Bab 1 - Perjalanan dan Tertabrak Sesuatu

Thriller Completed 11

Jeep tua itu berderak pelan melewati jalan berbatu. Udara sore mulai dingin, aroma tanah basah dari sawah yang baru saja diguyur hujan masih terasa menyengat. Dari balik jendela, pepohonan bambu berderak-derak tertiup angin.

Di dalam jeep, Yanto sibuk bernyanyi seenaknya. Suaranya sumbang, membuat Indah menutup telinga.
"Astaga, Yan! Bisa nggak diem sebentar aja? Dari tadi telingaku sakit dengar ocehanmu!"
"Halah, Ndah! Suaraku ini emas, tahu nggak? Kalau ikut audisi, pasti aku yang juara!" Yanto terkekeh.

Adi yang lagi mengemudi, menghela napas.
"Yan, kalau kamu nggak bisa diem, tak turunin di tengah hutan sekalian lho!"
"Wes, wes... bercanda kok, Mas," Yanto mengangkat tangan tanda menyerah.

Sukma hanya tersenyum kecil, memeluk tas ranselnya. Ia menikmati perjalanan itu dengan diam, sesekali melirik keluar jendela, memperhatikan langit yang mulai temaram.

Tiba-tiba-
"BRAK!"
Mobil seperti menabrak sesuatu. Jeep berguncang keras, hampir membuat Indah menjerit.

"Astaga! Apa itu barusan?!" Indah memegang dadanya, wajahnya pucat.
Adi segera menginjak rem, jeep berhenti mendadak. Ia dan Yanto cepat turun. Jalanan sepi, hanya rerumputan liar bergoyang diterpa angin.

"Perasaan tadi jelas banget kayak nabrak orang..." gumam Adi sambil menyorotkan senter.
Yanto menelan ludah. Ia berjalan perlahan, menyibak rumput tinggi. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang berkilau samar.

"Eh... ini apa ya?" Yanto jongkok, mengambil benda kecil berwarna keemasan. Bentuknya aneh, seperti potongan logam tua dengan ukiran halus. Ia menatapnya sebentar, lalu buru-buru memasukkan ke saku celananya tanpa memberi tahu Adi.

"Yan, ada apa di situ?"
"Ng... nggak ada, Di! Kosong, paling batu kecil doang." Yanto tersenyum canggung.

Mereka kembali ke jeep. Indah langsung mencecar pertanyaan.
"Gimana? Ada orang? Jangan bilang kalian tadi nabrak... hantu?"
Adi menatap tajam. "Jangan ngawur, Ndah. Udah, duduk. Kita lanjut perjalanan."

Jeep kembali melaju, kali ini jalannya makin sempit. Mereka harus melewati sebuah jembatan kayu tua di tengah hutan. Kayu-kayu jembatan berderit saat roda jeep melintas. Suara itu membuat bulu kuduk Indah merinding.

"Ya Allah, kalau jembatannya ambruk gimana, Di?" Indah mulai panik.
Adi menatap ke depan dengan penuh konsentrasi. "Tenang, Ndah. Selama kita nggak goyang-goyang, aman."

Sukma mengusap dada pelan, dalam hati membaca doa. Hatinya tiba-tiba terasa berat, seolah ada yang mengawasi dari balik pepohonan. Namun ia diam, tak ingin membuat yang lain semakin takut.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya jeep keluar dari hutan. Lampu-lampu kecil rumah desa mulai terlihat. Udara semakin dingin, tapi kehangatan kampung terasa menyambut.

Di depan sebuah rumah besar dari kayu jati, berdirilah seorang lelaki berusia sekitar empat puluhan. Tubuhnya tegap, wajahnya ramah meski sorot matanya dalam.

"Selamat datang," ucapnya sambil tersenyum. "Aku Bayu. Sesepuh disini udah yang mengizinkan kalian tinggal di rumah pusaka ini."

Mereka pun turun, memperkenalkan diri satu per satu. Bayu lalu menunjuk ke arah bangunan tua di hadapan mereka.

Rumah pusaka itu berdiri megah. Seluruhnya dari kayu jati, ukirannya halus penuh motif bunga dan sulur. Namun dari balik keindahan itu, terpancar aura tua yang berat, seolah menyimpan ribuan kisah yang belum terungkap.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience