"Yakah mi?" (Tony)
"Ya. Takkan mami mau buat-buat cerita pula." (Maria)
"Bah, kasi ceritalah mi." (Christina)
"Time tu mami punya nenek mandi-mandi di laut. Tiba-tiba dia nampak ada ekor ikan berguyang-guyang muncul di laut. Dia fikir cuma ikan biasa. Bila tu barang kasi muncul badan dia, betul-betul macam badan manusia ni, tapi ekor dia ikan. Waktu tu duyung ternampak mama punya nenek, terus cepat-cepat tu duyung masuk balik pigi dalam laut." (Maria)
"Wah, best oh kalau dapat jumpa duyung kan mi." (Christina)
"Yang bernasib baik saja dapat jumpa tu. Tu pun sekejap saja, sebab tu duyung takut sama manusia darat macam kita ni." (Maria)
"Tu duyung tu sebenarnya spesis apa arr? Spesis manusia atau ikan?" (Christina)
"Oh begitu kaitu pula?" (Christina)
"Ya." (Maria)
Maria ketawa melihat kedua-dua anaknya yang seakan-akan masih bingung tentang kewujudan manusia duyung di dunia bawah laut.
"Mami taukah asal-usul duyung ni?" (Tony)
"Daddy tau." (Aaron)
Bapa mereka segera menyampuk, yang duduk di sebelah ibu mereka.
"Daddy tau?" (Christina)
"Ya." (Aaron)
"Bah, ceritalah dad." (Tony)
"Ni cerita ni tidak tau betul kah tidak, sebab daddy punya nenek yang kasi cerita. Dulu, ada satu kampung, nama tu kampung, Kg. Panggayo. Tu kampung selalu kana ganggu sama hantu-hantu laut, sebab ada lima tanak wagu di kampung tu yang sudah pigi mencuri mutiara-mutiara hikmat diorang. Jadi sebagai ganti tu mutiara-mutiara, tu ketua hantu laut meminta supaya urang-urang kampung buang baby-baby di dalam laut. Time sudah kana buang, tu baby-baby pun jadi duyung." (Aaron)
"Macam mana pula tu baby-baby bulih jadi duyung arr? Kalau ikut akal logik, mati sudah tu baby-baby semua time tenggelam di dalam air laut." (Tony)
"Itulah yang dinamakan keajaiban Ton." (Maria)
"Mustahil oh mi." (Christina)
"Tiada yang mustahil Chris. Tiada yang mustahil bagi Tuhan, kalau memang Tuhan sudah berkehendak tu baby-baby tetap hidup, walaupun hidup sebagai duyung." (Maria)
"Amen." (Christina & Tony)
"Kalau sya terjumpa duyung yang lawa kan mi, dad, terus sya kawin sama tu duyung. Haha." (Tony)
"Mulau. Dari jauh lagi tu duyung nampak ko, sudah tu duyung lari." (Maria)
"Mana tau diorang ada kelebihan bulih bertukar jadi manusia darat macam kita." (Tony)
"Mimpi ko saja tu. Bagus-bagus sudah ada si Melinda, mau lagi angan-angan cari sumandak duyung." (Christina)
"Sya malas bah sama si Melinda tu, mata duitan betul." (Tony)
"Ko sabar sajalah bah sama perangai gf ko tu. Haha." (Christina)
"Ton!" (Aaron)
"Kenapa dad?" (Tony)
"Bisuk bapa mau buat meeting di bilik mesyuarat. Waktu ko simpan fail-fail sama dokumen-dokumen ko di office ko, ko terus saja masuk pigi bilik mesyuarat arr." (Aaron)
"Meeting pasal apa tu dad?" (Tony)
"Adalah yang daddy mau bincang tu." (Aaron)
"Ok dad." (Tony)
"Bah tidurlah kita. Bisuk awal mau masuk kerja ni." (Aaron)
Mereka sekeluarga masuk ke dalam bilik tidur masing-masing. Ketika Tony hendak membaringkan diri di katil, kekasihnya, Melinda, menelefonnya.
"Hello." (Tony)
"Hello." (Tony)
"Hello sayang, buat apa tu?" (Melinda)
"Baru mau tidur. Kenapa honey?" (Tony)
"Ntah, tiba-tiba saja sya rasa rindu sama sayang. Hihi." (Melinda)
Gaya gedik Melinda mulai terserlah ketika berbual-bual dengan Tony.
"Baru ja tadi kita jumpa, takkan rindu pula." (Tony)
"Ih sayang ni kan! Sayang taukah, satu jam saja sayang teda di sebelah sya, sya rasa macam satu hari oh." (Melinda)
"Ih mengada-ngada!" (Tony)
"Ish, sayang... Jangan cakap macam tu bah. Sya nangis ni tau." (Melinda)
"Ya sorry sorry. Hihi." (Tony)
"Sayang... Cium dulu bah." (Melinda)
"Macam mana mau cium? Ko jauh." (Tony)
"Oh iya pula kan, hihi. Sebab sya rasa-rasa kan, sayang ada di sebelah sya bah." (Melinda)
"Mmm, yalah tu." (Tony)
"Sayang... Kenapa sayang kasi blue tick saja whatsapp dari sya tadi? Langsung sayang tidak reply bah?" (Melinda)
"Sorry honey, sya tiada masa tinguk whatsapp tadi." (Tony)
"Sikit-sikit teda masa. Update post pasal duyung di fac tadi ada masa pula kunun." (Melinda)
"Oh yang pasal viral tu?" (Tony)
"Yalah. Balik-balik saja sayang post pic-pic perempuan-perempuan duyung, tapi sayang langsung tidak pernah post pic kita dua." (Melinda)
"Ok sorry sorry." (Tony)
"Malar sorry sorry. Bagus sayang kawin saja sama duyung." (Melinda)
"Memang pun!" (Tony)
"Apa? Sayang jangan main-main bah." (Melinda)
"Aik? Marah juga arr." (Tony)
"Ish, benci oh." (Melinda)
"Janganlah bah marah-marah, nanti hilang tu cantik. Haha." (Tony)
"Ok ok, sya tidak marah." (Melinda)
Tony mulai menguap, dan berusaha menahan matanya yang sudah terasa berat.
"Honey, tidurlah kita, ngantuk sudah oh." (Tony)
Sekali lagi Tony menguap.
"Tunggu, ada sya mau cakap." (Melinda)
"Apa lagi honey?" (Tony)
"Begini. Bisuk pagi-pagi kasi kawan sya jalan-jalan pigi mall, banyak sya mau beli ni." (Melinda)
"Ala, tidak dapat oh honey, sorry." (Tony)
"Kenapa pula tidak dapat?" (Melinda)
"Bisuk pagi-pagi sya ada meeting di tempat kerja." (Tony)
"Tidak bulih cancel kah?" (Melinda)
"Tidak bulihlah honey, sebab my dad yang buat tu meeting, ada hal penting yang mau dibincang." (Melinda)
"Jangan-jangan, daddy si Tony mau meeting pasal model iklan shampoo ni kali. Hihihi, harap-haraplah sya kana pilih jadi tu model." (Melinda Berkata Dalam Hati)
"Oh, tidak apalah sayang, nanti sya bawa si Eva saja." (Melinda)
"Sorry honey." (Tony)
"Tidak apa. Ok take care my sweet heart, sweet dreams tonight, muuaaah." (Melinda)
"Muaaah." (Tony)
Tony mematikan panggilannya, kemudian segera membaringkan diri ke katil. Keesokan harinya, suasana menunjukkan keadaan Kerajaan Gumirot yang indah pada waktu pagi. Kanak-kanak dari golongan manusia duyung seronok bermain suatu permainan yang mirip seperti badminton, di padang dasar laut yang lapang dan bersih. Bulu tangkisnya diperbuat dari tumbuh-tumbuhan laut yang dianyam menurut kemahiran si pengayam, dan raketnya diperbuat dari kayu bakau dengan sebaik mungkin. Terdapat juga sebilangan kanak-kanak dari golongan manusia duyung itu yang sedang asyik bermain bola sepak, di mana bola itu juga diperbuat dari bahan-bahan laut. Mereka bermain di sebuah padang yang jaraknya agak jauh sedikit dari padang tempat kanak-kanak yang bermain permainan mirip badminton itu tadi. Arilia sedang duduk di kerusi yang terbuat dari kayu bakau, yang berhadapan dengan kanak-kanak yang sedang asyik bermain, sambil menenun langsir jendela menggunakan rumpai-rumpai halus. Seorang jejaka sedang asyik memperhatikannya.
Arilia tidak menyedari, bahawa dirinya sedang diperhatikan oleh seorang jejaka yang agak kacak. Jejaka itu menghampiri Arilia, dan duduk di sebelahnya sambil menyapa mesra.
"Hai Lia..." (Bumantug)
"Hai juga Bum..." (Arilia)
"Seriusnya ko tenun langsir." (Bumantug)
"Ya, kalau tidak bida nanti ni langsir." (Arilia)
"Makin hari makin cantik oh ko, hehe." (Bumantug)
"Haha manada, biasa ja pun." (Arilia)
"Ko sudah ada tanak wagu (jejaka) kah Lia?" (Bumantug)
"Belumlah, hehe. Malas mau fikir pasal cinta-cinta sekarang ni." (Arilia)
"Tapi mesti ada yang ko minat ni kan? Hehe." (Bumantug)
"Haha belumlah." (Arilia)
"Tipu maka..." (Bumantug)
"Betullah, manada tipu, hihihi." (Arilia) "Tapi ramai bah peminat ko ni, sampai ada lagi yang betul-betul mau jadi tanak wagu ko, tapi malu-malu kucing kunun tu urang sama ko, haha." (Bumantug)
Arilia memandangi Bumantug dengan wajah yang diselimuti rasa kehairanan.
"Siapa kunun tu urang?" (Arilia)
"Adalah... Sya saja yang tau." (Bumantug)
Bumantug tersenyum sinis.
"Ih kasi tau bah." (Arilia)
"Nanti sya kasi tau ko juga." (Bumantug)
"Sya mau sekarang." (Arilia)
"Sabar bah ko." (Bumantug)
Melda, anak gadis kepada Ratu Santana, sedang asyik memperhatikan perbualan mesra Bumantug dengan Arilia.
"Apa bah yang buat banyak tanak wagu yang tertarik sama si Arilia ni, sya tinguk tidak juga cantik sangat pun. Cantik lagi sya." (Melda Berkata Dalam Hati)
Bahu kanan Melda ditepuk dari belakang oleh sahabatnya.
"Hoi!!" (Lina)
"Ko ni kan Lin, kasi terkejut sya saja oh." (Melda)
Share this novel