Cahaya kecil yang menyelinap masuk kedalam sebuah kamar seakan malu-malu,hanya suara terpaan angin yang mengisi ruangan itu,diranjang Quenzise seorang gadis mungil yang tertidur pulas tak menyadari bahaya disekitarnya ,wajah polos dan manis bagaikan malaikat kecil ketika terkena cahaya pagi.
Mata hitam pekatnya bak elang menghunus tajam kepada mangsa didepannya,pria itu terduduk disebuah sofa kecil didekat pintu balkon dan hanya memandangi objek didepan.
Sudah beberapa kali gadis itu mengerejap matanya,gadis yang bernama lengkap Dandelina Gurent itu terbangun dan kemudian menyandarkan tubuhnya untuk mengumpul sisa-sisa kesadaran dan tenaganya.
"Apa kau sudah bangun?" dan Lina sama sekali tidak mengubris ucapan pria disofa itu,dia masih memadang datar kedepan dan seakan tidak mendengar pria itu.
Kemudian turun dan menuju kekamar mandi,hingga langkahnya terhenti mendadak ketika otaknya mulai sadar.
'Perasaan tadi ada orang bicara tapi kan dikamar ini cuma ada aku'
Lina kaget ketika dia berbalik dan matanya menyusuri ruangan yang cukup luas itu,mata kecoklatannya langsung bertubrukan dengan mata sekelam malam itu,kesadarannya langsung terkumpul 100 persen,bagaimana bisa dia ada disini?.
'Enggak mungkin ini pasti mimpi'
kini dia mengosok matanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya namun hasilnya nihil pria itu masih ada disana,kenapa malaikat maut itu terus ada didekatnya ya tuhan,salah apakah aku pada-MU hingga mengirim malaikat mautmu padaku.
"Ckck! Bodoh sampai buta pun kau mengosok matamu,tidak akan mengubah kenyataan aku ada disini"ledeknya memandang mengejek gadis didepannya,kini wajah Lina tertekuk dan kesal karna selalu dipanggil bodoh, memangnya apa salahnya sebenarnya.
"Kenapa pagi-pagi aku harus melihat penampakan ya ampun"desah Lina dan memandang horor pria didepannya yang mengeram marah,gawat sepertinya pria itu mulai marah.
"Kenapa ka-kau bisa ada disini?"tanyaku bingung dan sedikit takut melihat tatapannya, perasaanku mulai tidak enak mengingat perkataan Fendarik bahwa pemilik rumahnya bukan hanya satu orang tapi tiga orang.
"Ini rumahku dan kau sekarang tawanan disini"ucapnya datar tanpa ekspresi dan meneguk cofe dimeja kecil yang berada didepannya tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis itu,gadis didepannya tampak melongo kaget mendengar kata 'tawanan' dan apa katanya tadi, ini rumahnya berarti tuan tadi malam adalah pak Khataniel??? Jadi secara tidak langsung aku masuk sendiri kesarang monster.
"Aku bukan tawanan,aku mau pulang sekarang"sewotku tidak terima,apa-apan pria itu, apa dia sudah tidak waras,'tawanan' hello emang aku salah apaan sama dia mendingan pulang kerumah daripada satu rumah dengan pria aneh itu.
"Pulang saja kalau kau bisa"ancam Arion dengan nada yang santai kemudian dia meletakkan cangkir itu dan melihat gadis itu sudah berbalik dan ingin pergi,Arion menatap semua prabotan didalam kamar itu dan tiba-tiba semua benda itu bergerak seakan terseret oleh sesuatu dengan sangat cepat kesatu titik yaitu pintu keluar.
"Akhhhh!!!!"jerit Lina yang hampir terjatuh ketika melihat semua perabotan dikamar itu menutupi pintu keluar, baru saja beberapa langkah dia jalan dan semua benda itu menghalangi pintu.
Dia mengeram kesal kemudian berbalik menatap galak pria yang sedang bersantai diatas sofa seakan tak peduli akan ekspresinya,namun ada rasa takut didadanya mengingat pria didepannya bukanlah manusia biasa.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya dan siapa kau?"ucap Lina lantang dia marah,kesal dan capek dipermainkan oleh pria didepannya yang terus menatapnya tajam.
