BAB 17

Family Completed 22120

LANA:

Aku merencanakan akan pulang setelah toko tutup, agar tak bertemu Papa. Orang mungkin heran bila tahu aku betah berlama-lama membaca. Itu terjadi sejak liburan sekolah saat orang tuaku bercerai. Dengan buku yang kubaca, aku bisa masuk ke dalam suatu kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kehidupanku sehari-hari, dengan tokoh-tokoh yang memiliki masalah yang membuatku terus bertanya-tanya, bagaimana akhirnya?

Baru lima belas menit aku berdiri menikmati bacaanku ketika merasakan seseorang berdiri di belakangku. Aku menoleh dan melihat Tante Andjani memandangku ragu. Takut. Seakan aku hendak membentaknya karena telah lancang mengganggu. Aku tahu dia pasti khusus mencariku. Soalnya Tante Andjani bukanlah penggemar bacaan.

ANDJANI :

“Tante…,” hanya itu yang terucap. Dia kelihatan terkejut melihatku.

“Tante cari-cari.”

“Kenapa?”

Karena kamu sudah pergi terlalu lama, Nak. Ayahmu akan marah besar kalau sampai aku tadi menolak mencarimu. Atau kamu memang berniat menciptakan perang di antara kami ?

LANA :

Aku berniat pura-pura tidak mendengar, namun tidak sanggup menahan diri. “Kenapa mesti sama Tante, Anya bisa sendiri!” sahutku ketus.

ANDJANI :

Anak ini benar-benar punya masalah dalam hal sopan-santun. Ibunya yang sukses itu rupanya kurang mengajarkan tata krama kepada sang putri.

“Karena ayahmu yang menyuruh begitu!” kataku berusaha menahan diri. Tante pun tidak peduli jam berapa kamu mau pulang, tapi ayahmu tadi inta tante mencarimu.” Lebih baik lagi bila kamu pulang kembali kepada ibumu. Aku sudah kesal sekali denganmu.

LANA :

Tahukah Tante kenapa dia tidak mencariku sendiri? Karena sekarang dia sedang berasyik–masyuk dengan perempuan lain. Kok mau saja sih diperlakukan begitu rupa? Bodoh betul.

“Terus… Tante kan bisa bilang kepada Papa bahwa Lana masih ingin tinggal di sini

!”

Dia memandangku dengan dingin. Memasang perisai terhadap sensitifitas batinnya, menolak rasa sakit yang kutimbulkan. Mulutnya bergerak hendak mengucapkan sesuatu, tapi tidak jadi. Yang kulihat adalah punggungnya yang berkelebat cepat di antara rak-rak buku.

ANDJANI :

Baiklah tinggal saja di sana selamanya. Sebelum sempat melakukan hallain yang berakibat fatal, aku cepat-cepat menjauh. Keluar dari toko melintasi etalase, kulihat Lana bergegas-gegas mengikuti.

Lihat, akhirnya dia mau menurut. Sabarlah, tidak perlu kaulaporkan kekurangajarannya tadi kepada Imran.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience