'Tetesan embun dimata memudarkan bayanganmu tapi tidak dengan cintamu'
'Hanya sentuhan beku yang kurasa membekap tubuhku kala kau tidak ada untuk menjadi penghangat dihatiku'
'Mengapa yang datang membawa cinta ujungnya akan pergi memberi kepedihan?jika cinta memberi kepedihan pada ujungnya, lebih baik ku tidak merasakannya'
**********
Tetesan salju yang menetes dipohon pinus serta sang mentari mulai menampakkan dirinya,aroma bunga adelweis menguar memabukkan bagi para serangga penyegat disepanjang jalan setapak,menandakan musim dingin akan pergi untuk menyambut musim semi yang berbunga,para pejalan kaki yang mengunakan jaket berbulu hangat mereka tampak tidak peduli dengan sekitarnya dan terus berjalan ketujuan masing-masing.
kota Paris yang terlihat cantik dengan ribuan lambang cintanya termasuk menara eiffel,Waktu yang semakin pagi membuat jalan-jalan disekitar kota Paris mulai ramai oleh halayak manusia yang sudah lagi memulai runitas sama yang sangat membosankan jika dipikir,uap kendaraan menyengat membuat para pejalan kaki harus menggunakan masker agar tidak mencium polusi berbahaya,mereka terlihat berjalan dengan biasa-biasa saja beda halnya seorang pria paruh baya yang tengah terburu menyusuri jalanhingga meyebabkan orang disekitarnya mengeluarkan umpatan-umpatan kecil.
Wajahnya yang sudah pucat pasi menandakan kekhawatiranya dia berlari dan memengang kertas putih berisi pesan penting ditangan kanannya ,hingga dia berhenti mendadak didepan tokoh kecil yang sederhana seraya memegang lututnya degan tangan kiri.
Toko Coffe kecil bernama Derista Coffe, walaupun kecil tapi tokoh itu memiliki cukup banyak pelanggan,mereka kadang datang untuk mampir sekedar mengobrol dengan teman dan menikmati secangkir cofe, suasana cafe yang juga nyaman menambah kesan tersendiri bagi penikmat ketenangan.
Ting!ting!
Lonceng kecil yang terselip dipintu seakan sengaja dibuat agar si pemilik Caffe dapat tahu jika ada pelanggan yang datang,suara dari bel kecil itu terdengar sangat nyaring hingga tergantikan oleh ketukan pentofel sepatu berwarna hitam kelam yang dipakai oleh si pria pejalan kaki itu ,dari wajahnya dia tampak begitu lelah dan deruh nafasnya yang terengah-engah.
"Lina" serunya hampir berteriak hingga si gadis remaja menoleh dari kegiatan membuat coffenya dan juga beberapa pelanggan yang datang melirik kearah pria paruh baya itu,si gadis tampak kebingungan kemudian berhenti dari kegiatanya tadi seraya melap tangannya degan serbet dan menghampiri pria yang dia kenal dengan sebuatan paman Joe.
"Hai paman Joe,ada apa terburu-buru?"tanya gadis berambut kecoklatan memakai seragam berista cafe yang masih kebingungan akan kedatangan pamanya Joestein yang terlihat khawatir tapi ia tetap tersenyum manis menyambut pamannya.
"Hmkh!! Ibumu..hm..sepertinya kamu harus melihatnya pesan ini sekarang nak"pintanya sambil menyondorkan kertas putih pesan itu kepada gadis remaja didepanya yang terburu-buru mengambilnya,tampak gadis barista itu membacanya dengan seksama dan sedikit takut jika isi kertas-kertas isi itu adalah berita buruk hingga sebuah kata 'meninggal' melanda kecemasan hatinya,kata demi kata terlewat, menambah guratan rasa takut diwajahnya.
Tik!tik!
Tetesan demi tetesan membasahi kertas putih hingga tinta tulisanya mulai tidak jelas,dia menatap lantai marmer itu dengan meremas kertas yang menyatakan bahwa Ibunya telah meninggal dan Ayahnya mengiriminya pesan itu, Ayahnya tidak bisa menemui Lina secara langsung karna masih terpuruk dengan apa yang dihadapinya dan harus mengurus jenazah istrinya,gadis cantik itu mengelengkan pelan terus-terusan kepalanya seakan tak percaya apa yang dibacanya isak tangisnya mulai tidak tertahankan, sampai tangan besar dan kekar menyentuh bahunya, berharap Lina tidak lebih terpuruk lagi walau tahu itu tak akan berguna karna saat ini hanya neneknya yang dibutuhkan Lina untuk membagi luka-lukanya.
"Ini pasti bohong..hiks..hiks...Lina tak percaya ini... paman Lina mau pulang kerumah Ibu dan Ayah....pasti Ibu masih disana dan menyambut Lina...hiks..hiks.....kumohon katakan ini Ibu masih hidup" isaknya menatap pamannya meminta jawabanya atas pengharapannya, berharap ini pamannya cuma bercanda namun kata yang tidak diharapkan justru terucap dibibi pamannya.
"maaf nak ....Kumohon bersabarlah" lirih sang paman yang ikut merasakan kesedihan keponakanannya ,yang sudah dianggap anaknya sendiri karna dia belum memiliki anak dengan istrinya.
Semua mata di Caffe menatap gadis dan pria parubaya itu dengan tatapan heran dan juga merasa kasihan saat tidak sengaja mendengar perbincangan mereka,pria yang mulai berumur itu terus berusaha agar sang ponakan terdiam sampai terdengar suara tersedu-sedu didepannya ia tahu bahwa ponakannya mulai berhenti menangis,Lina tak menyangka bahwa Ibunya telah tiada saat jawaban tak diharapkan tadi keluar dari mulut sang paman.
"Maaf paman Lina cuma sedih kok karna enggak yanka berita ini,apa nenek udah tahu kalau Ibu meninggal?,oke..tunggu sebentar Lina ingin izin pulang dulu"sahutnya ia tak sanggup meneruskan pekerjaannya untuk sementara,dia sangat menyayangi sang Ibu,Ayah dan juga kakaknya serta seluruh keluarganya,dulu dan sampai sekarang ia begitu dekat dengan Neneknya jadi dia memilih tinggal dirumah neneknya bersama paman dan tantenya,tapi bukan berarti dia tidak terlalu menyayangi Ibu,Ayah dan kakaknya,dia tetap pulang kerumah orang tuanya saat libur dikampus dan juga saat merindukan mereka.
"tapi apa Nenek sudah tahu soal kematian Ibu?"tanya Lina,dia sedikit khawatir kalau Neneknya merasa terpukul atas kematian Ibunya.
" Nenek sudah tahu dan kita semua bakal pergi hari ini kesana paman sudah pesan tiket penerbangan ke Spanyol,baiklah paman tunggu kamu disini"ucapnya masih mentap sendu ponakannya,dia juga merasa sedih saat tahu kakaknya Sarah Gurent meninggal tapi ia berusaha untuk menutupinya dari ponakannya,ketika tahu kabar ini dia langsung memberitahu Lina soal kematian Ibunya menurutnya Lina berhak tahu secepatnya soal ini, walau terasa terburu-buru karna hari ini juga dia,ibunya atau nenek Lina dan istrinya serta Lina akan berangkat siang nanti kerumah kakaknya dispanyol negara yang tidak kalah indahnya dengan Perancis.
"bentar Lina minta cuti dulu sama kak Michelle" ucapnya seraya mengatur nafasnya,ia juga ingin cepat-cepat pulang kerumah Ayahnya.
Joe duduk dikursi menunggu ponakannya Lina dia tahu banyak pandangan pelangga cafe yang menatapnya dengan berbagai pandangan dan bisikan-bisikan tapi dia berusaha tidak peduli, walau merasa tidak nyaman yang dia pedulikan kini dia dan keluarganya pergi kespanyol melihat kakaknya untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan.
Kemeja berwarna biru langit kini basah dimandikan air keringat yang menyucur dibadan dan juga wajahnya,dia terus memandangi pintu dimana gadis cantik belesteran itu pergi untuk meminta cuti dari pemilik cafe,hingga dia berdiri ketika pintu bercat merah tua itu terbuka sempurna menampilkan gadis kecil yang ditunggunya.
"Paman Lina sudah bilang kekakak michelle katanya Lina boleh cuti seminggu" ucapnya sambil menatap pamannya yang lebih tinggi darinya.
"Ayo nak ,kita pulang sekarang biar bisa beres-beres" pintanya Joe, dia lihat guratan senyum paksa dibibir ponakannya.
"Iya paman" sambil mengangguk pelan dan mulai keluar dari cafe bersama paman joenya,para pelangan pun mulai kembali ke aktifitasnya yaitu mengobrol bersama teman duduknya atau cuma sekedar meminum cofenya kembali, Mereka pun terus berjalan kerumah mereka ,yang memang dekat dengan cafe dan tempat kampus Lina.
Share this novel
saranku,tulisannya di perbagus saja terus perbaiki tanda baca