"Simpel kau hanya perlu mengikuti semua perintahku"acuh Arion dan bersandar disofa,wajah tampan bak dewa yang turun dari surga namun memiliki hati seperti iblis.
"Aku tidak mau,memangnya kau siapa hah!!dasar monster!!pria aneh ........manusia jadi-jadian"tolak Lina mentah-mentah tidak tahu dampak dari ucapannya,pria didepannya sedikit tersentak namun kembali menormalkan dirinya.
Senyum mematikan itu muncul kembali diwajah Arion,rahangnya mengeras,dalam hidupnya tidak ada yang pernah ada yang membantahnya bahkan ribuan wanita pun tunduk dibawah kakinya,dia mampu mematahkan tubuh dan membunuh mereka yang berani menolak perintahnya,tapi gadis didepannya berani menyatakan perang kepadanya sungguh menarik, ini salah satu alasan Arion tak langsung membunuh gadis itu dan alasan besar lainnya hanya Arion yang tahu.
"Lepas!!!"Lina memberontak ketika Arion tiba-tiba berlari sangat cepat dihadapannya dan mengendong tubuhnya seperti karung beras dengan sangat mudah sungguh tidak elit,dia takut Arion akan menyakitinya.
Plak!
"Diam"Arion memukul pantat Lina agar gadis itu diam dan terus mempukuli punggungnya ,bagi Arion itu memang tidak sakit tapi menyusahkan dan terlalu berisik,dia berjalan keluar balkon sambil mengbopong gadis itu sedangkan Lina wajah kini memerah antara malu dan marah.
Pust!
Arion menggunakan teleportasinya lagi dan dia membawa Lina keatas bangunan rumahnya yang tingginya hingga ratusan meter dari tanah,Arion dan Khataniel mampu menggunakan teleportasinya kapanpun dia mau sedangkan Zeena tidak mampu melakukannya sesuka hati ,kekuatanya belum mencapai kedua pria itu.
Kemudian dia menurunkan Lina dari bahunya dan gadis itu langsung lari hingga terhenti ketika selangkah lagi dia akan menuju jurang kematiannya,nafasnya kini seakan berburu merebut oksigen sebanyak-banyaknya,dia sangat panik dan ingin pergi dari sana.
"Kenapa berhenti ehk"sambil ternsenyum sinis ke gadis yang mempunggunginya, tidak sahutan dari Lina,gadis malang itu tetap terdiam dalam pikirannya.
"apa kau mau mencoba loncat dari sini mungkin kau akan langsung bertemu ibu disurga"ujarnya dan Lina langsung menatap tajam pria yang tiba-tiba berada didekatnya sambil melirik kebawah,tunggu tahu dari mana pria itu kalau ibunya sudah meninggal.
"A-apa?"ucap Lina terbata-bata tidak percaya apa yang dikatakan pria didepannya.
"Tenang saja kau pasti akan masuk surga"sungguh pria disampingnya sangat kejam,dia langsung mendorong Lina kebawah dengan santai tak peduli gadis itu akan mati atau tidak.
"Aaaakkkkhhhhhh"jerit Lina tubuhnya kini terjatuh dari atas bangunan rumah pria itu,tangannya menutupi wajahnya dan dia sudah pasrah jika dia akan mati.
Tinggal beberapa senti lagi maka tubuh Lina akan hancur dan mencapai tanah jika saja Arion tidak mengangkat tubuh itu dengan kekuatannya.
Kini tubuh gadis itu melayang keatas hingga berada didepan Arion, saat kekuatan Arion tidak lagi menyelimuti tubuh mungil itu,tubuh itu langsung jatuh dan Arion menatapnya tanpa rasa kasihan.
"Hik...hiks.....ka-kau sangat ja-jahat..
....hiks a-aku tidak pernah jahat pa-padamu"Lina menangis karena ketakutan dan tidak ada gadis yang tidak akan menangis jika didorong dan hampir saja mati,untuk pertama kalinya Arion melihat gadis kecil itu menangis,dia cukup terkejut melihatnya kemudian dia tersenyum sinis dan menunduk dihadapan gadis itu.
"Hik....hik...ibuuuu.....Ayahhhhh..... Lina mau pulang....hiks.."Lina menengelamkan wajahnya dikedua lututnya sambil menangis sedangkan Arion menantap gadis didepannya yang tidak berhenti menangis, berapa lama dia harus menunggu gadis itu berhenti menangis,ehk untuk apa dia menunggu gadis itu berhenti menangis oh ya gadis itu sangat berisik dan dia tidak suka keributan.
'Gadis cengeng,bagaimana kalau aku tadi melemparnya kekandang harimau'
Arion De Cabello sangat suka memelihara hewan buas atau predator pemangsa menurutnya itu cukup menyenangkan, apalagi ketika dia menjinakkan hewan buas itu sendirian dengan bertarung atau melempar musuhnya ke kadang hewan peliharaannya dan melihat bagaimana hewan-hewan manisnya itu berebut daging segar yang nikmat,mungkin sudah hobinya melempar orang kepusaran kematian.
"Sudah selesai"ledeknya memperhatikan Lina dan Lina mengangkat wajahnya menatap murka ke pria brengsek didepannya yang dengan mudahnya melempar seorang gadis dari atas bangunan, gadis itu lumayan lama menangis bahkan matanya kini sudah sedikit sembab.
"Kau pria bereng-"Lina kaget ketika Arion langsung membopongnya tanpa kata apapun,kini bukan gaya karung beras lagi tapi gaya bride style,jantung Lina berdetak cukup keras ketika dia mendongak ingin perotes malah terpesona akan kharisma pria tampan yang membopongnya.
'Semoga dia tidak mendengar suara jangtungku'
Pria itu kemudian mundur sedikit seperti mengambil ancang-ancang dan Lina yang menyadari itu firasatnya mulai tidak enak,apa lagi yang akan dilakukan pria gila ini ya tuhan.
"Tenang, aku tidak akan membunuhmu sekarang"sahutnya santai setelah membaca pikiran Lina, pria itu memang berengsek sudah membaca pikiran Lina sedari tadi tapi dia tidak peduli dengan kondisi Lina.
"Dan aku mendengar detak jantungmu,suaranya cukup keras"ucap Arion berhenti mundur sambil melirik gadis didekapannya dan Lina membulatkan matanya kemudian dia memandangi Arion tajam jadi ......Arion juga dapat mendengar pikirannya whatttt!!!apa saja yang bisa pria itu lakukan dan kini Lina memandanggi ngeri ke pria didepannya ,fix pria itu bukan hanya 'monster' tapi lebih dari bayangannya sendiri ketika Lina tak sadar Arion berlari kedepan dan melompat kebawah tanpa rasa takut seolah hanya melompati batu kerikil.
"Akhhhhh!!! kau memang berengsekkkk"teriak Lina ketika Arion melompat dari atas bangunan rumahnya,dia tersenyum kecil mendengar teriakan Lina tanpa mengalihkan pandangannya kedepan.
Dukh!!
Suara tanah yang berbunyi ketika mereka jatuh kebawah dan tampak wajah Lina pucat pasi sambil memejmkan matanya, dengan santainya pria itu melempar gadis didekapannya.
"Akh ikh....menyebalkan"gerutu Lina ketika tubuhnya mendarat ditanah,dia memandang benci kepada pria yang kini berlalu dengan santai,tubuhnya sangat lelah padahal ini masih pagi dan dia harus memikirkan cara kabur dari sini.
"Jangan coba-coba kabur atau kau akan kuhukum lagi"ancam pria itu dengan nada tinggi yang terus berjalan sambil mendengar rencana kabur diotak kecil Lina dan Lina mengerutu sepertinya dia harus berhati-hati untuk kabur,jika tahu ini rumah ketiga bersaudara itu lebih baik dia tersesat dihutan saja.
Share this novel