10

Romance Series 1927

wajah Lukijo panik langsung meninggalkan rumput yang baru saja Ia arit, suara Pak Maulana memanggil-manggilnya. Dengan berlari tergesa menghampiri asal suara yang terdengar.
Terlihat olehnya Pak Maulana dengan sepeda motornya dengan membonceng seseorang pria, dan sepertinya teman Pak Maulana yang membawa Gayatri.
"ada apa Pak?"
Lukijo dengan menahan nafasnya yang turun-naik karena berlari meski belum jauh ke dalam hutan.
"pulang dulu jo, Gayatri minggat dari tempat berobatnya!"
Suara keras Pak Maulana .
Lukijo terdiam melihat anggukan teman Pak Maulana kepadanya.
"Kami akan ke tempat Gayatri, kau jaga Rumah Jo."
Pak Maulana dengan menghidupkan motornya dan tanpa menunggu Jawaban Lukijo langsung pergi seperti tergesa-gesa.
Lukijo memperhatikanya, mengehela nafasnya pelan."gaya-gaya" bisik hatinya.
perlahan berjalan di mana tadi karung yang belum terisi penuh Ia tinggalkan, sambil pikiranya terusik oleh bayang Gayatri.
Langkahnya terhenti, menatap heran sekeliling.
"Kemana karung dan aritnya?" tanya di hatinya melihat karung yang wadah rumput dan aritnya raib dari tempatnya di tinggalkan.
Mata Lukijo berkeliling, melihat semak belukar hijau dan dengan batang pohon besar yang menumbuhinya. Aneh? pikirnya, mencari di balik setiap semak dan di balik pepohonan, Namun nihil.
Lukijo menggaruk kepalanya, lalu perlahan meninggalkan tempatnya mengarit. Bila harus mencari tentunya Pak Maulana akan lama menunggunya, mungkin nanti Ia akan mencarinya kembali.
"psssstttt!!"

Lukiji cepat menoleh. seseorang tengah memainkan karung yang berisi sedikit rumput dengan mengayun-ayunkannya dengan satu tangan di balik pohon besar yang baru Ia lewati.
Sebuah senyum terukir indah di bibir yang hampir tertutup arit di wajahnya, seperti bulan sabit.
Lukijo mesem tidak menyangka, perlahan mendekatinya.
Wajah yang di dekati menurunkan arit dari wajahnya, dan meletakan karung pula. dengan sedikit berlari memeluk.
"Gaya-Gaya."
Lukijo membelai kepala Gayatri yang memeluknya.
"kau benar-benar gila Gaya."
bisiknya pelan.
Hanya tawa yang tertahan yang terasa di dekat telinga, Lukijo menghembuskan nafasnya.
"Ibu mu rindu padamu."
Lukijo kembali.
Gayatri merenggangkan pelukan di leher Lukijo.
"Ibu ku?"
Bisik nya.
Lukijo mesem terdiam.
"Ayahmu juga."
pelan Lukijo lagi.
"Ayahku?"
Gayatri dengan perlahan menatap wajah Lukijo.
Lukijo terpana, Degub Indah kembali mendebarkan saat senyum Gayatri begitu dekat di wajah, mata yang tiada kuasa Ia tatap laksana meluluhkan sendi-sendi di tubuhnya.
Gayatri menyentuh hidung mininya.
"Apa perlu ku Tarik?"

Lukijo mesem lebar.
"Aku juga, rindu padamu."
Tertunduk menutupi rasa malu di wajahnya.
Gayatri tertawa kecil. memegang wajah Lukijo agar menatapnya.
"Gaya sepertinya aku harus cepat ke Rumahmu."
llirih Lukijo menatap wajah ayu di matanya.
Gayatri tesenyun mengangguk.
"Aku akan menemui mu malam nanti, bersama Paman Rinto."

Lukijo mesem mengangguk. Perlahan menyentuh kening Gayatri, Gayatri memejamkan matanya.
"Aku menyayangimu."
pelan Lukijo dengan melepaskan pundaknya dari tangan Gayatri.Tersenyum, lalu melangkah mengambil karung dan aritnya yang tergetak di dekat pohon. Gayatri tersenyum memperhatikan.
Lukijo kembali tersenyum menatap Gayatri.

"jo!"
Gayatri seiring langkah Lukijo yang akan pergi meninggalkanya.
Lukijo menghentikan langkahnya.
"Aku juga!"
senyum Gayatri lebar dengan sederet gigi rapihnya.
Lukijo mengangguk senang, dengan kembali melangkah menyusuri jalan setapak dengan rerumputan liar di sisi kiri dan kananya.
Melangkah dengan rasa yang begitu indah terasa , bahagia sekali melihat Gayatri telah kembali dan sepertinya Ia pun tidak perlu bertanya kepadanya mengapa begitu cepat kembali. Dan Ia pun tidak perlu cemas meninggalkan Gayatri di hutan, karena Gayatri pasti sudah merencanakanya.
Lukijo mesem dan menggelengkan kepalanya mengingat kelakuan Gayatri.
Air yang membasahi rerumputan dan tanah setapak mengalir perlahan dari rawa yang tertutup semak dan pepohonan kecil di sisi jalan pulang dan sebentar lagi akan memasuki kebun karet di belakang Rumah Gayatri. Hutan yang tepat berada di belakang Kebun Karet hanya di pagar dengan kawat berduri dan patok-patok kayu untuk mencegah hama babi hutan dan binatang liar lainya masuk ke dalam perkebunan dan perkampungan. Terkadang di setiap Rumah memiliki anjing sebagai penjagaan.
Hari dan hari yang di lalui hanya bergelut di dalam kandang, meski keluarga Gayatri tidak melarangnya untuk bergaul, namun tetap saja lebih betah di dekat agkringan.Dan saat hari-hari terasa berwarna saat Gayatri hadir di dalam hati semua begitu bermakna. Pagi tersambut dengan sapa sebuah senyum, meski mencuri-curi bila nanti Ayah dan Ibunya mengetahui. Canda yang sumput-menyumput, tawa yang terukir meski harus sembunyi-sembunyi semua tercipta dengan cinta yang telah tumbuh, .meski esok apakah akan kian bersemi atau gugur sebelum berkembang? yang pasti berbahagilah di hati saat cinta masih dapat di miliki.
perlahan menaiki pagar kawat dengan kayu di tengahnya seperti sebuah tangga, senyumnya menelisik jauh di tempatnya tadi bertemu Gayatri. Senyum itu masih hangat terasa olehnya, mata itu masih berbinar di benaknya, dan peluk itu meluluhlantakan rindu yang membekukan malamya. kembali berjalan mengingat Pak Maulana pasti sudah menunggunya untuk pergi ke tempat Gayatri berobat."ah! andai Pak Maulana tahu."
bisik Lukijo merasa bersalah juga ikut merahasiakan keadaan Gayatri. Terdengar suara mengembek, Lukijo mesem menatap dari jajaran pohon karet pagar kandang di mana asal suara Kambing-kambing yang bersahutan.
****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience