah gak ada lembut-lembutnya, aku tu seneng semenjak kalian tinggal disini si Falisha jadi berada dirumah terus, padahal sebelum kalian ada disini Falisha itu kalau malam balapan motor dan sun mori dengan teman-teman gengnya, gimana aku mau merindukan dia, dia aja gak pernah ada dirumah,” ujar Nichole.
Revano hanya tersenyum mendengar penuturan dari Nichole, ternyata anak sahabatnya ini jauh dari kata kalem.
“Sungguh, aku baru tahu loh jika Falisha sekeren itu,” ujar Revano.
“Iya dia itu niru saya juga hahah, tapi ya beda sih sama aku anaknya, kemarin, besok kan Falisha mau ikut kejuaraan taekwondo mewakili Zernas,” ujar Ferdian.
“Kalian harus bersyukur memiliki Falisha, dia begitu keren dan hebat, lain lagi dengan anak ku Prince, hidupnya saja masih dalam perjuangan menuju sehat, ya trauma yang dialami oleh Prince begitu banyak,” ujar Revano.
“Trauma?” tanya Falisha.
“Iya, banyak sekali trauma yang dialami oleh Prince, Falisha om harus lebih berjuang lagi, untuk bisa menyembuhkan trauma dan luka yang dialami oleh Prince,” ucap Revano sendu.
“Kamu harus lebih kuat lagi untuk berjuang, ingat aku akan selalu mendukung apa yang akan kamu lakukan,” ujar Nichole.
Setelah selesai makan malam, akhirnya mereka berkumpul di ruang keluarga, menonton telefivisi, sedangkan Falisha masih sibuk dengan laptopnya dan beberapa projek Freelancenya.
Sementara Prince kini terbangun dari tidurnya dan dia juga ikut bergabung bersama keluarga besar Ferdian dan juga ayahnya.
“Prince kamu sudah bangun, sini ikut tante dan ayah mu, mari kita ngobrol disini,” pint Nichole.
“Baik tante,” sahut Prince.
Prince menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah, kepalanya memang sedikit pusing sejak sore tadi,namun dia tidak berani bilang selain itu perutnya juga mual. Keadaan itu diketahui oleh Nichole.
“Prince kok kamu pucat sih? “ tanya Nichole. Prince hanya tersenyum saat menyaksikan kekhawatiran Nichole.
“Apakah kamu mual?” tanya Nichole Kembali.
“Sedikit tante,” sahut Prince.
“Tante buatkan jahe hangat dulu,” uap Nichole.

Nichole menuju kedapur untuk membuatkkan jahe hangat, sementara Revano dan Ferdian sengaja meninggalkan Falisha dan Prince, agar mereka memiliki waktu bersama.
“ kamu sedang sibuk mengerjakan projek apa?” tanya Prine.
“Bukan sebuah projek yang istimewa,” sahut Falisha datar.
“Aku dan ayah besok akan pergi dari rumah ini, jadi kamu tidak akan aku repotkan lagi,” ucap Prince.
“Ayah mu sudah cerita tadi,” sahut Falisha datar.
“Maaf untuk semuanya Falisha, setelah ini kamu akan lebih bebas lagi dan tidak akan pernah terkekang lagi,” ucap Prine.
“Aku hidup sesukaku, tidak ada turan yang mengekang ku, karena bagiku menghormati keputusan orang tua ku adalah hal yang utama,” ujar Falisha.
“Tapi jika, orang tua mu memiliki sutau permintaan yang tiadak kamu inginkan, apakah kamu akan menerima semunnya, jika itu tidak sesuai engan keinginan mu?” tanya Prince.
“Kamu tidak perlu tahu dengan apa yang terjadi pada diri ku dan juga keputusan ku seperti apa nanti,” ujar Falisha datar.

Falisha pergi mninggalkan Prince sendirian karena dia terlalu muak dengan Prine dan beberapa ungkapannya yang tidak mengenakan hatinya itu, Prince sendiri juga merasa sangat bersalah, karena dia sudah melanggar batasan yang tidak semestiya di tanyakan kepada Falisha mengenai urusan pribadi keluarganya.
Setelah meminum jahe hangat Prince seger undur diri dari hadapan keluarga Falisha, begitu juga dengan Revano dia segera mengikuti sang putra, karena Revano sempat mendengar percakapan sang putra dengan Falisha.
“Ayah, bolehkah jika aku bertanya kembali kepada ayah?” Pinta Prince.
“Ayah selalu terbuka untuk anak ayah,” ujar Revano.
“Apakah ayah akan menyerah jika perasaan ayah di tolak oleh gadis pilihan ayah?” tanya Prince Kembali.
“Laki-laki sejati tidak akan pernah berhenti berjuang nak, hingga engkau bisa mendapatkan cintanya, namun jika perjuangan mu tidak dihargai berhentilah,” sahut Revano.
“Oh begitu ya ayah,” ujar Prince.
“Falisha aku akan terus berjuang untuk mendapatkan hatimu, namun aku akan berhenti jika di ujung perjuanganku kau tidak ingin mengenalku lagi,” ujar Prince dalam hati.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience