" Ni lah anak saya " .
Benjamin memandang ke arah seorang kanak-kanak berusia empat tahun itu. Hari ini dia datang ke rumah Ayu. Dia mencangkung di depan kanak-kanak itu.
" Hai. Siapa nama? " soal Benjamin.
" Arisa " jawab kanak-kanak itu.
" Ohh Arisa " Benjamin mengangguk perlahan.
Teringat pula pada Farisa. Risa jugak.
" Ayu " panggil Benjamin.
" Ya? " .
" Hari ni saya tak sempat nak bawak Arisa keluar. Tapi kalau esok, Insya Allah boleh " .
Ayu mengangguk faham.
" Takpa Ben. Saya faham awak sibuk. Kalau awak tak bawak Arisa keluar pun takpa " .
" Esok saya jemput awak waktu lunch. Kita bawak Arisa keluar " .
" Terima kasih Ben. Ayah dia sendiri tak pernah ambil tahu pasal dia " .
" Jangan cakap macam tu Ayu " .
Ayu hanya tersenyum kelat. Kalaulah daripada dulu dia setia bersama dengan Benjamin pasti hidupnya akan bahagia. Tapi sayang, dia sendiri yang memilih untuk meninggalkan Benjamin demi Nizam.
" Baca buku apa tu? " soal Benjamin. Dia berbaring mengiring menghadap Farisa.
" Yang Terindah " jawab Farisa.
Benjamin mencebikkan bibirnya.
" Tak habis-habis baca novel cinta " .
Farisa menutup novel yang dibaca kemudian diletakkan di atas meja tepi katil.
" Kenapa dengan novel cinta? Salah ke kalau baca? " soal Farisa.
" Aku tak cakap pun salah. Cuma kebanyakan novel cinta ni banyak angan-angan jer daripada realiti kehidupan " jawab Benjamin.
" Tapi saya suka baca novel cinta. Kadang-kadang saya rasa jalan hidup saya pun macam novel cinta yang saya baca selama ni " .
Benjamin tersenyum kecil. Dia menarik perlahan hidung Farisa.
" Meh sini " Benjamin mengarahkan Farisa baring di atas lengannya.
Farisa hanya menurut. Dia meletakkan kepalanya di atas lengan Benjamin.
" Risa " .
" Hmm " .
" Kau sayangkan aku tak? " soal Benjamin.
" Soalan apa yang awak tanya ni? Mestilah saya sayangkan awak. Awak kan suami saya " .
" Kalau suatu hari nanti apa-apa terjadi pada hubungan kita, kau akan percayakan aku tak? " .
" Kenapa awak tanya macam tu? " soal Farisa pelik.
" Tak ada apa-apa lah saja jer. Aku nak kau tahu, aku sayangkan kau sangat-sangat " ubun-ubun kepala Farisa dicium lembut.
Bibir Farisa tersenyum lebar.
" Aduh sakit perut lah pulak. Tunggu kejap. Aku nak pergi toilet " .
Farisa ketawa kecil. Ada-ada jer suaminya ini. Benjamin terus bangun dan berlalu ke tandas.
Tiba-tiba telefon bimbit Benjamin berbunyi menandakan ada mesej masuk.
" Siapa pulak yang mesej lewat malam ni? " soal Farisa sendiri. Dia mengambil telefon bimbit Benjamin untuk melihat siapa yang menghantar mesej itu.
" Ayu? Siapa pulak Ayu ni? " Farisa makin curiga.
Dia begitu ingin tahu apa isi kandungan mesej itu tetapi Farisa tidak berani untuk membuka mesej itu.
Share this novel