Dua orang yang terlihat seperti anak dan Ayah melangkah menuju kerumah tua yang sederhana dan terawat,tak ada kebahagian yang terpancar dikeduanya,mereka hanya terus diam sedari tadi hingga sang pria paruh baya itu membukakannya pintu, mereka pun berjalan masuk kerumahnya.
"Paman dimana Nenek?" tanya si gadis berambut kecolatan sambil menatap punggung pamannya yang berada didepanya.
"Nenek sedang sedang dikamar sepertinya ia sedikit lelah tadi" gumam paman Joe yang terlihat sedih saat berbalik melihat Ponakanya.
"Lina keatas dulu kekamar Nenek" lirihnya kemudian menaiki tangga sambil memengang pembatas tangga dengan tangan kiri,langkahnya terhenti ketika suara lirih pamannya.
"Nak kamu pasti belum makan, sebaiknya kamu makan dulunya bibimu sudah memasak tadi" ujarnya menghentikan langkah Lina dan gadis itu berbalik menatapnya.
"Nanti saja paman, Lina bakal makan nanti sama Nenek dikamar" jawabnya sedikit ternyum kecil kearah pamannya.
"Yaudah nanti paman bawa makanannya keatas" ucapnya lalu berbalik dan berjalan kedapur,Lina pun juga meneruskan langkahnya kekamar Neneknya.
Tok!Tok!
Lina yang sudah berada didepan kamar neneknya kemudian mengetuknya sebelum masuk ,neneknya mengajarkan agar mengetuk pintu dulu sebelum masuk kamar orang lain,karena hal itu Lina sering berfikir Neneknya bukanlah orang lain terus mengapa dia harus mengetuk dulu sebelum masuk ?apa maksudnya Lina yang orang lain?.
"Iya...siapa?" sahut suara wanita tua yang berada didalam kamar,lalu sang cucu yang terlihat masuk kedalam kamarnya dan neneknya tersenyum manis kearah Lina.
"Nenek" jeritnya agak kencang kemudian berlari kecil menaiki ranjang tempat Neneknya berada,tanganya kini terjurul memeluk neneknya.
"Nenek .....hiks...hiks...Ibu Lina udah tidak ada" isaknya didalam dekapan kemudian Nenek Lina mulai mengusap punggung sang cucu dengan sayang.
"Enggak itu pasti bohongkan... hiks. paman bohongkan sama Lina...hiks..hiks" nafasnya kini terengah-engah.
"Ibumu emang sudah meninggal tapi masih ada kok dihati Lina tuh buktinya Lina masih sayang sama Ibu Lina kan" neneknya mencoba menenangkan cucunya.
"Lina pengen ketemu Ibu sekarang nek,Lina mau lihat Ibu.... pasti Ibu baik-baik saja" gelengan kecil dicuruk leher neneknya menandakan gadis manis itu masih tak percaya ucapan nenek dan pamannya.
"Kamu tahukan kalau setiap yang hidup bakal mati,setiap yang datang pasti pergi?" tanya neneknya membuat Lina bergeming berfikir apa yang dikatakan neneknya memang benar.
"Iya nek" angguknya
"Nah terus kenapa masih nangis,kalau Ibumu Lihat putri kesayangannya menangis dia pasti sedih disana,Lina mau lihat Ibu Lina sedih" ujarnya dibalas gelengan kuat oleh sang cucu,Neneknya terkekeh lucu melihat tingkah labil gadis berusia 20 tahun ini.
Tok!Tok!
Ketukan pintu yang membuyarkan keduanya kemudian memandangi pintu itu seakan menunggu pelaku yang menggangu kegiatan mereka,hingga pria yang masih terlihat awet muda dan tampan masuk kedalam kamar membawa nampan berisi dua porsi makanan dan dua gelas minuman sambil ternenyum manis memandangi kedua wanita beda generasi didepanya, walaupun sudah memasuki usia kepala tiga keatas tapi dia masih terlihat muda dengan pakaian kaos putih dan celana denim panjang berwarna hitam.
"Makan dulu ya kalau mau cepat kesana" dia tahu kedua wanita ini sudah ingin kesana tapi masalahnya waktu penerbangan kespanyol hanya tersedia nanti siang jadi dia harus bersabar dengan ocehan Ibu tercintanya , yang ngebet kesana secepat dan soal kertas dari Ayah Lina juga salah satu keinginan Ibunya yang minta supaya Lina cepat pulang kerumah padahal ,dia agak ngotot supaya Lina diberitahu pas pulang nanti aja.
Lina bekerja paruh waktu diCaffe bukan karna tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonominya tapi ia memilih untuk jadi anak yg mandiri dan dikampus juga dia hanya memiliki beberapa teman ,ketika pulang sekolah dia jadi bosan, apalagi Neneknya yang perlu banyak istirahat kerana usianya yang sudah masuk 68 tahun ,walau Ayah dan pamannya sangat mampu membiayai hidupnya dan melarang keras dirinya untuk bekerja, dia masih bersikeras diri pengen kerja paruh waktu diCaffe yang tidak dia tahu sudah dibeli oleh Ayahnya agar anaknya bisa ia kontrol walau dalam keadaan terpisah oleh jarak.
Share this novel