"Arilia?" (Lumundus)
Lumundus segera bangkit dari katilnya, kemudian Arilia segera memeluknya.
"Mak, sy a minta maaf mak, semua ni salah sya sampai mama jadi begini. Kalaulah sya tidak terburu-buru pigi darat tu, tidak juga mama jadi macam ni." (Arilia)
"Sudahlah Lia, ni bukan salah ko." (Lumundus)
Arilia segera melepaskan pelukannya dari tubuh ibu angkatnya, kemudian mulai mundur sedikit ke belakang. Arilia menghulurkan tongkat sakti itu kepada Lumundus, kemudian sembuhlah mata Lumundus dari kebutaan, dan bengkak pada matanya pun serta-merta pulih seperti sediakala. Lumundus meraba-raba matanya, dan kini dia sudah mampu untuk melihat alam bawah laut kembali.
"Macam mana mata sya bulih sembuh?" (Lumundus)
Balerina menghampiri ibunya.
"Si Arilia yang sudah kasi sembuh mata mama tadi, guna tu tongkat sakti kebesaran ratu Gumirot yang dia pegang tu." (Balerina)
Lumundus kehairanan melihat tongkat sakti itu ada pada anak angkatnya.
"Macam mana ko bulih dapat tu tongkat Lia?" (Lumundus)
"Panjang cerita dia mak, nanti sya kasi cerita mama. Yang penting sekarang ni, kerajaan kita sudah terbebas dari tangan si Santana sama anak perempuan dia." (Arilia)
"Macam mana bulih begitu?" (Lumundus)
"Si Arilia sudah sihir si Santana sama anak dia jadi sotong kurita tadi. Sekarang ni, diorang tidak bulih buat apa-apa sudah." (Kesha)
"Ko memang hebat oh Lia. Mama bangga sama ko." (Lumundus)
"Hehe, ni untuk kebaikan kerajaan kita juga. Sekarang, ada siapa-siapakah yang bulih pigi kasi tau setiap warga Gumirot, supaya diorang berkumpul di padang perhimpunan sekarang?" (Arilia)
"Untuk?" (Kesha)
"Adalah yang sya mau kasi umum nanti." (Arilia)
"Biar sya yang pigi kasi tau diorang semua." (Balerina)
"Terima kasih kak." (Arilia)
Balerina hanya mengangguk sambil tersenyum. Ketika seluruh warga Kerajaan Gumirot sudah berkumpul di padang perhimpunan, Arilia berada di depan mereka dengan Lumundus, Kesha, Balerina, Katarina, Fenisia dan Adora di sampingnya.
"Terima kasih sebab sudah hadir. Tujuan sya buat ni perhimpunan, sebab ada perkara penting yang sya mau kasi umum. Pertama, kita bersyukur sebab kerajaan kita ni sudah terbebas dari campur tangan si Santana dengan anak perempuan dia, yang selama ini memerintah ni kerajaan dengan tidak adil." (Arilia)
Semua bersorak-sorak gembira setelah mendengarkan apa yang diumumkan oleh Arilia.
"Yang kedua, sya sebagai anak kepada Vanessa, iaitu bekas ratu di dalam ni kerajaan mengumumkan, mama angkat sya, yang ada di sebelah sya ni, hari ini juga, sya lantik jadi ratu baru yang memerintah ni kerajaan, terus kakak-kakak angkat sya ni pula, Balerina, Katarina, Fenisia, Adora, sah menjadi puteri-puteri Kerajaan Gumirot." (Arilia)
Seluruh warga Kerajaan Gumirot serentak memberikan sorakan yang keras dan tepukan yang gemuruh. Lumundus, Arilia, Balerina, Katarina, Fenisia dan Adora saling berpelukan, dengan air mata bahagia yang mengalir.
"Lia, kami minta maaf arr sebab sudah kutuk-kutuk ko." (Katarina)
"Hehe, biarlah tu, yang lepas biarlah lepas. Yang penting sekarang ni, kerajaan kita sudah bebas. Hukum-hukum berlebihan yang si Santana kasi tambah-tambah di dalam batu sumpah pun mau kasi edit balik." (Arilia)
"Ko lah adik kami yang paling hebat Lia." (Adora)
"Kakak-kakak sya pun hebat-hebat bah. Selama sya membesar sama kamu, banyak hal-hal baik yang sya belajar." (Arilia)
Seorang duyung yang sangat kacak menghampiri Arilia, kemudian mulai menggenggam tangan Arilia.
"Hai Lia, sya rindu betul sama ko oh." (...)
Arilia kehairanan melihat jejaka yang tiba-tiba menyapanya itu, seolah-olah sudah lama mengenalinya.
"Hehe, siapa arr?" (Arilia)
"Aik? Ko tidak kenal syakah pula?" (...)
"Baru first time sya nampak, macam mana sya mau kenal, hehe." (Arilia)
"Sya bah, bestfriend ko si Binuntal." (Binuntal)
"Binuntal? Si ikan buntal tu?" (Arilia)
"Ya, hahaha." (Binuntal)
"Alala, hahaha, macam mana ko bulih bertukar jadi duyung hensem?" (Arilia)
"Sebenarnya sya memang duyung pun, tapi sya kana sihir sama si Santana jadi ikan buntal besar, sebab sya berani membantah perintah dia. Nama sya pun kana tukar jadi Binuntal, padahal nama sya yang betul Odinggo." (Binuntal)
"Odinggo? Jadi macam mana ko bulih terlepas dari sihir si Santana?" (Arilia)
"Sebab takhta Kerajaan Gumirot sudah terlepas dari tangan dia sama anak dia, jadi secara automatik, ni kerajaan pun sudah terbebas dari sihir dia. Masih banyak lagi duyung yang jadi mangsa sihir dia, tapi semua pun sudah terbebas sekarang atas jasa ko." (Odinggo)
"Sebenarnya bukan sya saja, tapi kawan-kawan sya, si Kesha, si Fera, terutama sekali si Melifora. Kalau bukan diorang, tidaklah sya dapat rebut balik tu tongkat sakti dari tangan si Santana." (Arilia)
"Terbaiklah ko Lia, hehe." (Melifora)
Melifora mulai menyapa Arilia, dengan wujudnya yang sudah kembali menjadi seorang manusia laut. Arilia terkejut melihat Niko dan Ricky yang telah menjadi duyung.
"Aik? Niko, Ricky?" (Arilia)
"Ni hadiah dari sis Melifora." (Fera)
"Oh." (Arilia)
Niko menunjukkan cincin mutiara ajaib pada jari manisnya.
"Kalau kami buka ni cincin dari jari kami, terus kami bertukar balik jadi manusia darat." (Niko)
Arilia menatap Binuntal.
"Tal!" (Arilia)
"Kenapa Lia?" (Binuntal)
"Mana si Bumantug? Dari tadi sya tidak nampak dia." (Arilia)
"Tidak taulah Lia, lama sudah dia menghilang dari ni kerajaan. Puas sudah sya cari di mana-mana tapi teda juga sya terjumpa dia." (Binuntal)
"Pigi mana pula dia? Sya rindu betul sama dia oh." (Arilia)
"Ni yang sya susah hati ni, sya takut kalau dia kana culik sama tu hantu-hantu laut Rumongit." (Binuntal)
"Palis-palis." (Arilia)
Terukir kesedihan pada wajah Arilia akan hilangnya sahabat baiknya itu dari kerajaan itu. Arilia dan Binuntal berkeliling ke seluruh Kerajaan Gumirot dan Kerajaan Tumupus untuk mencari Bumantug, tapi langsung tidak menemuinya.
"Di mana bah ko Bum? Kenapa ko teda, waktu sya sudah ada di sini?" (Arilia Berkata Dalam Hati)
Arilia sedang duduk di kerusi taman, sambil menahan rasa sedihnya yang teramat sangat. Binuntal segera memeluknya, sambil membelai-belai lembut kepalanya.
"Sabar Lia, kita kasi doa saja dia supaya selamat." (Binuntal)
"Sya sayang sama dia Tal, sya sudah anggap dia lebih dari sahabat sya. Sya betul-betul tidak mau dia jauh-jauh dari sya." (Arilia)
"Dia pun macam tu juga Lia. Waktu ko teda di sini, dia selalu cakap pasal ko." (Binuntal)
Kesha, Fera, Niko dan Ricky menghampiri Arilia yang masih bersedih.
"Kenapa ko Riel?" (Kesha)
"Bestfriend forever sya hilang." (Arilia)
"Siapa?" (Fera)
"Si Bumantug. Puas sudah kami cari dia di dalam ni kerajaan, sampai kami pigi round-round lagi di Kerajaan Tumupus, tapi teda juga kami terjumpa dia. Sya susah hati kalau seandainya dia kana culik sama tu hantu-hantu laut Rumongit yang jahat-jahat tu." (Arilia)
"Kamu tidak cuba-cuba pigi tanya family-family atau kazen-kazen diakah? Mana tau diorang tau dia di mana." (Kesha)
"Kami pun tidak tau siapa-siapa family dia sama kazen dia. Sebab dari umur dia empat belas tahun lagi, dia cuma hidup sendiri saja. Asal-usul dia pun kami tidak tau." (Binuntal)
"Tapi sya tidak mau kalau sampai dia ada apa-apa." (Arilia)
"Ko rileks ja Lia, nanti sya cuba lagi cari dia di mana-mana. Kalau bulih, sya sanggup tapuk-tapuk masuk pigi Kerajaan Rumongit untuk cari dia. Sahabat sya juga baitu. Ko taukah Riel? Banyak sumandak-sumandak duyung yang suka sama dia, tapi dia cakap sama diorang, hati dia cuma untuk ko saja." (Binuntal)
Arilia hanya tersenyum manis.
"Ariel, bisuk kita pulang arr, ko kan mau kerja." (Kesha)
"Yalah." (Arilia)
Keesokan harinya, Arilia, Kesha, Fera, Niko dan Ricky pun kembali ke darat. Kesha, Fera dan Arilia bekerja seperti biasa. Waktu di tempat kerja, Arilia asyik memikirkan Bumantug, sahabat baiknya yang telah hilang dari Kerajaan Gumirot. Tiba-tiba, Tony menyapanya.
"Hai Riel." (Tony)
"Hai." (Arilia)
"Ko ada masalahkah?" (Tony)
"Tedalah, sya ok saja, hehe." (Arilia)
"Kenapa muka ko layu saja? Ko sudah sarapan?" (Tony)
"Nanti karang sya sarapan." (Arilia)
"Kita sarapan sama-samalah. Mau? Sya bawa ko pigi satu restoran special." (Tony)
"Tapi..." (Arilia)
"Tapi apa?" (Tony)
"Kalau sumandak ko nampak macam mana? Lagi pun, lain urang nampak nanti kalau ko keluar makan sama cleaner. Ko kan anak pemilik ni syarikat." (Arilia)
"Ala, keluar makan saja pun, bukan ada apa-apa. Mau arr." (Tony)
"Ok ok." (Arilia)
Semakin hari, Tony semakin rapat dengan Arilia sehingga pada suatu hari, Melinda melihat Tony duduk berdua-duaan bersama Arilia di pantai. Melinda segera menghampiri mereka.
"Hoi cleaner! Apasal ko dekat-dekat sama bf sya ni?" (Melinda)
"Sayang rileks sayang. Biar sya kasi jelas..." (Tony)
Tony segera berdiri dan mulai menggenggam kedua-dua tangan Melinda. Melinda segera menyingkirkan tangan Tony dari tangannya.
"Oh, jadi betullah apa yang kawan-kawan sya cakap selama ni, ko memang ada scandal di belakang sya kan?" (Melinda)
"Sayang! Dia cuma kawan biasalah, kami teda hubungan apa-apa." (Tony)
"Tidak payah ko mau tutup-tutup lagi bah." (Melinda)
Melinda segera menghampiri Arilia, kemudian mulai menolak kepala Arilia dengan kasar, sehingga dahi Arilia terhantuk pada batu.
"Sayang!! Kenapa sayang buat begitu sama dia?" (Tony)
Tony segera menghampiri Arilia dan mulai membelai-belai dahinya. Melinda menudingkan jari telunjuknya kepada Arilia.
"Hoi betina gatal! Sekali lagi sya nampak ko jalan-jalan sama bf sya, siap ko arr!! Ko tu cuma cleaner saja, jadi sedarlah diri ko tu sikit!!" (Melinda)
"Sudah!" (Tony)
"Honey! Sekarang sya mau ko kasi tinggal ni perempuan saturang di sini!" (Melinda)
"Tapi..." (Tony)
"Teda tapi tapi. Cepat!! Kalau betul-betul ko sayang sama sya, ko kasi tinggal ni perempuan di sini sekarang!" (Melinda)
Tony terpaksa meninggalkan Arilia seorang diri di situ, dan Melinda pun turut pergi dari situ. Air mata Arilia mengalir sedikit demi sedikit, namun datanglah seorang lelaki yang memakai cermin mata hitam dan memakai topi rajut yang berwarna hitam.
Arilia kehairanan melihat lelaki itu menghampirinya, dan duduk di sebelahnya.
"Hai mandak talawa (gadis cantik), saturangkah?" (...)
"Tid ak nampakkah?" (Arilia)
"Dui, garangnya. Kenapa ko sedih-sedih ni? Bulih sya taukah siapa nama ko?" (...)
Arilia hanya terdiam.
"Sumbungnya! Sya tanya nama saja pun, bukan mau mengurat." (...)
"Ada aku kisah?" (Arilia)
"Kasi tau bah siapa nama ko." (...)
"Ariel! Jelas?" (Arilia)
"Apa?" (...)
"Ariel!!!" (Arilia)
"Apa? Kurang jelas oh." (...)
"Palui juga ni lelaki ni!!" (Arilia)
"Hahaha, kenapa bah ko marah-marah ni? Ko ada masalah kah?" (...)
"Jangan menyibuk ok!" (Arilia)
"Sya mau sibuk juga." (...)
"Pigi ko main guli jauh-jauh, jangan kacau urang yang sedang patah hati macam sya ni. Ko faham?" (Arilia)
"Ko patah hati sama siapa kunun ni?" (...)
"Perlukah sya kasi cerita ko?" (Arilia)
"Perlu..." (...)
"Menyampah sya melayan urang gila ni. Betul cakap si Kesha sama si Fera, banyak betul urang gila di sini darat ni." (Arilia)
"Jadi ko asal dari mana? Laut? Kayangan?" (...)
Arilia segera bangkit dari kerusi, kemudian hendak melangkah pergi meninggalkan lelaki misteri itu. Namun lelaki itu berdiri, kemudian menangkap lengan Arilia.
"Kasi tau dulu bah siapa nama ko? Lawa bah ko ni, tapi gurongit (pemarah)." (...)
"Ko perli sya kah ni? Mentang-mentang muka sya ada pilat, terus ko cakap kunun sya lawa?" (Arilia)
"Sya tidak fokus sama tu pilat ko bah mandak, sya fokus sama muka ko saja, sama bibir ko yang merah ibarat delima tu. Bulih sya sium sikitkah tu bibir? Hehehe." (...)
"Teda adab punya lelaki!" (Arilia)
Arilia menolak tubuh lelaki itu sehingga lelaki itu termundur sedikit ke belakang, kemudian segera melangkah pergi. Lelaki itu hanya ketawa terbahak-bahak. Ketika Arilia berjalan dengan pantas menyeberangi lebuhraya, dia hampir sahaja dilanggar oleh sebuah lori, namun lelaki misteri itu menolak Arilia ke tepi, kemudian mereka berdua terjatuh di tepi lebuhraya itu, dan secara tidak sengaja, lelaki itu tercium pipi Arilia. Mereka pun segera berdiri.
"Sorry sorry, nda sengaja tersium." (...)
"Cakap ja bah ko sengaja! Buduh!" (Arilia)
"Sudah kana tulung, bukan berterima kasih, marah-marah lagi pula. Muka saja cantik!" (...)
Arilia menolak pinggang sambil memandang sinis ke arah lelaki misteri itu.
"Terima kasih!!" (Arilia)
"Sama-sama. Terima kasih juga kio." (...)
"Untuk?" (Arilia)
"Sebab ko sudah kasi tau nama ko si Ariel, sama sudah kasi izin sya sium pipi ko." (...)
"Ihh, logiut (gatal)!" (Arilia)
"Haha." (...)
Lelaki itu menghulurkan tangannya kepada Arilia sebagai tanda salam perkenalan.
"Sya Victor." (...)
Arilia menggapai tangan Victor untuk menyalaminya.
"Kenapa ko pakai spek mata hitam sama pakai topi hitam?" (Arilia)
"Sebenarnya muka sya sama kepala sya ada pilat, sebab waktu umur sya dua belas tahun, sya pernah kemalangan, sampai kana tahan berbulan-bulan di wad hospital. Sya tidak mau kalau sampai urang nampak pilat-pilat sya ni." (Victor)
"Kenapa, ko malu?" (Arilia)
"Tidaklah." (Victor)
"Habis tu?" (Arilia)
"Sya tidak mau urang sangka sya monster." (Victor)
"Hahaha, alasan." (Arilia)
"Ariel! Bulih sya tau alamat rumah ko?" (Victor)
Arilia segera mengambil hpnya dari dalam begnya.
"Apa number ko?" (Arilia)
"012-*******" (Victor)
"Ok, nanti sya whatsapp ko alamat rumah sya. Tapi tu bukan rumah sya sebenar, sya cuma menumpang saja." (Arilia)
"Oh ok. Sebenarnya ko ni dari mana?" (Victor)
"Dari... Dari... Sya dari Gumirot." (Arilia)
"Gumirot? Di mana tu?" (Victor)
"Nama kampung baitu. Oklah, sya mau balik dulu, nanti sya kana cari." (Arilia)
Arilia segera pergi meninggalkan Victor seorang diri. Victor hanya memperhatikan Arilia yang sudah berada jauh meninggalkannya.
"Harap-haraplah sya ni jodoh ko Ariel." (Victor Berkata Dalam Hati)
Akhirnya tibalah Arilia di rumah Kesha dan Fera. Kesha dan Fera sedang duduk di sofa sambil tersenyum menatap Arilia.
"Kenapa kamu senyum-senyum ni? Hehe." (Arilia)
"Siapa lelaki yang sama-sama ko tadi tu?" (Kesha)
"Aik? Kamu nampak?" (Arilia)
"Kami nampak dari kereta tadi." (Fera)
"Ohya?" (Arilia)
"Siapa nama dia tu?" (Kesha)
"Victor." (Arilia)
"Apa-apalah dia cakap sama ko?" (Fera)
"Kami berbual-bual kosong ja tadi. Dia tanya alamat rumah sya, jadi sya kasi saja alamat rumah kamu ni, hehe, bulihkah?" (Arilia)
"Bulih bah, teda masalah baitu." (Kesha)
"Bila dia mau datang?" (Fera)
"Datang pigi mana?" (Arilia)
"Pigi sini." (Fera)
Arilia segera berlari ke arah bilik tidurnya, kemudian mulai bertiarap di atas katil tidurnya sambil menangis tersedu-sedu. Kesha dan Fera menghampiri Arilia, lalu mulai mendudukkannya di katil.
"Riel, jangan sedih Riel. Masih banyak lagi lelaki di sini darat." (Kesha)
"Ya Riel, mungkin si Tony bukan cinta sejati ko. Lagi pula, masih banyak masa lagi untuk ko cari cinta sejati ko di sini darat." (Fera)
Hari terus berganti. Kini, Arilia hanya memiliki tempo sehari sahaja lagi untuk mencari cinta sejatinya. Jika tepat setahun tempo itu, dan Arilia belum berjaya menemukan cinta sejatinya, maka seluruh tubuhnya akan segera bertukar menjadi debu pasir, menurut sumpahan yang terdapat pada cincin mutiara ajaib pada jari manisnya itu. Arilia hanya menahan sedihnya tatkala dilihatnya Tony sudah pun sah menjadi suami Melinda, dan kini kandungan Melinda sudah pun berusia lima bulan. Arilia sedang duduk seorang diri di atas sebongkah batu yang terdapat di pantai, sambil berkali-kali mengesat air matanya, ditemani dengan kicauan burung yang sedikit menenangkannya.
"Mulai bisuk, genap setahun sudah tempo sya mencari cinta sejati sya. Duyung-duyung lain sudah berjumpa sama cinta sejati diorang, cuma sya saturang saja belum. Apa bulih buatlah kalau memang inilah takdir sya. Jangankan cinta sejati, mama sama bapa kandung sya pun sya belum jumpa lagi." (Arilia)
Kesha dan Fera memperhatikan Arilia dari belakang sebatang pokok yang besar. Mereka merasa terpukul melihat nasib sahabat baik mereka itu dengan deraian air mata yang terus-menerus membasahi pipi mereka. Secara perlahan-lahan, mereka segera menghampiri Arilia, dan mulai memeluknya.
"Ariel! Kami minta maaf sebab kami tidak dapat buat apa-apa untuk ko." (Kesha)
"Tidak apalah Sha, ini bukan salah kamu. Malahan sya berterima kasih lagi sama kamu, sebab kamu sudah jadi bestfriend terbaik sya, sama sudah banyak menulung sya selama sya hidup di sini darat." (Arilia)
"Jangan bah cakap macam tu Riel, tambah sedih sya. Walau macam mana pun, kita masih bulih berharap lagi supaya ko terlepas dari tu sumpahan." (Fera)
"Ya Riel." (Kesha)
"Mustahil sudah Fer, Sha, sebab ni sumpahan sudah terikat dalam diri sya, mana mungkin sya bulih terlepas dari ni sumpahan lagi. Sekarang ni, sya cuma mampu menunggu bisuk saja, waktu tubuh badan sya ni bertukar jadi debu pasir." (Arilia)
"Ko kan masih ada si Victor. Sya rasa dia tu pun bulih jadi cinta sejati ko juga tu." (Kesha)
"Dia pun sudah ada cinta sejati dia sendiri." (Arilia)
"Macam mana ko tau?" (Fera)
"Dia sendiri yang kasi tau sya. Dia bilang, tidak lama lagi dia mau kahwin sudah sama gf dia tu. Selepas dia cakap macam tu sama sya, dia langsung tidak pernah berjumpa lagi sama sya, langsung tidak pernah lagi chat-chat sama sya di whatsapp, di wechat, di fb." (Arilia)
"Kasian ko Riel." (Kesha)
"Kalau lah sya tidak terburu-buru pigi di sini darat, mungkin si Bumantug lah cinta sejati sya tu, walaupun dia cuma duyung. Tapi sy juga bah yang buduh sudah kasi tinggal dia." (Arilia)
"Walau pun ko sudah kasi tinggal sya, tapi sya tetap juga tunggu ko Ariel." (Victor)
Victor menyapa mereka dari belakang, dan mulai menghampiri mereka. Dia melutut di depan Arilia, sambil menggenggam kedua-dua tangan Arilia. Mereka bertiga kehairanan.
"Victor?" (Arilia)
Victor berdiri, kemudian segera membuka cermin mata hitamnya dan topi rajut yang dipakainya. Arilia terkejut melihat Bumantug yang berdiri di depannya.
"Bumantug?" (Arilia)
Bumantug hanya tersenyum manis, dengan wajah tampannya yang memukau pandangan Arilia.
"Jadi selama ni..." (Arilia)
"Ya, nama sya sebenar memang Victor, bukan Bumantug. Sya sebenarnya bukan duyung, tapi manusia darat. Sya berubah jadi duyung selepas sya cuba bunuh diri di tengah-tengah laut, tapi hantu laut tumupus sudah kasi selamat sya, terus sya kana ubah jadi duyung." (Victor)
"Kenapa ko bunuh diri Vic?" (Kesha)
"Sebab sya bosan dengan mama sama bapa sya setiap hari gaduh. Ko maukah kahwin sama sya Riel?" (Victor)
Arilia mengangguk dengan penuh semangat, dengan senyuman yang terukir indah. Victor memeluk Arilia, kemudian mulai mencium dahinya. Tiba-tiba, cincin mutiara Arilia mulai bersinar terang, dan pilat pada wajahnya pun serta-merta hilang.
"Ko sudah terlepas dari tu sumpahan Riel." (Victor)
"Ya, sebab sya sudah berjumpa sama cinta sejati sya, hihi." (Arilia)
"Sama berjumpa sama kami, urang tua kandung ko, hehe." (Vanessa & Alfred)
"Mama? Bapa?" (Arilia)
Arilia berlari ke arah ibu dan bapa kandungnya, kemudian mulai berpelukan dengan mereka.
"Mama minta maaf sayang, sebab mama tidak rawat ko dari kecil." (Vanessa)
"Tidak apa mak, yang penting sya happy, sebab sudah berjumpa sama kamu. Inilah tujuan sebenarnya pigi di sini darat." (Arilia)
"Mama bangga sama keberanian ko yang sanggup cari kami di sini darat." (Vanessa)
"Ya mak." (Arilia)
Victor membawa Arilia ke rumah mewahnya, dan mulai memperkenalkan Arilia dengan ibu dan bapanya. Seminggu kemudian, mereka pun berkahwin.
**
Tamat...
**
Share this novel