BAB 18

Family Completed 22120

LANA:

Belum pernah aku merasa tertangkap seperti ini. Teman-temanku tidak ada yang mengetahui bahwa aku hobi membaca. Di sekolah, kami tidak pernah berteman dengan anak-anak kutu buku. Meski tidak semua di antara aku dan kawan-kawanku berlangganan nilai jelek, kami tidak tertarik pada hal-hal serius.

“Lana masih tidak mau kuliah?”

“Kenapa Lana mesti kuliah? Belajar di sekolah saja Lana tidak senang.”

“Tapi kamu senang baca buku.” “Tidak terlalu. Kadang bosan juga.” ANDJANI :

Beberapa saat kami terdiam.

“Tante sendiri sekarang menyesal tidak pernah menyelesaikan kuliah,” kata-kata itu meluncur begitu saja.

LANA :

Tante Andjani tentu bicara jujur. “Ayahmu ingin Tante tinggal di rumah.” ANDJANI :

Sebetulnya aku ingin mengucapkan, “Ini bukan berarti Tante menyesal telah kawin dengan ayahmu.”

Namun aku justru takut mengusik-usik masalah perkawinanku, yang bagaimanapun telah merusak keluarganya.

Aku tidak ingin merusak percakapan kami.

“Sudah ada bayangan Lana mau apa di masa depan?”

“Yang jelas tidak kawin muda,” ucapan itu meluncur cepat dari bibirnya. “Senangsenang dulu baru serius.”

“Tidak mau jadi wanita sukses seperti ibumu?”

“Sukses dalam apa?” LANA :

Kesuksesan tidak menjamin kebahagiaan. Selalu ada kesedihan dalam hidup setiap orang, semapan apa pun keberadaan mereka.

Kadang kala aku merasa Tuhan membagikan keadilan dengan caranya sendiri. Karena selalu ada lubang pada “kantung lemak” masing-masing manusia.

Dulu seorang Andjani muda yang cantik telah berhasil meraih hati seorang pria Bugis yang tampan. Namun kehidupan ternyata bukanlah dongeng yang manis.

Tetapi kelihatannya Tante Andjani menyadari maksud ucapanku, karena dia berkata, “Mamamu kan membesarkan kamu, dan susah kan wanita bisa sampai pada posisi setinggi Mama.”

“Memang,” aku tidak tahu harus berkata apa. Bukannya aku tidak bangga akan ibuku, namun memikirkan siapa dirinya justru selalu membuatku terbebani.

ANDJANI:

Untuk lebih menyenangkan hatinya lagi aku menambahkan, “Ibumu kan tidak seperti Tante.”

Dia terdiam.

“Bisa dikatakan mamamu hampir memiliki segala-galanya.” Dan apa yang aku miliki?

LANA:

Dan satu-satunya yang dia miliki pun, tanpa dia ketahui, kini telah berpaling darinya.

Ibuku punya aku dan karier yang dapat dia banggakan. Sedangkan Tante Djani? Apa yang akan dilakukannya bila dia tahu mengenai Tante Rima?

Kalau aku, tentu saja akan menemukan cara balas dendam yang cerdik, anggun dan mengena. Misalnya, dengan menghambat usaha bisnisnya atau semacam itu. Sesuatu… sesuatu yang lebih berkelas daripada sekadar menyiram dengan segelas air atau mengempeskan ban mobil.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience