"Ko tau kah duyung perempuan yang ada kemampuan untuk kasi ubah manusia duyung jadi manusia darat?" (Arilia)
"Oh si Melifora?" (Binuntal)
"Si Melifora kah nama dia tu?" (Arilia)
"Ya. Dia tu bukan duyung." (Binuntal)
"Jadi apa? Hantu laut?" (Arilia)
"Bukan juga. Dia tu dari golongan manusia laut." (Binuntal)
"Manusia laut tu macam mana?" (Arilia)
"Manusia laut tu sama macam manusia darat juga, ada kaki, ada tangan, betul-betul macam manusia darat. Cuma beza dia, manusia laut ni bulih bernafas sama hidup di dalam air laut." (Binuntal)
"Oh begitukah?" (Arilia)
"Ya. Ada apa juga ko tiba-tiba tanya pasal si Melifora ni?" (Binuntal)
"Sya mau berjumpa sama dia." (Arilia)
"Untuk apa?" (Binuntal)
"Sya mau minta dia ubah sya jadi manusia darat." (Arilia)
"Buat apa ko mau jadi manusia darat?" (Binuntal)
"Sya mau cari mama kandung sya di darat." (Arilia)
"Mama kandung ko duyung kah, yang sudah jadi manusia darat?" (Binuntal)
"Ya, mama kandung sya bekas ratu di Kerajaan Gumirot." (Arilia)
"Apa? Jadi mama kandung ko kah pula si Ratu Vanessa tu?" (Binuntal)
"Ya. Tapi jangan ko kasi cerita siapa-siapa arr." (Arilia)
"Ya, sya janji. Kenapa dia kasi tinggal Kerajaan Gumirot? Bagus lagi waktu dia yang jadi ratu." (Binuntal)
"Mama kandung sya jatuh cinta sama manusia darat, tulah dia sanggup kasi tinggal takhta dia, semata-mata mau bubut cinta sejati dia saja." (Arilia)
"Jadi ko mau si Melifora ubah ko jadi manusia darat cuma semata-mata mau bubut cinta sejati ko sajakah?" (Binuntal)
"Tidaklah, manada. Sya kan sudah cakap tadi, sya mau cari mama sama bapa kandung sya di darat. Hati sya tidak tenang selagi sya belum berjumpa sama diorang." (Arilia)
"Jadi bila kita mau pigi rumah si Melifora?" (Binuntal)
"Sekaranglah." (Arilia)
"Sekarang?" (Binuntal)
"Ya. Bagus lagi awal-awal." (Arilia)
"Bah oklah. Jum..." (Binuntal)
Binuntal segera mengunci pintu rumahnya. Kemudian, mereka pun pergi ke arah rumah Melifora, si manusia laut yang memiliki kemampuan untuk mengubah seorang manusia duyung menjadi manusia darat. Ketika sedang asyik berenang menuju ke arah rumah Melifora, mereka terserempak dengan sekumpulan hantu laut dari Kerajaan Rumongit yang sangat menyeramkan. Hantu laut itu mengejar mereka, sehingga mereka bersembunyi di salah satu lubang bawah laut. Para hantu laut itu mencuba untuk mencari mereka, namun tidak berjaya. Ketika para hantu laut itu sudah pergi meninggalkan tempat itu, mereka segera keluar dari lubang bawah laut itu, kemudian meneruskan misi mereka menuju ke arah rumah Melifora. Akhirnya mereka menemui satu lagi lubang bawah laut.
"Nah, kita mesti masuk di dalam ni lubang untuk sampai di rumah si Melifora." (Binuntal)
Mereka segera masuk ke dalam lubang bawah laut itu yang agak sedikit gelap. Ketika sedang berenang menuju ke tempat paling dalam, muncullah seekor ketam besar dari salah satu lubang yang terdapat pada dinding lubang bawah laut itu. Ketam itu mulai menyepit ekor Arilia sehingga Arilia merasa kesakitan.
"Aduh!!!" (Arilia)
"Kenapa Lia?" (Binuntal)
"Ekor sya..." (Arilia)
Binuntal mengeluarkan aliran elektrik dari setiap duri-duri yang terdapat pada tubuhnya, kemudian aliran elektrik itu mulai mengenai ketam itu sehingga ketam itu melepaskan sepitannya dari ekor Arilia, kemudian masuk kembali ke dalam lubang. Mereka meneruskan misi mereka menuju ke rumah Melifora. Akhirnya, tibalah mereka di rumah Melifora. Rumah itu kelihatan sangat misterius.
"Nah, sampai sudah kita." (Binuntal)
"Inikah rumah dia Tal?" (Arilia)
"Inilah." (Binuntal)
"Cuba di ko panggil dia." (Arilia)
Binuntal mengetuk pintu rumah Melifora, kemudian Melifora pun segera membuka pintu rumahnya.
"Kamu ni siapa?" (Melifora)
"Sya Binuntal. Ini sahabat sya, Arilia." (Binuntal)
"Apa tujuan kamu pigi sini?" (Melifora)
"Si Arilia ni mau sangat berjumpa sama ko, sebab dia mau jadi manusia darat." (Binuntal)
"Oh, ni kali yang keempat sya dapat permintaan macam ni." (Melifora)
"Si Arilia ni anak Ratu Vanessa, bekas ratu di Kerajaan Gumirot." (Binuntal)
"Oh yakah?" (Melifora)
"Ya." (Arilia)
Arilia menjawab sambil tersenyum.
"Mama ko duyung pertama yang minta sya kasi ubah dia jadi manusia darat. Ko ni pula duyung yang keempat sudah." (Melifora)
"Duyung kedua sama ketiga siapa?" (Arilia)
"Duyung kedua si Kesha, duyung yang ketiga pula si Fera. Dua-dua pun sama juga macam mama ko, sama-sama mau jadi manusia darat semata-mata mau membubut cinta sejati saja. Tapi tidak taulah macam mana keadaan diorang sekarang ni, sama ada diorang masih hidup atau tidak." (Melifora)
"Kenapa?" (Arilia)
"Sebab, sya ada kasi diorang cincin mutiara ajaib, yang bulih ubah diorang jadi manusia darat, sepuluh hari selepas diorang pakai tu cincin di jari manis diorang. Tapi waktu diorang sudah bertukar jadi manusia darat, diorang mesti sudah mendapat cinta sejati diorang dalam tempo satu tahun. Kalau sudah limpas satu tahun, tapi diorang belum lagi berjaya dapat cinta sejati dari seorang lelaki, tubuh diorang berubah jadi debu pasir." (Melifora)
Arilia terpaku setelah mendengarkan kata-kata Melifora.
"Ada syarat kah pula?" (Arilia)
"Mesti! Sebab tu cincin mutiara yang sya kasi sama diorang tu ada sumpahan. Tujuan ko pula apa mau jadi manusia darat?" (Melifora)
"Sya mau cari mama sama bapa kandung sya di darat." (Arilia)
"Oh begitu?" (Melifora)
Arilia hanya mengangguk.
"Ok, marilah masuk." (Melifora)
Arilia dan Binuntal segera masuk ke dalam rumah Melifora. Melifora membawa mereka ke suatu bilik, yang terdapat banyak aksesori-aksesori yang diperbuat dari mutiara dan bahan-bahan laut.
"Wah... Cantik-cantik oh." (Arilia)
Melifora hanya ketawa. Melifora memberikan Arilia sebentuk cincin mutiara, kemudian Arilia segera mengambilnya, dan memasangnya pada jari manisnya.
"Itu cincin mutiara ajaib, bukan cincin biasa. Sepuluh hari selepas ko pakai tu cincin, ekor duyung ko terus bertukar jadi sepasang kaki manusia darat. Jadi, ko mesti awal-awal pigi di darat, sebelum ekor ko bertukar jadi kaki. Tapi ko mesti ingat, selepas ko sudah jadi manusia darat, ko mesti berusaha cari cinta sejati ko dalam tempo satu tahun." (Melifora)
"Tapi tujuan sya sebenar cuma mau cari mama sama bapa kandung sya saja, bukan untuk mencari cinta sejati sya. Sya fokus sama misi sya yang ini dulu." (Arilia)
"Ya, sya tau. Tapi sumpahan tetap sumpahan. Sumpahan tu ada di dalam cincin mutiara yang sya kasi ko tu, yang ko pakai sekarang. Waktu tu cincin sudah ada di jari manis ko, ko sudah terikat sama tu sumpahan. Sambil mencari mama sama bapa kandung ko di darat, ko mesti harus berjaya dapat cinta sejati ko. Sya tidak dapat halang tu sumpahan Lia, maaf." (Melifora)
Wajah Arilia terpancar rasa kerunsingan. Dengan terpaksa, dia harus menerima sumpahan itu, yang sudah terbelenggu di dalam dirinya, melalui cincin mutiara yang sudah dipasangnya pada jari manisnya.
"Kalau macam tu, apa bulih buatlah, sya terima saja." (Arilia)
"Kasian ko Lia. Sya harap-haraplah ko dapat berjumpa sama cinta sejati ko." (Binuntal)
"Terima kasih Tal." (Arilia)
"Marilah kita pulang Lia." (Binuntal)
"Apa-apapun terima kasih sis Melifora." (Arilia)
"Sama-sama. Good luck arr." (Melifora)
"Ok." (Arilia)
Arilia dan Binuntal segera keluar dari rumah Melifora. Arilia pun kembali memasuki Istana Gumirot. Di situ, Ratu Santana dan Melda sudah pun menunggunya sambil menolak pinggang.
"Ko pigi mana saja baini?" (Melda)
"Maaf princess, sya pigi lawat kawan sya yang sakit." (Arilia)
"Bukan ko pigi bersundal kah sama si Bumantug?" (Melda)
"Tidak. Lagi pula dia tu cuma sahabat karib sya, tidak lebih dari tu." (Arilia)
"Tidak payahlah ko tipu-tipu sya. Sya tau bah ko couple sama dia kan?" (Melda)
"Betul princess, dia tu cuma sahabat sya saja. Sya berani bersumpah." (Arilia)
"Tidak payahlah main sumpah-sumpah. Silap sikit termakan sama sumpah sendiri, nah, kotoh (padan muka)!" (Melda)
"Bah masuk! Kasi siap makan tengah hari kami." (Ratu Santana)
"Baik ratu." (Arilia)
Arilia segera masuk ke dalam istana, dan mulai menyediakan makanan tengah hari untuk Ratu Santana dan Melda. Beralih di suasana rumah Lumundus. Lumundus dan keempat-empat anak kandungnya sedang duduk di atas tikar.
"Apa mak? Si Arilia mau jadi manusia darat?" (Balerina)
"Mama sudah cuba halang dia, tapi dia tetap juga sama keputusan dia tu." (Lumundus)
"Adui mak, sya susah hati oh sama nasib dia di darat." (Adora)
"Kenapalah dia tu mau sangat cari mama sama bapa kandung dia tu? Tidak cukupkah dia ada mama angkat yang sayang sama dia selama ni?" (Fenisia)
"Itulah bah, betul tu cakap ko Fen. Mengada-ngada saja si Lia tu. Cakap saja bah kalau dia mau cari lelaki di sana darat, macam mama kandung dia tu." (Katarina)
"Sshh, kenapa ko cakap macam tu?" (Lumundus)
"Sya bukan apa bah mak, sya cuma gerigitan bah sama si Arilia tu, mau sangat jadi manusia darat." (Katarina)
"Itu sudah pilihan dia, kita tidak bulih halang. Kita berdoa saja dia selamat waktu dia di darat nanti." (Lumundus)
"Amen." (Katarina)
"Walau macam mana pun, sya tidak mau kalau sya sampai berpisah sama si Lia. Sya sayang betul sama dia tu, walaupun dia tu cuma adik angkat sya saja." (Balerina)
"Mama pun sayang betul sama dia tu. Kalau mama halang kemahuan dia, nanti dia kecewa pula sama mama." (Lumundus)
"Sya rasakan mak, si Arilia tu memang dari dulu lagi ada keinginan mau hidup di darat, sebelum dia tau pasal keberadaan mama sama bapa kandung dia di darat." (Katarina)
"Yakah? Macam mana ko tau?" (Adora)
"Sya pernah bah masuk pigi bilik dia tu. Di dalam bilik dia ada satu lemari kecil. Di dalam tu lemari, banyak koleksi barang-barang manusia darat yang dia simpan di situ." (Katarina)
"Dari mana dia dapat semua tu?" (Fenisia)
"Dia pungut-pungutlah time tu barang-barang jatuh dari kapal." (Katarina)
Arilia mengetuk pintu rumah.
"Mak, buka mak." (Arilia)
Lumundus segera membukakan pintu rumah untuk Arilia.
"Aik? Ko pulang sudah?" (Lumundus)
"Ya mak, jam 5.00 petang sudah, abis sudah masa kerja sya di istana." (Arilia)
"Apa macam? Ok jugakah kerja ko hari ni?" (Lumundus)
"Sya main tahan hati saja mak!" (Arilia)
"Kenapa gia?" (Lumundus)
"Macam biasalah." (Arilia)
"Si Melda kutuk-kutuk ko lagikah?" (Lumundus)
Arilia hanya menaikkan keningnya. Lumundus membelai-belai kepala Arilia.
"Ko sabar saja arr. Mama yakin, ko dapat jumpa juga sama mama dengan bapa kandung ko di darat nanti. Nanti kalau ko sudah berjumpa mama kandung ko si Vanessa, ko kasi sampai pesan mama ni sama dia, bilang sama dia, sekali-sekala balik-baliklah pigi Kerajaan Gumirot, supaya senang mama Lumundus mau berbincang pasal rancangan untuk kasi keluar si Santana sama anak dia dari takhta diorang bilang." (Lumundus)
"Ya mak, nanti sya kasi sampai pesan mama sama dia. Mama kasi doa sya arr, supaya sya dapat jumpa sama diorang nanti di darat." (Arilia)
"Ya, mama selalu kasi doa yang terbaik untuk ko." (Lumundus)
Lumundus memperhatikan sebentuk cincin mutiara pada jari manis Arilia.
"Dari mana tu cincin Lia?" (Lumundus)
"Dari si Melifora mak." (Arilia)
"Bila ko pigi rumah dia?" (Lumundus)
"Tadi mak." (Arilia)
"Jadi Ratu Santana sama si Melda taulah?." (Lumundus)
"Tidak. Sya tipu Ratu Santana yang kunun sya mau pigi melawat kawan sya yang sakit, nga padahal sya sama si Binuntal pigi rumah si Melifora." (Arilia)
"Berani betul ko oh. Lain kali jangan lagi ko buat begitu arr. Ratu Santana tu ada tongkat sakti kebesaran, dia bulih buat apa saja sama ko kalau dia tau ko tipu dia, apalagi kalau dia tau niat ko mau jadi manusia darat." (Lumundus)
"Ya mak, sya janji." (Arilia)
Lumundus membelai-belai kepala Arilia. "Mak, sya pigi luar dulu arr." (Arilia)
"Ya." (Lumundus)
Ketika sedang duduk di kerusi taman, Bumantug menghampiri Arilia dan mulai menyapanya.
"Hai Lia." (Bumantug)
"Hai Bum." (Arilia)
"Oklah kerja di istana?" (Bumantug)
"Ok juga." (Arilia)
"Oh, baguslah." (Bumantug)
"Bum, sya mau kasi tau ko sesuatu baini, tapi jangan ko kasi cerita siapa-siapa arr." (Arilia)
"Apa dia?" (Bumantug)
"Tapi jangan pula ko sedih." (Arilia)
Bumantug mulai merasa hairan.
"Sedih kenapa pula?" (Bumantug)
"Begini. Tujuh hari dari sekarang, sya bertukar jadi manusia darat sudah, terus hidup di darat." (Arilia)
"Apa?" (Bumantug)
Bumantug menggenggam kedua-dua tangan Arilia.
"Ko serius kah?" (Bumantug)
"Sya serius bum." (Arilia)
"Tapi kenapa?" (Bumantug)
"Sya mau cari mama sama bapa kandung sya di darat." (Arilia)
"Macam mana pula diorang bulih ada di darat?" (Bumantug)
"Mama sya si Vanessa, bekas ratu di sini. Bapa sya pula manusia darat. Mama sya berubah jadi manusia darat sebab mau kahwin sama bapa sya." (Arilia)
"Ko betul-betul kah mau pigi sana?" (Bumantug)
"Sya betul-betul Bum. Selagi sya belum berjumpa sama diorang, selagi tu hati sya belum tenang." (Arilia)
"Jadi ko tidak balik lagi pigi sini nanti?" (Bumantug)
"Balik. Di sinilah sya membesar, takkan sya mau lupa sama tempat sya membesar." (Arilia)
"Tapi macam mana cara ko mau bertukar jadi duyung balik kalau ko sudah jadi manusia darat?" (Bumantug)
Arilia menunjukkan cincin mutiara pada jari manisnya kepada Bumantug.
"Cuba ko tinguk ni cincin mutiara di jari sya ni. Ini sya dapat dari si Melifora. Tujuh hari selepas sya pakai ni cincin di jari sya, ekor duyung sya ni pun terus berubah jadi kaki manusia darat. Tulah sya mesti mau awal-awal pigi di darat, sebelum genap hari ketujuh tu. Sebab, kalau sya sudah berubah jadi manusia darat waktu sya masih ada di dalam laut, sya bulih kehilangan nyawa sya, sebab manusia darat mana bulih bernafas di dalam air. Tapi waktu sya buka balik ni cincin dari jari sya, kaki sya pun bertukar jadi ekor duyung balik." (Arilia)
"Ko tidak kasian kah sama sya kalau ko pigi di darat?" (Bumantug)
"Kenapa Bum?" (Arilia)
"Ko lah satu-satu sahabat yang paling rapat sama sya, mestilah sya sedih kalau ko sudah tiada di sini." (Bumantug)
Arilia menggenggam kedua-dua tangan Bumantug dengan penuh kemesraan.
"Sya minta maaf Bum, sya terpaksa kasi rahsia kenyataan yang sya ni mesti mencari cinta sejati sya di darat. Sya tidak mau ko kecewa, sebab sya tau, dalam diam-diam ko memang suka sama sya." (Arilia Berkata Dalam Hati)
"Sya sayang sama ko Lia, bukan sebagai sahabat, tapi sya sudah anggap ko ni sebahagian dari hidup sya. Tapi ntah kenapa sampai sekarang sya masih lagi rasa segan mau kasi luah perasaan sya sama ko. Tapi sya betul-betul tidak mau kehilangan ko Lia." (Bumantug Berkata Dalam Hati)
Hari terus berganti, dan kini Arilia sudah pun berada di kawasan darat pada waktu malam, iaitu lebih kurang setengah jam sebelum masuk hari ketujuh, di mana ekornya akan bertukar menjadi sepasang kaki manusia darat. Ibu angkatnya Lumundus, keempat-empat kakak angkatnya, Binuntal dan Bumantug, turut berada di situ. Kesedihan mulai menyelubungi mereka tatkala mereka melihat Arilia yang sudah bersedia untuk menerima perubahan fizikal pada dirinya.
"Lia, kalau ko sudah hidup sebagai manusia darat nanti, ko bagus-bagus di sana arr." (Lumundus)
"Ya mak." (Arilia)
"Tunggu!" (Melifora)
Melifora segera muncul dari permukaan air laut. Semua terpaku melihatnya.
"Sis Melifora?" (Arilia)
"Sya lupa mau kasi tau ko Lia." (Melifora)
"Kasi tau apa sis?" (Arilia)
"Waktu ekor duyung ko sudah bertukar jadi kaki manusia darat, ko jangan hairan kalau ada pilat (parut) di bahagian kiri muka ko." (Melifora)
"Pilat?" (Arilia)
"Ya. Itu bayaran untuk kaki yang ko dapat. Tapi waktu ko buka balik tu cincin dari jari ko, ko pun bertukar balik jadi duyung, terus tu pilat pun hilang dari muka ko." (Melifora)
Arilia hanya terdiam seribu bahasa. Ketika tepat jam 12.00 pagi, iaitu genapnya hari ketujuh, Arilia merasakan getaran pada seluruh tubuhnya. Selang beberapa saat, berlakulah perubahan fizikal pada tubuhnya, dari hujung kaki sehinggalah ke paras leher. Kini, Arilia telah pun menjadi seorang manusia darat sepenuhnya, dengan sepasang kaki yang indah. Sisik-sisiknya telah pun bertukar menjadi sepasang pakaian berkilat, yang menutupi tubuhnya. Namun, terdapat parut yang amat ketara pada bahagian kiri wajahnya. Arilia mulai mengukirkan senyuman riang, tatkala dilihatnya sepasang kaki yang bercantum pada tubuhnya. Mereka yang menyaksikannya hanya terdiam, sambil memandang antara satu sama lain.
"Ko jadi manusia darat sudah Lia." (Binuntal)
Senyuman riang pada wajah Arilia pun segera lenyap. Arilia memandangi ibu angkatnya.
"Mak, sya rasa sya belum bersedia lagi mau hidup sebagai manusia darat. Sya masih mau hidup satu minggu lagi di dunia bawah laut." (Arilia)
"Kalau itu pilihan ko, mama ok saja Lia." (Lumundus)
Arilia segera melepaskan kembali cincin mutiara itu dari jari manisnya. Beberapa saat kemudian, kakinya bertukar kembali menjadi ekor duyung, dan parut yang terdapat pada wajahnya pun hilang serta-merta. Mereka pun kembali ke Kerajaan Gumirot. Keesokan harinya, seperti biasa, Arilia bekerja di Istana Gumirot. Ketika semua tugasannya sudah selesai, dia pun menghadap Ratu Santana, yang sedang duduk di singgasana.
"Mohon ampun Ratu Santana yang mulia, sya mau minta izin keluar dari istana sekejap." (Arilia)
"Ko mau pigi mana lagi?" (Ratu Santana)
"Sya mau pigi rumah kawan sya, sya mau kasi balik barang dia yang sya pinjam." (Arilia)
"Bah cepat! Jangan lama-lama." (Ratu Santana)
Arilia segera keluar dari istana, kemudian menuju ke rumah Binuntal. Ketika tiba di rumah Binuntal, Arilia segera mengetuk pintu rumah Binuntal.
"Tal! Oh Tal!" (Arilia)
Binuntal pun membuka pintu rumahnya.
"Kenapa Lia?" (Binuntal)
"Mari kasi kawan sya bersiar-siar di dekat darat." (Arilia)
"Buat?" (Binuntal)
"Sya mau puas-puas dulu tinguk pemandangan darat sebelum sya tinggal di darat." (Arilia)
"Bah, marilah." (Binuntal)
Binuntal mengunci pintu rumahnya, kemudian mereka pun berenang dengan pantas menuju ke kawasan yang berhampiran darat. Ketika sedang asyik menikmati pemandangan darat, sambil merasakan sentuhan angin yang menenangkan, perhatian mereka berdua tertumpu kepada sepasang kekasih yang sedang bertengkar di pantai. Mereka mendengar dengan penuh teliti akan isi pertengkaran sepasang kekasih itu.
"Banyaklah alasan ko!" (Melinda)
"Mau berapa kali bah sya mau kasi jelas sama ko ni? Sya teda hubungan apa-apa sama si Dania tu. Dia tu cuma kawan satu sekolah sya saja." (Tony)
"Ko jangan tipu sya bah Ton. Banyak kali sudah bah sya nampak ko keluar makan sama dia. Kalau sya yang bawa ko keluar makan, macam-macam saja alasan yang ko bagi." (Melinda)
Beralih kepada Arilia dan Binuntal.
"Lia, sya pulang duluan arr, sya ada urusan." (Binuntal)
"Ok ok." (Arilia)
Binuntal segera pergi meninggalkan Arilia seorang diri, yang masih berada di situ, sambil terus memperhatikan pertengkaran antara Tony dan Melinda.
"Susah oh mau bercakap sama ko ni, tidak pandai faham-faham!!" (Tony)
Tony pun pergi meninggalkan Melinda seorang diri, dan menuju ke sebuah bot kecil.
"Ton! Tony! Sya belum habis cakap lagi sama ko! Ko mau pigi mana?" (Melinda)
Tanpa menghiraukan jeritan Melinda, Tony segera menaiki bot itu, dan mulai bersiar-siar di kawasan laut. Arilia mulai mengekori bot yang dibawa oleh Tony. Ketika berada di kawasan laut dalam, secara tiba-tiba bot itu mulai terbalik, dan Tony pun terjatuh ke dalam laut yang dalam itu. Arilia segera menghampiri Tony, dan mulai membawanya kembali ke pantai. Arilia berulangkali menekan-nekan perut Tony, sehingga Tony mulai memuntahkan air laut dari mulutnya, dan akhirnya tersedar. Tony terpaku melihat kecantikan Arilia yang sedang tersenyum mesra kepadanya. Tony pun mulai mengukir senyuman.
"Terima kasih arr, sudah kasi selamat sya." (Tony)
Arilia hanya mengangguk, dengan senyuman yang tetap menghiasi raut wajahnya.
"Nama ko siapa mandak?" (Tony)
"Arilia. Ko pula?" (Arilia)
"Sya Tony." (Tony)
Tony kehairanan melihat sisik-sisik pada tubuh Arilia, namun dia tidak melihat ekor duyung Arilia, disebabkan seluruh ekor Arilia tertutup oleh air laut.
"Lain juga pakaian ko ni mandak, ada sisik." (Tony)
"Oh, hehe, ini baju renang baini." (Arilia)
"Tapi, macam mana ko bulih kasi selamat sya tadi? Dalam baitu laut tu." (Tony)
"Sya ni pandai berenang, sama bulih tahan nafas lama-lama dalam air, tulah sya pigi tulung ko tadi tu." (Arilia)
"Oh... Lawa oh ko mandak." (Tony)
"Biasa saja pun, hehe. Ohya, apaitu tunah?" (Arilia)
Tony melihat tempat yang ditunjukkan oleh Arilia.
"Mana?" (Tony)
Ketika Tony menoleh kembali, Arilia sudah pun hilang.
"Mandak! Mana sudah ko?" (Tony)
Tony memandang di sekelilingnya, namun tiada sesiapa pun yang dilihatnya.
"Aik? Mana sudah si Arilia ni?" (Tony)
"Ton! Oh Ton!" (Melinda)
Melinda berlari ke arah Tony, yang masih terbaring di pantai.
"Ko ok kah Ton?" (Melinda)
"Sya ok saja. Macam mana ko tau sya ada di sini?" (Tony)
"Ada saturang nelayan tadi kasi tau sya, dia ternampak bot terbalik tadi. Tulah sya susah hati tu, terus cepat-cepat sya cari ko, last-last sya jumpa juga ko di sini." (Melinda)
"Syukurlah sya selamat." (Tony)
"Siapa yang kasi selamat ko tadi?" (Melinda)
"Ada tu saturang sumandak tadi tu, dia kasi tau nama dia Arilia, dialah yang kasi selamat sya tadi tu." (Tony)
"Jadi, mana sudah dia?" (Melinda)
"Sya pun tidak tau. Time sya pusing balik mau meninguk dia, teda sudah dia." (Tony)
"Syukurlah, ada juga yang baik hati mau kasi selamat ko. Sya minta maaf arr Ton, gara-gara sya, ko jadi macam ni." (Melinda)
"Tidak... Ni bukan salah ko. Sya sendiri yang kepingin mau bersiar-siar pakai tu bot, tapi... Tulah, malang tidak berbau." (Tony)
Ketika sedang berenang menuju ke Kerajaan Gumirot, Arilia senyum-senyum sendiri, sambil membayangkan wajah jejaka yang dia selamatkan tadi.
"Wah, hensem juga oh tu lelaki tadi tu. Si Tony pula nama dia. Mungkin kah kalau dia tu cinta sejati sya waktu sya di darat nanti? Adiii, masam tidak sabar pula sya mau pigi di darat oh, hehehe." (Arilia Berkata Dalam Hati)
Arilia pun tiba, dan segera memasuki Istana Gumirot.
"Ko dari mana ni?" (Ratu Santana)
"Maaf ratu, sya lambat sikit balik pigi sini, sebab sya pigi tulung..." (Arilia)
"Aduh, sikit lagi oh..." (Arilia Berkata Dalam Hati)
"Tulung apa?" (Ratu Santana)
"Tulung... Tulung... Arr... Sya tulung kawan sya waktu ekor dia kana sapit ketam." (Arilia)
"Ah, macam-macam saja alasan ko! Sekarang ko tulung kasi bersih bilik tidur sya! Cepat!" (Ratu Santana)
"Ya ratu." (Arilia)
Arilia segera beranjak pergi dari hadapan Ratu Santana. Ketika Arilia pulang ke rumahnya, Lumundus kehairanan melihat keceriaan yang tampil pada wajah anak angkatnya itu.
"Ko kenapa senyum-senyum ni Lia?" (Lumundus)
"Hehe, tedalah mak." (Arilia)
"Apa pula teda. Ni mesti ada apa-apa ni. Kasi tau bah." (Lumundus)
"Tadi sya kasi selamat satu tanak wagu mak, waktu dia terjatuh di dalam laut. Hensem betul oh tu tanak wagu. Sya harap-haraplah sya bulih berjumpa lagi sama dia nanti, hehe." (Arilia)
"Jadi ko fall in love laini sekarang ni?" (Lumundus)
"Begitu laitu mak, hehe." (Arilia)
Lumundus hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.
"Mak, sya rasa kan, malam ni betul-betul sudah sya mau jadi manusia darat, sebab sya rasa, sya tidak mau lagi kasi tangguh-tangguh cari mama sama bapa kandung sya." (Arilia)
"Padahal ko mau cari tu tanak wagu tu kan." (Lumundus)
"Dua-dua sekali, haha." (Arilia)
Pada waktu malam, Arilia sudah pun berada di darat, sambil duduk-duduk di atas pasir. Lumundus, Bumantug, keeempat-empat kakak angkat Arilia, dan juga Binuntal, turut berada di situ. Mereka berada di dalam air laut yang agak jauh sedikit jaraknya dari pantai.
"Jaga diri ko baik-baik selama di darat arr Lia." (Lumundus)
"Ya mak, nanti kalau sya sudah jumpa sama mama dengan bapa kandung sya, sya balik juga pigi Kerajaan Gumirot." (Arilia)
"Tunggu tunggu... Nanti kalau Ratu Santana tercari-cari ko, apa yang kami mau jawab?" (Adora)
"Jawab saja kunun sya kana culik sama hantu laut Rumongit, sampai sekarang belum balik-balik lagi. Biasanya si Ratu Santana tu bukan peduli tu, kalau ada rakyat dia yang kana culik sama hantu laut Rumongit, sebab dia tu cuma pentingkan diri sendiri saja, sama pentingkan kedudukan dia yang sebagai ratu tu. Dua kali lima saja macam anak perempuan dia tu si Melda, anak-beranak pun monombirang (berlagak) saja lebih." (Arilia)
"Nanti kami jawab saja begitu kalau kana tanya." (Lumundus)
"Sya mesti rindu sama ko Lia." (Bumantug)
"Sya pun sama Bum. Ko lah satu-satu sahabat baik sya." (Arilia)
"Kami pun mesti rindu betul sama ko nanti Lia." (Balerina)
"Kami balik dulu arr Lia, jaga diri ko baik-baik, mama sentiasa kasi doa ko." (Lumundus)
"Ya mak." (Arilia)
Mereka pun segera menenggelamkan diri ke dalam air laut, dan mulai berenang menuju ke Kerajaan Gumirot. Bumantug masih berada di situ.
"Lia, sya sayang sama ko Lia. Sya sentiasa tunggu kepulangan ko. Sya sayang sama ko lebih dari sebagai sahabat." (Bumantug)
"Sya pun sama Bum. Tapi jangan ko susah. Waktu sya balik pigi Kerajaan Gumirot nanti, ko lah urang pertama yang sya pigi jumpa." (Arilia)
"Jaga diri baik-baik arr Lia. I love you." (Bumantug)
. Arilia tersenyum manis kepada Bumantug. Bumantug segera menenggelamkan diri ke dalam air laut, dan mulai kembali menuju ke Kerajaan Gumirot. Kesedihan hebat mulai tampil pada wajahnya, kerana terpaksa merelakan satu-satunya gadis yang amat dicintainya, pergi meninggalkan Kerajaan Gumirot. Arilia mengambil cincin mutiara ajaib yang tergantung pada kalungnya, dan mulai memasangkannya pada jari manisnya. Beberapa saat kemudian, ekornya bertukar menjadi sepasang kaki, dengan parut yang melekat pada bahagian kiri wajahnya.
Arilia mencuba untuk melangkah menggunakan ke dua-dua kakinya, namun kedua-dua kakinya bergetar-getar, kerana baru pertama kali dia harus menggunakan kakinya untuk berjalan. Tiba-tiba, Arilia merasa sangat pening, dan lama-kelamaan, dia pun terjatuh ke pasir dan mulai pengsan. Matahari mulai menyinari alam, di pagi yang indah. Ketika tersedar dari pengsan, Arilia terkejut setelah menyedari dirinya sedang terbaring di atas sebuah kerusi kayu, yang terdapat di pantai. Dia melihat dua orang wanita "Ohya, nama sya Kesha, yang ini bestfriend sya, Fera." (Kesha)
"Kami terjumpa ko tadi di sini pantai, masa tu ko pengsan. Kenapa gia ko bulih pengsan?" (Fera)
Arilia teringat akan kata-kata Melifora mengenai dua orang duyung yang meminta Melifora untuk mengubah mereka menjadi manusia darat, selepas dia mendengar Kesha memperkenalkan diri mereka.
"Sya rasa macam pening-pening saja semalam, terus sya jatuh di tanah." (Arilia)
"Oh. Ohya, nama ko siapa?" (Fera)
"Arilia." (Arilia)
"Lawa oh nama ko." (Kesha)
"Sya bulih tanya sesuatu kah sama sis berdua ni?" (Arilia)
"Tanya apa? Tidak payahlah sis sis, panggil nama ja bah, hehe." (Kesha)
"Ok. Kamu dua ni duyung bah kan, yang sudah jadi manusia darat?" (Arilia)
Kesha dan Fera terkejut, kemudian mereka berdua saling bertatapan. Pandangan mereka tertuju kembali kepada Arilia.
"Macam mana ko tau?" (Kesha)
"Si Melifora yang kasi cerita sama sya." (Arilia)
"Sebenarnya ko ni siapa bah? Macam mana ko bulih kenal sama si Melifora?" (Kesha)
"Sya ni pun duyung juga macam kamu. Sya jadi manusia darat sebab sya bertujuan mau mencari mama sama bapa kandung sya." (Arilia)
"Oh, jadi ko ni pun duyung juga rupanya... Bertambahlah geng kami dua ni, hahaha." (Fera)
Kesha dan Fera serentak ketawa. Arilia pun turut ketawa.
"Jadi, ko pun kana kasi cincin mutiara ajaib oleh si Melifora?" (Fera)
"Ya, ni..." (Arilia)
Arilia menunjukkan cincin mutiaranya pada jari manisnya kepada mereka.
"Wah, kami pun ada bah. Nah..." (Fera)
Kesha dan Fera juga turut menunjukkan cincin mutiara pada jari manis mereka kepada Arilia.
"Sejak bila lagi kamu dua jadi manusia darat ni?" (Arilia)
"Sya tiga tahun yang lepas." (Kesha)
"Sya pula dua tahun yang lepas." (Fera)
"Kamu sudah jumpalah sama cinta sejati kamu?" (Arilia)
"Sudah, hehe. Tahun depan kami plan mau married sudah. Nama tunang sya tu si Niko." (Kesha)
"Nama tunang sya si Ricky." (Fera)
"Sya pula baru mau mencari cinta sejati sya. Kalau sya gagal selepas tempo satu tahun, abislah badan sya bertukar jadi pasir." (Arilia)
"Kami kasi doa ko supaya ko cepat-cepat berjumpa sama cinta sejati ko." (Kesha)
"Manada lelaki yang mau sama sya, tinguk saja pilat di muka sya ni." (Arilia)
"Ok baitu, kami dulu pun macam begitu juga. Kan Fer?" (Kesha)
"Ya. Selepas kami berjumpa sama cinta sejati kami, barulah ni pilat hilang dari muka kami. Jadi, ko rileks ja. Kalau sudah ada tanak wagu yang sangkut sama ko, pandai hilang juga tu pilat di muka ko tu." (Fera)
"Pasal lelaki tu ko rileks ja. Sya yakin, ada juga lelaki yang ikhlas cinta sama ko tu nanti, walaupun muka ko ada pilat. Tinguk ja macam kami ni, hehe, time muka kami masih ada pilat lagi sudah ada tanak wagu yang sangkut sama kami. Kalau sudah jodoh, memang tidak kana pandang sudah tu paras rupa." (Kesha)
"Thanks arr bagi kata-kata semangat untuk sya." (Arilia)
"Ok. Sekarang ko mau kah jadi bestfriend kami dua?" (Fera)
"Mau mau." (Arilia)
"Yahuu, kita ada bestfriend baru sudah." (Kesha)
Mereka bertiga saling berpelukan, kemudian meleraikan kembali pelukan mereka.
