'Raungan jiwa yang menggema didalam tubuh kosong ini,hanya suara rintikan air mata yang menggiringinya'
'kenapa harus dia?saat waktu kami hanya sebentar kau merengutnya dari diriku'
Bagunan megah bak sebuah istana besar dihutan yang cukup terpencil dari hamparan manusia ,rumah yang kini diselimuti oleh suasana berduka dan tak lagi sunyi seperti biasanya,para tamu yang berpakaian serba hitam menunjukan rasa simpatinya.
seorang remaja muda yang memarkirkan mobil Ravange berwarna metaliknya didepan rumah itu mereka disambut dengan cukup ramah dengan berbagai ucapan duka dan simpati dari para tamu,sedangkan gadis remaja berpaikan dres krem selutut seperti mencari sosok yang menjadi panutannya.
"Kak Dilo, Ayah dan Ibu mana?"ucapnya sembari melihat sekitar dan hanya para tamu dan pelayan yang berlalulang yang dia lihat.
"Dia...hei kamu mau ke mana?"ucapnya terpotong ketika melihat gadis itu langsung lari mencari Ayahnya tanpa menunggu jawabannya.
"Dasar monyet kecil"batinya, dia tampak mendesah kecil hari ini cukup berat baginya mungkin sampai beberapa hari lagi,kemarin adalah hari Ibunya meninggal saat kecalakaan tak terduga itu terjadi dimana sang Ibu meninggal karna menolong seorang anak perempuan yang hampir ditabrak sebuah mobil hatinya seakan beku seketika mendengar kabar itu lewat telpon gengamnya dan langsung kerumah sakit.
Flashback on
Air keringat yang sudah memenuhi wajah tampanya bajunya kini basah seakan habis mandi,dia berlari menyusuri lorong yang tampak sunyi temaram dan hanya ada beberapa orang yang sedang datang menjenguk,hingga kakinya terhenti seperti terpaku saat melihat wajah sendu Ayahnya yang menagis itu adalah pertama kalinya ia melihat sang Ayah menangis dan hanya sendirian kemudian dia menghampiri Ayahnya.
"Ayah mana Ibu?Ibu baik-baik aja kan itu enggak mungkin terjadikan? "Tanyanya seakan mendesak Ayahnya ia cukup tak tega melihat kondisi Ayahnya.
"AYAH jawab ,IBU baik-baik saja kan?"ucapnya cukup keras dan diselingi isak tangis saat yang ditanya hanya diam saja dan hanya menitikkan air mata sambil memandangi lantai marmer putih dibawahnya.
Pintu yang bertuliskan UGD itu mulai terbuka hingga menunjukkan seorang Pria Paruhbaya yang memakai jubah putih Dokter kemudian sang Dokter membuka maskernya dan penutup kepalanya kemudian menatap kedua pria didepanya.
"Apa anda keluarga Pasien?"dan dibalas anggukan dari keduanya
"Dimana Ibuku?"tanya Leon menatap Dokter itu tajam,aku tak terima jika ia sampai mengatakan macam-macam soal Ibuku.
"Maaf kami tidak bisa menyalamatkannya, pasien mengalami pendarahan cukup hebat dan juga kepalanya mengalami benturan keras"ujarnya memohon maaf kepada keluarga pasien hingga Ayah berdiri dan menarik kerah dokter yang menangani Ibu.
"kembalikan istriku atau kubunuh keluargamu brengsek"amuk Ayahnya tidak terima istrinya Sarah meninggal begitu cepat.
Bugh!Bugh!
"Ayah hentikan!kalau Ayah masih terus memukulnya dia akan mati"Deleon yang mencoba menahan amukan Ayahnya yang membabi buta memukuli sang dokter samapai-sampai para perawat dan petugas rumah sakit mencoba menghentikanya.
Flashback off
"Mario dimana Ayah"ucapnya kepada seorang kepala pelayan yang sudah lama bekerja dirumahnya.
"Diruang tengah Nona,Tuan sedang bersama mayat Nyonya"ucapnya sopan dan sedikit membungkuk kepada anak majikannya.
"Ibu ...Ayah"gumamnya berjalan menyusuri rumahnya ia tak bisa berlari karna terlalu banyak orang disana.
LINA VOP
Kakiku seakan lemas dan dadaku terasa begitu sesak serta air mataku mulai menetes lagi dan lagi tapi aku tetap berjalan ketika melihat sebuah mayat wanita yang ditutupi cukup banyak kain dan ada Ayahku disana memengang tangan wanita itu sembari diam aku tahu Ayah lebih hancur dari yang dilihat ia tak hanya ingin terlihat lemah.
"Ayah"ucapku membuat beberapa orang yang membaca lantunan ayat Al-qur'an terdiam mereka juga merupakan tetangga kami yang juga beragama islam seperti kami,Ayahku merupakan seorang mualaf dia masuk kedalam agama islam awalnya karna ibu yang menginginkan itu sebelum menikah dengan Ayah karna menikah beda Agama itu sangat tidak dianjurkan dalam agama ISLAM hingga Ayah mulai menyukai dan menerima agam islam dalam hidupnya.
kemudian Ayah berdiri dan menghampiriku dapat kurasakan kalau Ayah sedang memelukku sembari meneteskan airmata dipundakku,ku hanya diam tak bersuara seraya mentap kedepan pas kearah Ibu tercintaku yang ditutupi oleh kain dan beberapa orang yang mengaji didekatnya.
"Lina..maaf Ayah tidak bisa jemput kamu"lirihnya memelukku erat kemudian menghapus tetesan air mata dipipiku.
"Hei..Princes Ayah kok diam aja?jangan nangis dong entar Ayah jadi sedih lagi,emang kamu mau lihat Ayah sedih?"ucapnya menatap wajahku kemudian aku mengangguk dan tersenyum kecil.
Tak lama kak Dilo,Nenek,Paman, Bibi datang dan ikut mengaji dan mendoakan ibu bersama kami,pengajian dan ceramah dari ustad kondang yang berasal dari indonesia yang diundang oleh Ayah untuk mengisi acara,Ayah dan kak yang setia memelukku terus serta menenangkanku yang menangis dan meraung serta menghentikan mereka ketika mereka mulai mengangkat keranda ibu untuk dibawah kepemakaman yang sudah disediakan oleh Ayahku,entah mengapa kepalaku terasa tertimpa beban yang berat dan mataku kinj terasa perih akibat terus menangis hingga tubuh mungilku terjatuh dalam pelukan Ayah dan Kakakku Dilo.
"LINA!!!!"hanya suara itu yang memgema ditelingaku saat kakak dan lainya berteriak didekatku.
"Ibu...kumohon jangan tinggalkan Lina"kini hanya kegelapan yang menyapu cahaya dimataku hingga ku tak tahu apa lagi yang akan terjadi, guncangan kecil ditubuhku dan kakak yang mengendongku hanya itu yang bisa kulihat dengan mata yang mulai meredup ini.
'Terlalu berat buat hati yang rapuh ini untuk menangungnya,tak tahu berapa lama hati ini dapat bertahan'
Share this novel