15

Romance Series 1927

Lukijo menutup hidungnya bau bensin dari mini bus membuatnya merasakan mual yang teramat sangat, duduk paling belakang untuk menghindari bau bengsin ternyata masih membuatnya merasakan pusing di kepala. Wajahnya mulai memucat menahan pusing dan mual, melihat beberapa penumpang di depannya.
matanya seakan tiada sanggup lagi melihat kanan-kiri pemandangan yang tadi sempat dapat Ia nikmati selama perjalanan, sampai di mana pun Ia tidak mengetahuinya.Gayatri hanya memberikan sobekan kertas bertuliskan alamat ke mana Ia harus pergi. Ia hanya mengikuti apa yang Gayatri katakan. Naik mini bus berbahan bengsin, sudah sejak dari terminal kecil tadi Ia dapat merasakan akan mabok perjalanan, di tambah jalan yang meliuk-liuk seperti ular yang tiada ujungnya, sepertinya Ia baru setengah perjalanan. menurut salah seorang penumpang yang sempat Ia tanyai tujuannya masih sekitar tiga jam perjalanan lagi.
Lukijo mengusap keringat dingin yang mulai membasahi wajahnya, badannya pun mulai terasa panas-dingin.Rasa pusing dan mual membuatnya akan muntah. dengan cepat tanpa memperdulikan penumpang di depanya, Ia pun merebahkan tubuhnya di jok mobil. kebetualan sekali hanya dirinya yang duduk sendiri di belakang, membuatnya leluasa merebahnkan dirinya, lagi pula jok di depanya dapat menghalangi penumpang lain melihatnya, hanya sang sopir yang melihatnya dari balik kaca spion.

Lukijo menutupi wajahnya dengan tas punggungnya menahan rasa mau muntah dan pusing di kepalanya. Semakin Ia tahan, semakin ada sesuatu yang keluar dari perutnya, wajahnya semakin berkeringat dan pucat.
Tiba-tiba langsung duduk kembali.
"kiri Pak..!"
Serunya kepada sopir mini bus.
mini bus pun langsung berhenti perlahan. Lukijo segera keluar dari dalam mini Bus, sepertinya Ia tidak sanggup lagi menahan mual di perutnya.
Penumpang yang ada hanya memperhatikanya.

Pintu mini Bus kembali di Tutup dan langsung berjalan lagi ,setelah Lukijo turun.
Lukijo menahan pusing di kepalanya, melihat kanan dan kirinya mencari sesuatu. bergegas melangkah ketika melihat sebuah Warung kecil di seberang jalan.

"Beli,!"
Lukijo dengan celingak-celinguk mencari penghuni warung.Tidak terdengar jawaban atau seseorang di dalam warung.
Warung kecil dengan Rumah dibelangkanya.
"Bu... Pak..! Beli!"
kembali Lukijo memanggil.
"Beli!!"
Lukijo dengan sedikit lebih keras.

"iyaaaaa!! Sebentar!!"

Terdengar sahutan dari dalam Rumah.
Lukijo melepas nafas lega, melihat di etalase warung mencari sesuatu.

"iya beli apa?"
wanita seumur Gayatri muncul di balik etalase.

Lukijo mesem menahan pusing dan mual yang tak kunjung hilang.
"minyak angin ,sama obat sakit kepala."
ucapnya pelan.

wanita pemilik warung segera mencari apa yang di pinta Lukijo. Lalu memberikan pada Lukijo setelah menemukanya.

"Aku boleh rebahan di teras Rumah sebentar Mbak, menghilangkan pusing dan mau muntah."
Lukijo setelah menerima uang kembalian dari pemilik warung.

"Boleh mas... silahkan saja."
senyum ramah pemilik warung.

"Terimakasih."
mesem pucat Lukijo dan langsung menuju teras Rumah.Segera menyandarkan tubuhnya di salah satu pilar Rumah yang berpilar dua tiang.

Lukijo mesem ketika pemilik warung melewatinya untuk masuk kedalam Rumah.

"Mau kemana Mas...?"
wanita pemilik warung, di depan pintu.

"Mau ke.....?"
Lukijo melihat sobekan kertas dari saku kemejanya. dan menyerahkan kepada wanita yang berdiri di depan pintu.
Wanita tersebut segera menghampirinya, membaca alamat di sobekan kertas.

"ini, Masih jauh Mas..,"
"perbatasan propinsi Mas.."
Ucapnya kepada Lukijo, setelah mengetahui alamat yang tertera.

"bu!"
seorang anak lelaki keluar dari dalam Rumah.

"ehhh, sudah bangun."
sambil menggendong anak lelaki yang memanggilnya.

Lukijo mesem melihatnya.

"Dari mana Mas...?"

Lukijo menceritakan dari mana Ia sebenarnya dan tujuanya, dan bagaimana Ia sampai berhenti di tengah jalan.
Wanita pemilik warung hanya mengangguk mengerti dan tertawa kecil saat mengetahui penyebap mabuk di perjalannya.

"iya sudah Mas, istirahat saja dulu."
senyum ramah kepada Lukijo, lalu masuk ke dalam Rumah dengan tatapan lucu anak yang di gendongnya ke arah Lukijo.

Lukijo kembali mesem.
perlahan mengoleskan minyak angin di bawah lubang hidungnya dan perutnya lalu memijat leher belakangnya. matanya tertuju di jalan lintas yang tidak terlalu ramai, perumahan pun tiada rapat selalu ada lahan yang ditanami di samping dan belakang. Angan-nya kembali ke pada wajah Gayatri, mengingat semalam bersamanya.
perlahan bibirnya bergerak seperti ada yang begitu berkesan dalam hidupnya. Hatinya selalu lirih bergetar bila mengingat Gayatri, Tiada pernah dirinya menyangka jika langkahnya ada cinta yang menyangkut di hati, meski kini cinta itu terhalang aral di jalan.
Perlahan menghela nafas,berharap dalam hati, apa yang tengah dilakukan Gayatri adalah kekuatan di hati untuk bisa melewati semua, kini Ia pun ingin tidak ingin menyerah dengan keadaan, jika Gayatri memberinya daya, Ia pun tidak boleh menyerah hingga nanti saat semua benar-benar terbuka bahwa memang Ia dan Gayatri bukanlah untuk bersama dalam menyatu selamanya.
suara Seseorang di depan warung mengagetkan lamunannya.
terdengar dari dalam Rumah sahutan, seperti tadi saat Ia membeli obat.
Lukijo mesem, saat sang pemilik warung lewat kembali di depanya. Wanita itu pun membalas tersenyum dengan tergesa menuju warung.
kembali menatap jalan lintas sebuah bus besar berhenti, lalu kembali melaju. Terlihat olehnya penumpang Bus yang baru turun menenteng tas dan kardus memasuki sebuah jalan berbatu di seberang jalan.
Lukijo mesem dalam hatinya, mengingat saat pertama kali sampai di Rumah Gayatri.
Wajahnya tertunduk perlahan, wajah Gayatri kembali tersenyum di benaknya, begitu manja malam terakhir yang di lewati saat berada di pelukanya. Begitu manis saat berbisik di dadanya, Begitu kasih Gayatri mengusap rambut di atas keningnya saat berbaring di pangkuanya. dan...."
"akhhhh." Lukijo mengusir rasa malu sendiri di hati, baru kali pertama bibirnya menyentuh bibir seoarang wanita.
Lukijo menyandarkan kepalanya di pilar Rumah, wajah Gayatri kian mengusik matanya membuatnya ingin selalu memikirkan-nya, ingin selalu ada di dekatnya, ingin selalu membelai manjanya.
Lukijo kembali mesem, pemilik warung kembali lewat di depanya.
"Mas.., lebih baik naik bus saja, tapi mungkin lumayan lama menunggunya."
Ucapnya tersenyum.
"Iya Mbak, terimakasih."
Angguk Lukijo mengerti.
Wanita itu pun kembali masuk kedalam Rumah, terdengar suara anak kecil tetawa.
Lukijo memejamkan matanya rasa mual dan pusing dikepalanya mulai sedikit berkurang. Angan-nya kembali kepada wajah Gayatri, Sedang apa kah gerangan Gayatri saat ini?
Senyumnya pagi tadi saat membungkuskan nasi bekal untuk dirinya begitu merekah seperti tidak pernah terjadi apa-apa padanya dan kedua orang tuanya.
"Dari pada beli di jalan."
Ucap Gayatri waktu memasukan bekal ke dalam Tas.
Lukijo membuka matanya perlahan, menatap terik yang terhalang genting teras. Menguap tanya dari dalam hatinya, mengapa perbedaan selalu menjadi penghalang dari cinta? dari yang miskin dan yang kaya, dari yang buruk rupa dan rupawan, dari yang berkulit hitam dan yang putih sepertinya memang sulit menyatukanya, akan selalu ada pertentangan di mata orang ,akan banyak sekali aral di depan.
Lukijo kembali memejamkan matanya, akan kah Ia bisa menempuhnya? meski selama ini Ia hanya mendapatkan ke gagalan di langkahnya. Apakah bersama Gayatri Ia bisa melampauinya, atau akan kembali kandas seperti dulu? Ia ingin sekali berharap bahwa Gayatri adalah teman dalam hidupnya, namun jika muncul rasa tidak mungkin terkadang pula Ia ingin menyerah. Menatap ke depan dalam langkah juga terkadang membuatnya harus selalu berfikir ulang akan semua perasaan yang ada, kemelut di hati hanya bisa membuatnya semakin dangkal dalam harapan.

"Mas."

lukijo tersentak kaget baru saja matanya mulai benar-benar terpejam dalam tidur, suara wanita pemilik warung memanggilnya. Dengan mesem menutupi malu karena hampir tertidur Lukijo bangun berdiri.

"Mas istirahat di dalam saja."

"tidak usah mbak, aku ingin meneruskan perjalanan." Sungkan Lukijo.

"Sudah baikan Mas?"

"Sudah, terimakasih juga telah di perbolehkan beristirahat."
Lukijo menjijing tas punggungnya.

"iya mas sama-sama,"

"permisi Mbak.."

"Iya mas."

Lukijo melangkah pelan meninggalkan wanita yang tengah tersenyum kepadanya. dan entah sebuah kebetulan atau tidak sebuah bus besar melaju pelan saat Ia sudah berada di seberang jalan, sepertinya Ia pun tidak perlu menunggu terlalu lama untuk terus melanjutkan ke tujuan-nya. Kondektur bus segera membuka pintu Bus, Ia pun segera naik, melihat sejenak ke arah wanita pemilik warung yang sudah tidak terlihat di teras Rumah, lalu matanya tertuju ke arah kursi belakang bus yang kosong, sejuk saat udara dari AC mobil menerpa wajahnya, duduk dengan meletakan Tas punggungnya, melihat ke luar jendela Bus dari Rumah-Rumah dan perkebunan hijau yang kian tertinggal jauh di belakang. Merogoh saku bajunya melihat sobekan kertas seperti melihat harapan yang baru, harapan dari langkahnya. Meski Ia pun tidak ingin terlalu jauh berharap langkahnya akan seindah angan-angan.
******

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience