8

Romance Series 1927

lukijo meletakan karung besar yang berisi rumput yang di panggulnya di kepala,aroma air gula yang di masak membuatnya menghentikan langkahnya .Mengusap pelan keringat yang membasahi wajahnya, melihat kearah sebuah rumah lebih mirip gubuk besar yang terlihat di atapnya yang terbuatdari ijuk-ijuk kelapa mengeluarkan kepulan asap putih dan juga dari dinding rumah yang terpasang papan yang di susun jarang-jarang. Teringat olehnya perkataan Pak Rinto bahwa Gayatri akan cepat siuman dari pingsannya bila mencium aroma sari air kelapa yang di masak untuk di jadikan gula merah.
Perlahan berjalan mendekati, seseorang dari balik pintu gubuk keluar dengan menenteng beberapa dirigen plastik dengan tali rapiah sebagai pengikatnya, melihatnya dengan tatapan curiga. Lukijo mesem.
"cari siapa?"
suara curiga dengan mengamati sekujur tubuhnya.
"Maaf kak, aku kerja di tempatnya Pak Maulana,"
"habis mengarit rumput untuk Kambing,"
"hanya ingin melihat pembuatan gula merah."
pelan Lukijo dengan mesem.

"ohhh! iya-iya , masuk saja Mas...,"
Ramahnya dengan mempersilahkan masuk.

Lukijo melangkah mesem.

"hanya seperti ini mas.."
sambil memberi lihat tungku berkayu bakar dengan kuali yang cukup besar dengan rebusan sari pati air kelapa yang tengah menggolak-golak,
seorang wanita yang tadi tengah membenahi kayu bakar langsung berdiri tersenyum melihat kehadiranya.
"Bu, mas ini bekerja di Rumah Gayatri,:"
"ingin melihat pembuatan gula merah katanya."

Lukijo mengangguk mesem, namun sekilas wajah yang tadi sempat tersenyum padanya seperti berubah saat Nama Gayatri di sebutkan. dan perlahan meninggalkanya keluar gubuk.
"ini yang sudah jadi kak?"
Lukijo melihat beberapa tumpukan peti kayu berukuran sedang dengan gula merah di dalamnya.
"kalau hari pasaran kami membawanya, tapi ada juga yang membelinya."
setelah mengangguk atas pertanyaan Lukijo.

Lukijo mengangguk mengerti.

"pohon-pohon kelapa yang di ambil sarinya, milik kakak?"
Lukijo melihat sekeliling gubuk dari sela dinding yang nampak cukup besar lubangnya.

"milik orang, kami hanya menyewanya."

Lukijo kembali mengangguk, matanya melihat tumpukan bambu yang di belah seukuran yang sama terendam di bak plastik, lalu ada yang telah di susun di atas papan seperti meja di lantai tanah. terkadang Ia begitu sulit untuk banyak bertanya kepada orang yang baru Ia kenal, hanya mengamati saja yang lebih banyak Ia lakukan. hanya sesekali Ia bertanya jika ada yang belum pernah Ia ketahui.

"ya sudah kak, terimaksih sudah di perbolehkan melihat-lihat."

"Buru-buru sekali?"

"kambing di kandang kak, pasti sudah teriak-teriak."
tawa kecil Lukijo, sepertinya memang Ia harus cepat pulang mengingat pekerjaanya yang urung selesai. Mampir sejenak untuk melihat bagaimanakah sebenarnya pembuatan Gula Merah yang hanya bisa nya Ia mencium aroma dari asap yang keluar dari dalam gubuk besar yang sering Ia lewati dalam mencari rumput. Gubuk yang terletak tidak jauh dari pantai dan tepat berada di tengah-tengah pantai dan jalan raya. meski sebenarnya Ia lebih penasaran tentang Aromanya yang membuat Gayatri cepat siuman dari pingsan, banyak anggapan terlebih dari Ayah Gayatri, penyakit Gayatri di sebapkan kerana terkena guna-guna. Pak Rinto mengatakan pingsannya Gayatri di sebabkan jika lamunan masa lalunya kembali muncul ., menurut Pak Rinto sering Gayatri untuk di ajak berobat ke Rumah Sakit atau ke dokter penyakit-penyakit dalam, namun tetap dengan keterangan yang sama, Gayatri tidak mengalami penyakit jantung atau yang lainya.
"permisi Kak..?"
Lukijo setelah berada di pintu gubuk.

"Ya, sering mampir...?"

"Lukijo Kak."
mesem Lukijo melihat tanya di wajah pria di dekatnya.

"Lukijo, sering main-main jo."

Lukijo hanya menganguk perlahan.
"mari kak."

"oh iya jo."
senyum lebar mengiri langkah Lukijo.
Lukijo mesem, melangkah mendekati rumput yang terbungkus karung di pinggir jalan setapak menuju pantai. Rerumputan di dekat pantai memang cukup banyak hingga banyak juga sapi atau kambing yang di gembalakan di dekatnya. Namun terkadang Ia acap kali sering mencari Rumput di dekat hutan yang berada di belakang kebun karet di belakang kandang.
Cukup berat, Lukijo mengangkat karung berisi rumput di kepalanya. Tapi itu hal biasa Ia lakukan. Kembali menoleh ke gubuk, sepertinya kakak tadi telah kembali mengambil air gula, Matanya pun menatap pepohonan kelapa yang tiada berbuah, senyumnya mengembang melihat hanya dirigen plastik yang tergantung di tangkai muda kelapa.
*****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience