"Mohon ampun Ratu Santana yang mulia. Ada apa sya kana panggil." (Lumundus)
"Sya cuma mau tau, baby siapa yang ko dukung-dukung ni?" (Ratu Santana)
"Sya tidak tau ratu, sebab sya jumpa ni baby baring-baring di rumpai laut tadi. Mungkin, dia sengaja kana buang. Sya ambil keputusan mau rawat ni baby macam anak kandung sya sendiri, terus sya kasi nama dia Arilia." (Lumundus) Lumundus menjawab dengan suara yang terputus-putus, dengan perasaan takut yang terpancar pada wajahnya.
"Arilia? Cantik tu nama." (Ratu Santana)
"Ratu kasi izinkah sya rawat ni baby macam anak sya sendiri?" (Lumundus)
"Bulih. Tapi ada syarat." (Ratu Santana)
Senyuman sinis tampil pada wajah Ratu Santana. "Syarat apa ratu?" (Lumundus)
"Waktu ni baby genap berumur lapan belas tahun, dia mesti bekerja di dalam ni istana, termasuk jadi pelayan anak perempuan sya nanti, si Melda, bila si Melda sudah besar." (Ratu Santana)
"Berapa umur anak ratu sekarang?" (Lumundus) "Satu umur sama si Arilia yang ko dukung ni. Sekarang dia tidur di dalam bilik." (Ratu Santana)
"Baiklah ratu. Sya ikut saja apa yang ratu suruh." (Lumundus)
"Bagus!" (Ratu Santana)
"Sya mohon minta diri ratu." (Lumundus)
Lumundus segera pergi meninggalkan istana, kemudian kembali ke rumahnya. Hari terus berganti. Kini, Arilia sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Kecantikannya menjadi tumpuan para jejaka-jejaka di seluruh Kerajaan Gumirot. Arilia sedang memotong-motong beberapa jenis rumpai-rumpai laut dan sotong-sotong jemur di atas meja yang dibentuk dari batu marmar, dan diselaputi oleh kulit-kulit kerang dan kulit-kulit siput laut.