"Betul-betul bah?" (Kesha)
"Betullah." (Arilia)
"Ok, bisuk ko ikut kami." (Fera)
"Ok..." (Arilia)
Keesokan harinya, Arilia bersiap-siap untuk mengikuti Kesha dan Fera ke tempat kerja mereka. Ketika di dalam kereta, Arilia asyik memandang pemandangan di luar. Mereka pun tiba di tempat yang ditujui. Kesha membukakan pintu kereta kemudian mulai mengajak Arilia keluar dari kereta.
"Nah, sampai sudah kita. Bah marilah, ikut kami." (Kesha)
"Ok ok. Kamu jangan jauh-jauh kio, sya masih rasa asing lagi di sini." (Arilia)
"It's ok baitu, kami sentiasa ada di sebelah ko. Ko rileks ja." (Kesha)
Ketika mereka hendak memasuki pintu bangunan, Arilia terlanggar seorang lelaki secara tidak sengaja.
"Sorry mandak, sya tidak sengaja." (Tony)
"Tidak apa, sya yang salah, sebab tidak tinguk depan." (Arilia)
Ketika Arilia mulai mengangkat kepalanya untuk melihat Tony, dia pun terpaku setelah yang dilihatnya itu adalah seorang jejaka yang pernah dia selamatkan ketika jejaka itu terjatuh dari bot.
"Alamak, my prince... Tapi kenapa macam dia tidak kenal pula sama sya ni? Ohya sya lupa, kan muka sya ada pilat. Kitai punya pilat!" (Arilia Berkata Dalam Hati)
"Macam sya kenal pula sama ni sumandak ni, tapi di mana arr? Kalau tidak silap sya, dulu muka dia teda pilat, time sya nampak dia." (Tony Berkata Dalam Hati)
Tony dan Arilia saling bertatapan mata. Kesha dan Fera kehairanan melihat mereka.
"Ohya, nama ko siapa mandak?" (Tony)
"Nama sya Ariel." (Arilia)
"Ariel? Jarang-jarang ada sumandak yang pakai nama macam tu." (Tony)
"Mama sya yang bagi sya ni nama, dia pinjam nama si Princess Ariel dalam cerita The Little Mermaid tu." (Arilia)
"Oh. Nice... Hehe." (Tony)
"Bos, dia ni bestfriend kami baini. Dia mau kerja jadi cleaner di sini." (Kesha)
"Oh, hehe." (Tony)
Arilia mulai tersipu-sipu.
"Ok, sya masuk office dulu arr." (Tony)
Tony pun melangkah pergi meninggalkan mereka.
"Si Tony kerja di sinikah pula?" (Ariel)
"Macam mana ko tau nama dia?" (Fera)
"Sebenarnya sebelum ni sya pernah berjumpa sama dia." (Arilia)
"Oh yakah? Di mana?" (Kesha)
"Masa tu dia jatuh dari bot, jadi sya kasi selamat dialah, sya tarik dia pigi darat." (Arilia)
"Tapi kenapa dia tidak kenal ko?" (Fera)
"Kan masa tu sya duyung, muka sya pun belum ada pilat lagi melekat." (Arilia)
"Ohya lupa pula, hehe, siou." (Fera)
"Bah marilah sya bawa ko pigi hujung." (Kesha)
"Buat?" (Arilia)
"Kan ko mau jadi cleaner, sya kasi tunjuklah tempat ko kerja." (Kesha)
"Oh hehe, ok ok." (Arilia)
Kesha dan Fera mengajak Arilia menemui salah seorang cleaner di situ.
"Winny, ni kawan baru kamu. Dia cleaner baru di sini." (Kesha)
"Ariel..." (Arilia)
"Winny..." (Winny)
"Kamu ajar dia apa yang perlu kio." (Fera)
"Ok sis Fer. Mari Riel, ikut sya." (Winny)
Kesha dan Fera segera melangkah menuju ke pejabat mereka. Dengan tunjuk ajar dari Winny dan para cleaner yang lain, ditambah lagi Arilia memiliki ingatan yang kuat dan minda yang tajam, Arilia mudah menghafal apa pun yang diajarkan oleh mereka. Sebulan kemudian, Arilia telah banyak belajar mengenai kehidupan-kehidupan di darat, bahkan Arilia sudah pintar menggunakan teknologi-teknologi darat termasuk menggunakan smartphone. Suatu hari, ketika Arilia sedang duduk di katil bilik tidurnya, cincin mutiara ajaib yang dipakainya tiba-tiba bersinar. Dia mendengar seperti ada suara seseorang yang berkata-kata di dalam cincin mutiara itu, namun kedengaran sangat perlahan. Dia mendekatkan cincin itu ke telinganya, dan dia pun dapat mendengarkan suara orang itu dengan jelas.
"Lia! Lia! Ko dengar syakah?" (Melifora)
Melifora berbual-bual dengan Arilia menggunakan sebutir mutiara berukuran besar, yang terletak di atas meja karang di rumahnya, sambil menghadap mutiara itu. Mutiara itu bercahaya ketika dia sedang berbual-bual dengan Arilia.
"Ya sya dengar. Ni siapa?" (Arilia)
"Sya si Melifora." (Melifora)
"Melifora? Apa khabar ko?" (Arilia)
"Kurang baik." (Melifora)
"Maksud ko?" (Arilia)
"Si Santana sudah sihir sya jadi anak penyu, sebab dia takut kalau seandainya sya kasi pecah rahsia dia yang sebenarnya dia tu duyung dari Kerajaan Rumongit yang menyamar jadi warga Gumirot untuk mau kasi hancur Kerajaan Gumirot, sama dia marah sebab sya sudah buat ko jadi manusia darat." (Melifora)
"Apa? Teruknya!" (Arilia)
Kesha dan Fera mulai memasuki bilik tidur Arilia. Mereka melangkah menghampiri Arilia secara perlahan-lahan, sambil terpaku melihat cincin mutiara ajaib kepunyaan Arilia itu bercahaya, dan mendengar suara seseorang yang berbual-bual dengan Arilia melalui cincin mutiara itu. Mereka pun segera duduk di sebelah Arilia.
"Memang teruk. Sama sya mau bagi tau ko satu lagi hal penting." (Melifora)
"Apa dia?" (Arilia)
"Sekarang ni mama angkat ko dalam bahaya. Si Santana bagi dia tempo dua bulan untuk bawa ko balik pigi Kerajaan Gumirot. Kalau selepas tempo tu ko teda juga, dia terus bunuh mama angkat ko. Sekarang ni tinggal satu bulan lagi tempo dia." (Melifora)
"Apa?" (Arilia)
Air mata Arilia mulai mengalir.
"Sekarang ni mama angkat ko buta sudah, terus mata dia bengkak, gara-gara sihir dari si Santana. Satu saja cara untuk kasi singkir si Santana sama anak dia dari Kerajaan Gumirot. Ko mesti rebut tu tongkat sakti kebesaran Ratu Kerajaan Gumirot, sebab cuma ko saja yang bulih sentuh tu tongkat." (Melifora)
"Saya?" (Arilia)
"Ya, sebab ko anak si Vanessa kan? Oklah Lia, jaga diri ko baik-baik di sana arr." (Melifora)
Seketika kemudian, sinar pada cincin mutiara Arilia pun mulai sirna.
"Ko sabar arr Riel." (Kesha)
"Macam mana sya mau sabar ni Sha, kalau mama angkat sya kana ugut sama Ratu Santana." (Arilia)
"Kalau ko balik pigi sana, kompom si Santana bunuh ko Ariel. (Fera)
"Jadi macam manalah ni?" (Arilia)
"Sya ada idea." (Kesha)
"Idea apa Sha?" (Arilia)
"Begini, si Santana jadi ratu di Kerajaan Gumirot guna cara kutur kan?" (Kesha)
"Ya." (Arilia)
"Terus si Melifora cakap tadi, cuma ko saja yang bulih sentuh tu tongkat sakti. Itu bererti, kita tidak salah kalau kita kasi singkir si Santana sama anak dia dari Kerajaan Gumirot." (Kesha)
"Yalah, tapi macam mana cara mau rebut tu tongkat sakti dari tangan Ratu Santana?" (Arilia)
"Begini, bisuk kita tiga balik pigi dunia bawah laut, terus kita pigi di rumah si Melifora. Tapi jangan sampai ada warga Gumirot atau warga Tumupus yang nampak kita, takut nanti diorang kasi tau si Santana. Abis kita nanti." (Kesha)
"Untuk apa kita pigi rumah si Melifora?" (Arilia)
"Waktu kita sampai di rumah si Melifora, ko suruh si Melifora ubah ko jadi ikan kecil selama tiga puluh minit saja. Selepas ko sudah bertukar jadi ikan, ko pelan-pelan masuk pigi Istana Gumirot, terus ko pigi dekat si Santana. Waktu sudah sampai tiga puluh minit, terus ko sudah bertukar jadi duyung balik, ko cepat-cepat rebut tu tongkat sakti dari tangan si Santana. Waktu tu tongkat sudah ada di tangan ko, si Santana sama anak dia tidak bulih buat apa-apa sudah tu, terpulang ko sama ada ko mau tukar diorang jadi binatang, atau ko cuma mau gertak saja diorang supaya diorang cepat-cepat keluar dari Kerajaan Gumirot." (Kesha)
"Oklah, nanti sya buat apa yang ko suruh." (Arilia)
"Ko setujukah Fer, kita balik pigi dunia bawah laut?" (Kesha)
"Kalau ada kawan kenapa pula sya tidak setuju, hehe." (Fera)
Keesokan harinya, iaitu pada waktu pagi, Kesha, Fera dan Arilia bersiap-siap untuk kembali ke dunia bawah laut. Kebetulan, Niko dan Ricky datang ke rumah mereka.
"Kamu mau pigi mana ni?" (Niko)
"Kami mau balik pigi dunia bawah laut, sebab ada urusan penting." (Kesha)
"Apa? Kamu lama kah di sana?" (Niko)
"Tidak, sekejap saja." (Fera)
"Kami ikut bulihkah? Hehe." (Ricky)
"Haha, sot bah kamu ni. Kamu mana bulih bernafas di dalam air laut, macam mana kamu mau ikut kami?" (Kesha)
"Kami ni duyung, kamu tu urang darat." (Fera)
"Kami pakai alat selam lah. Bulihlah bah." (Niko)
"Janganlah! Di sana tu bahaya tu. Kalau tu jerung-jerung tercium bau manusia darat, silap sikit kana bubut kamu sama tu jerung-jerung. Kamu tidak takutkah? Nanti tidak sempat kita kawin oh." (Kesha)
"Kamu kan ada." (Niko)
"Kita bawa sajalah diorang Sha, kasian diorang kepingin mau tinguk dunia bawah laut." (Arilia)
"Nah, si Ariel pun setuju." (Ricky)
Kesha dan Fera saling bertatapan.
"Oklah, kamu bulih ikut. Tapi waktu kamu sampai di sana, kamu jangan jauh-jauh dari kami arr, sama jangan pigi mana-mana waktu sudah sampai rumah si Melifora nanti." (Kesha)
"Sama jangan sembarangan sentuh tumbuh-tumbuhan di dalam laut arr, sebab kamu tidak tau mana satu tumbuhan yang beracun, mana satu tumbuhan yang tidak beracun. Cuma kami saja yang tau." (Fera)
"Ok darling." (Niko & Ricky)
"Bah, kamu pigi ambillah alat selam kamu cepat." (Kesha)
Niko dan Ricky segera pulang ke rumah mereka untuk mengambil alat selam mereka. Mereka kembali dengan membawa lengkap alat selam mereka masing-masing. Mereka berlima pun segera pergi ke pantai, di mana suasana pantai begitu sunyi. Kesha, Fera, dan Arilia mulai melepaskan cincin mutiara ajaib dari jari manis mereka, kemudian selang beberapa saat, kaki mereka pun segera bertukar menjadi ekor duyung, dengan sisik-sisik berkilat yang melekat pada tubuh mereka, iaitu dari hujung sehinggalah ke paras leher, dan cincin mutiara mereka itu mereka sangkutkan pada kalung mereka. Niko dan Ricky terpesona melihat perubahan mereka. Niko dan Ricky sudah pun mengenakan alat selam mereka pada tubuh mereka. Mereka pun mulai menenggelamkan diri ke dalam air laut, dan mulai berenang menyusuri dasar-dasar laut yang semakin berada jauh dari kawasan pantai. Kesha dan Fera memegang tangan kekasih-kekasih mereka itu. Ketika mereka hampir tiba di rumah Melifora, mereka diserang oleh sekelompok hantu laut dari Kerajaan Rumongit. Para hantu laut itu menangkap Niko dan Ricky, dan mencuba untuk membawa mereka pergi. Kesha, Fera dan Arilia segera memegang cincin mutiara mereka, sambil menghulurkan cincin itu ke arah para hantu laut itu, kemudian para hantu laut itu segera melepaskan Niko dan Ricky, lalu segera pergi.
Mereka pun terus berenang menuju ke rumah Melifora. Ketika tiba di rumah Melifora, mere ka segera memasuki rumah itu disebabkan pintunya terbuka.
"Sis Melifora! Oh sis Melifora!" (Arilia)
"Akhirnya datang juga kamu." (Melifora)
Mereka melihat seekor anak penyu yang berada di atas meja karang. Niko dan Ricky saling bertatapan melihat keajaiban seekor anak penyu yang mampu berkata-kata seperti manusia. Sedangkan Kesha, Fera dan Arilia tidak merasa hairan, disebabkan mereka sudah puas melihat hal-hal seperti itu ketika mereka tinggal di dunia bawah laut itu.
"Ndui bah, kasian ko sis Mel." (Kesha)
"Apa bulih buat, beginilah nasib sya." (Melifora)
"Tapi sis Mel masih ada magic bah kan?" (Arilia)
"Magic yang macam mana?" (Melifora)
"Magic yang bulih ubah si Ariel jadi ikan kecil dalam masa tiga puluh minit saja." (Fera)
"Oh, itu bulih baitu, senang ja tu. Tapi... Si Ariel tu siapa?" (Melifora)
"Oh hehe, si Arilia bei. Kami biasa gelar dia si Ariel time di darat." (Kesha)
"Tapi untuk apa ko mau jadi ikan kecil Lia?" (Melifora)
"Supaya sya dapat masuk pigi istana, terus rebut tu tongkat sakti kebesaran Ratu Kerajaan Gumirot dari tangan Ratu Santana yang jahat tu." (Arilia)
"Oh bagus, bagus tu. Kalau bulih, kasi tukar dia sama anak dia jadi anjing laut kalau tu tongkat sudah di tangan ko." (Melifora)
"Ya, bahaya kalau dia yang memerintah Kerajaan Gumirot." (Fera)
"Sebelum tu, kamu tulung dulu sya pigi ambil tu tongkat mutiara sya di lemari bilik sya, lemari yang warna hijau tu." (Melifora)
"Ok, sekejap..." (Kesha)
Kesha menuju ke arah bilik tidur Melifora, dan mengambil sebatang tongkat mutiara sakti yang berada di dalam almari hijau, kemudian kembali dan mulai meletakkan tongkat itu di atas meja karang, bertepatan dengan mulut Melifora. Melifora memijak tongkat itu menggunakan kedua-dua sirip depannya. Seketika kemudian, tongkat mutiara itu mulai bersinar, dan wujud Arilia pun segera bertukar menjadi seekor ikan yang berukuran kecil.
"Sekarang bulih sudah ko pigi Istana Gumirot Lia. Ko pigi dekat si Santana sampai habis masa tiga puluh minit. Selepas ko bertukar balik jadi duyung, cepat-cepat terus ko rebut tu tongkat dari tangan dia. Tapi tunggu!" (Melifora)
Sekali lagi Melifora memijak tongkat mutiara itu, kemudian wujud Kesha pun bertukar menjadi seekor sotong yang berukuran kecil.
"Aik? Kenapa sya jadi sotong sis Mel?" (Kesha)
Niko terkejut melihat wujud kekasihnya sudah pun berubah.
"Hehe, ko sama-sama si Arilia masuk pigi istana, tapi ko duluan. Ko pigi berguling-guling di setiap ekor yang ada di dalam tu istana, nanti lepas tu, diorang terus tertidur tu. Lepas semua sudah tertidur, ko pigi berguling-guling pula di ekor si Santana sama anak dia, sampai diorang pun tertidur. Kalau semua yang ada di dalam tu istana sudah tertidur, senang sikitlah si Lia pigi rebut tu tongkat sakti dari tangan si Santana." (Melifora)
"Oh gitu." (Kesha)
"Jadi, kami bulih sudahkah pigi istana sekarang?" (Arilia)
"Bulih sudah." (Melifora)
Kesha dan Arilia pun segera pergi menuju ke istana. Melifora memperhatikan Niko dan Ricky dengan penuh teliti.
"Siapa nama kamu dua?" (Melifora)
Niko dan Ricky hanya terdiam tanpa berkata apa-apa.
"Hehe, siou sis Mel, diorang tidak dapat bercakap sebab diorang guna alat selam. Diorang bulih juga bercakap, cuma suara diorang tidak kedengaranlah, hehe." (Fera)
"Oh, hehe. Oleh sebab diorang sudah sudi kasi kawan kamu pigi sini, sya mau kasi hadiah sama ni tanak wagu dua urang ni." (Melifora)
"Hadiah apa tu sis Mel?" (Fera)
"Ko tulung pigi bilik tempat sya simpan koleksi-koleksi cincin mutiara ajaib, terus ko ambil dua bentuk cincin mutiara yang ada di dalam lemari warna biru, terus tu cincin ko kasi pakai di jari diorang." (Melifora)
"Ok sis..." (Fera)
Fera menuju ke bilik yang disebutkan oleh Melifora, kemudian mulai mengambil dua bentuk cincin mutiara dari dalam almari yang berwarna biru. Dia kembali, kemudian memasangkan cincin-cincin itu pada jari manis Niko dan Ricky.
"Sekarang, ko bulih buka tu alat selam dari badan diorang." (Melifora)
Fera segera melepaskan alat selam-alat selam yang dipakai oleh Niko dan Ricky. Beberapa saat kemudian, cincin mutiara yang dikenakan pada jari manis Niko dan Ricky itu mulai bercahaya, dan seketika kemudian, wujud mereka pun berubah menjadi duyung yang sangat kacak. Niko dan Ricky terkejut, sambil mengukir senyuman gembira pada wajah mereka, demikian juga Fera.
"Nah, sekarang kamu tidak perlu lagi pakai alat selam, sebab kamu bulih bebas bernafas sudah di dalam ni air laut, selama tu cincin ada di jari kamu. Tapi waktu kamu buka tu cincin dari jari kamu, kamu pun bertukar jadi manusia darat balik." (Melifora)
"Terima kasih sis Melifora." (Niko)
"Terima kasih sis Melifora." (Ricky)
"Sama-sama..." (Melifora)
Arilia dan Kesha pun tiba di istana. Ratu Santana sedang menyanggul rambut anaknya. Kedatangan mereka ke dalam istana tidak dihiraukan oleh mereka yang ada di dalam istana itu.
"Nah, kita aman Riel." (Kesha)
"Ya, syukurlah." (Arilia)
"Bah, ko pigilah dekat si Santana tunah. Sya pula pigi berguling-guling di ekor duyung-duyung yang ada di dalam ni istana." (Kesha)
"Ok." (Kesha)
Arilia berenang menghampiri Ratu Santana, sementara Kesha pula mula berguling-guling di ekor para pengawal istana. Selang beberapa saat kemudian, para pengawal itu pun mulai tertidur dan tidak sedarkan diri. Demikianlah dilakukannya terhadap setiap duyung yang ada di dalam Istana Gumirot, sampailah kepada Ratu Santana dan Melda. Ketika semuanya sudah tertidur, Arilia tetap berada di samping Ratu Santana, sehingga sampai pada masa tiga puluh minit. Ketika sampai masa tiga puluh minit, wujud Arilia pun segera bertukar kembali dari seekor ikan kecil berubah menjadi duyung. Tanpa menunggu lama, Arilia segera merebut tongkat sakti kebesaran Ratu Gumirot itu dari tangan Ratu Santana. Sekonyong-konyong, terjadilah gempa di tempat itu, sehingga duyung-duyung yang tertidur di dalam istana itu mulai terbangun kembali. Semuanya terpaku melihat Arilia yang sedang memegang tongkat sakti itu, termasuk Ratu Santana.
"Arilia?" (Ratu Santana)
Arilia hanya tersenyum sinis.
"Mohon ampun Ratu Penyamar!" (Arilia)
"Apa ko bilang? Macam mana ko bulih ambil tu tongkat dari tangan sya? Arr?" (Ratu Santana)
"Itu tidak penting! Yang penting sekarang ni, ko siap-siaplah kana kasi singkir dari ni kerajaan, sebab kami tau sudah ko ni siapa. Ko ni berasal dari Kerajaan Rumongit, yang menyamar jadi warga Gumirot semata-mata untuk mau kasi musnah ni Kerajaan Gumirot sama Kerajaan Tumupus saja." (Arilia)
"Berani-berani ko cakap macam tu sama mama sya?" (Melda)
"Ko diam! Ko pun sama!" (Arilia)
"Pengawal! Rebut tu tongkat dari tangan si Lia!" (Ratu Santana)
Namun para pengawal istana tidak berani mendekati Arilia. Arilia segera menghulurkan tongkat sakti itu kepada Ratu Santana dan Melda, kemudian wujud mereka pun bertukar menjadi sotong kurita.
"Mak, kenapa sya jadi sotong kurita ni mak?" (Melda)
"Sampai hati ko buat kami begini Lia." (Ratu Santana)
"Masih untung sya kasi biar kamu hidup. Ko tidak fikirkah apa yang sudah ko buat selama ni Santana? Ramai sudah duyung-duyung yang teda salah ko bunuh, sampai mama angkat sya sendiri pun ko mau bunuh, padahal dia teda salah apa-apa pasal sya jadi manusia darat." (Arilia)
"Ko tinguk saja nanti Lia, sya tidak mau diam-diam sya kana buat begini. Ko tunggu saja pembalasan sya nanti. Mari Melda, kita keluar dari sini." (Santana)
Santana dan Melda pergi meninggalkan wilayah Kerajaan Gumirot, dan mulai kembali ke dalam Kerajaan Rumongit dengan penuh dukacita. Arilia menghulurkan tongkat saktinya kepada Kesha, kemudian wujud Kesha segera bertukar dari seekor sotong kecil berubah menjadi duyung kembali.
"Hehe, terima kasih Ariel, my bff." (Kesha)
Kesha segera memeluk Arilia dengan erat. Mereka meleraikan pelukan mereka tatkala mereka melihat ramai duyung-duyung di dalam istana termasuk para pengawal mulai sujud di hadapan Arilia.
"Hidup Ratu Arilia yang mulia." (Seisi Istana)
Arilia dan Kesha tersenyum manis.
"Sudah sudah. Sya bukan ratu. Tapi nanti sya lantik saturang duyung yang layak untuk jadi ratu Kerajaan Gumirot." (Santana)
"Siapa Riel?" (Kesha)
"Nanti ko tau juga tu, hehe. Bah, mari kita pigi rumah mama angkat sya." (Arilia)
Arilia dan Kesha berenang menuju ke rumah Lumundus. Ketika Arilia berkali-kali mengetuk pintu rumah Lumundus ibu angkatnya, Balerina pun segera membukakan pintu. Ketika Balerina melihat Arilia di depan pintu, air mata kerinduannya pun mulai mengalir, dan segera memeluk adik angkatnya itu.
"Lia, sya rindu sama ko Lia." (Balerina)
"Sya pun rindu sama kakak-kakak sya semua. Macam mana keadaan mama sekarang ni kak? Dia masih buta lagikah?" (Arilia)
"Ya Lia, semua ni gara-gara sihir si Santana." (Balerina)
Pelukan Arilia dan Balerina terlerai ketika Arilia melihat ketiga-tiga kakak angkatnya yang lain menghampiri mereka, dengan pandangan sinis yang tertuju kepada Arilia.
"Buat apa ko balik pigi sini perempuan sundal?" (Adora)
"Kenapa kakak cakap sya begitu?" (Arilia)
"Ko tidak payah trip-trip lembut di sana! Gara-gara ko, mama sekarang jadi buta!" (Katarina)
"Ya, sya tau ini semua salah sya. Sya minta maaf sama kamu semua." (Arilia)
Air mata Arilia terus mengalir tanpa henti-hentinya.
"Bagus ko pulanglah pigi darat! Ini bukan dunia ko lagi! Ko faham! Ko bukan adik kami lagi!" (Fenisia)
"Kenapa bah kamu ni jahat betul mulut kamu? Baru saja si Arilia sampai sudah kamu marah-marah dia macam tu! Dia datang sini sebab dia masih ambil peduli pasal kita!" (Balerina)
"Ko diam sana Bal! Ko pun sama juga macam dia! Sama-sama utak udang!" (Katarina)
"Kak Bal, bulihkah bawa sya pigi jumpa mama?" (Arilia)
"Mari..." (Balerina)
Balerina membawa Arilia ke bilik tidur Lumundus. Lumundus sedang terbaring di atas katilnya dalam keadaan buta dan matanya membengkak. Suara tangisan Arilia semakin keras kedengaran. Arilia menghampiri ibu angkatnya.
"Mak, sya si Lia mak." (Arilia)
Share this novel