"Tadi ko cakap, ko mau cari mama sama bapa kandung ko. Diorang tu duyung juga kah?" (Kesha)
"Mama sya saja duyung. Dialah urang pertama yang pigi jumpa si Melifora sebelum kamu. Nama dia Vanessa, bekas ratu di Kerajaan Gumirot." (Arilia)
"Oh, jadi ko ni princess laini kan?" (Fera)
"Haha, bukanlah. Waktu sya lahir, mama sya memang sudah keluar dari takhta dia sebagai ratu." (Arilia)
"Oh begitu... Kami panggil ko si Ariel bulihkah?" (Kesha)
"Pasal apa pula?" (Arilia)
"Sebab muka ko macam si Princess Ariel dalam kartun disney tu." (Kesha)
"Yang tajuk dia The Little Mermaid tu kah?" (Arilia)
"Ya betul. Ko tau juga arr?" (Fera)
"Sya dengar urang cerita-cerita saja." (Arilia)
"Jadi ko setuju kah kami panggil ko si Ariel? Sebab bukan jauh sangat nama Arilia sama Ariel ni, tinggal buang tu 'ia' saja di hujung." (Fera)
"Ok bah tu, hehe." (Arilia)
"Sebab kisah hidup ko pun sama saja macam cerita si Ariel, bercita-cita mau berubah jadi manusia darat." (Kesha)
Kesha dan Fera memandang di sekeliling mereka, tiada seorang pun dilihat mereka, kecuali mereka bertiga.
"Mari kita buka cincin kita sekejap." (Kesha)
"Ok." (Arilia)
Mereka bertiga duduk di atas pasir. Mereka bertiga segera membuka cincin mutiara dari jari manis mereka, kemudian wujud mereka pun bertukar menjadi duyung. Ekor Kesha berwarna hijau, ekor Fera berwarna ungu, dan ekor Arilia berwarna merah.
"Lawa-lawa oh ekor kamu, hehe." (Arilia)
Kesha melihat dua orang dari jauh yang berjalan menuju ke arah mereka.
"Alamak, ada urang oh." (Kesha)
"Bah cepat-cepat, pakai balik cincin kita, nanti kedapatan." (Fera)
Mereka bertiga memasangkan kembali cincin mutiara mereka pada jari mereka, dan beberapa saat kemudian, ekor duyung mereka pun segera bertukar kembali menjadi sepasang kaki.
"Nasib baik kita sempat oh." (Arilia)
Kesha mengelus-elus dadanya.
"Ariel, ko tinggal sama kami lah arr." (Kesha)
"Di mana rumah kamu?" (Arilia)
"Ko ikut ja kami, nanti ko tau juga tu." (Fera)
"Tapi..." (Arilia)
"Tapi apa Riel?" (Kesha)
"Sya belum biasa lagi hidup di darat. Kemudahan-kemudahan yang ada di sini darat pun banyak yang sya tidak tau apa-apa kegunaan dia." (Arilia)
Kesha dan Fera ketawa.
"Hahaha, rileks ja ko. Kami dulu pun macam ko juga, kesakaian nampak dunia darat." (Kesha)
"Nanti kami ajar juga ko macam mana cara hidup di sini darat." (Fera)
Mereka pun melangkah pergi. Mereka tiba di lorong berjalan kaki, yang terdapat di tepi lebuhraya. Arilia kehairanan melihat kenderaan-kenderaan yang lalu lalang.
"Apa nama binatang yang limpas-limpas tu?" (Arilia)
Kesha dan Fera ketawa terbahak-bahak melihat gelagat Arilia yang baru pertama kali melihat kenderaan-kenderaan di darat.
"Hahaha, itu bukan binatanglah Ariel." (Kesha)
"
"Itu semua nama dia kenderaan. Ada kereta, ada lori, ada motor, ada bas, banyak lagilah, hahaha lucu bah ko ni." (Fera)
"Kalau bukan binatang, kenapa pandai berjalan?" (Ariel)
"Sebab manusia yang kasi jalan. Kegunaan tu kenderaan semua untuk menulung urang supaya sampai dengan cepat di destinasi yang diorang tuju." (Fera)
"Bayangkan kalau cuma berjalan kaki saja pigi tempat yang jauh, mesti penat kan? Terpaksa mau rehat-rehat lagi. Nah, kalau diorang guna tu kenderaan untuk berjalan, diorang tidak payah rehat-rehat lagi, sebab sekejap saja sampai." (Kesha)
Share this novel