"Maju-maju pula teknologi di darat ni kan, bukan macam di bawah laut. Selama sya hidup di dunia bawah laut, sya cuma pernah naik di belakang penyu sama di belakang dolfin saja. Sya paling suka naik di belakang dolfin, sebab laju betul dia berenang, bulih bawa main-main lagi." (Arilia)
"Hahaha, itu di laut. Di laut lain di darat lain." (Kesha)
"Dui, terlampau kesakaian bah sya ni, nanti bikin malu kamu saja." (Arilia)
"Haha, rileks ja ko. Kami tidak malu pun." (Fera)
"Nanti lama-lama ko biasa juga tu di sini darat, yang penting ko mesti selalu sama-sama kami, jangan sembarangan ikut urang yang ko tidak kenal." (Kesha)
"Kenapa?" (Arilia)
"Sebab manusia darat ni ada yang baik, ada juga yang jahat. Macam-macam saja perangai manusia darat zaman sekarang ni." (Fera)
"Oh yalah." (Arilia)
Arilia pun dibawa oleh Kesha dan Fera ke rumah mereka, dan akhirnya mereka pun tiba.
"Besarnya rumah kamu ni kan." (Arilia)
"Biasa ja, hehe." (Kesha)
Ketika Arilia mulai memasuki rumah mereka, Arilia memperhatikan sekeliling rumah itu. Kesha mulai menghidupkan tv. Arilia hairan melihat drama yang ditayangkan di tv.
"Sha!" (Arilia)
"Kenapa Riel?" (Kesha)
"Kecil juga tu urang di dalam kutak tu nah tu. Kenapa diorang kana kurung?" (Arilia)
"Haha, itu bukan kutak, itu tv." (Kesha)
"Yang di dalam tv tu bukan urang betul-betul tu, cuma gambar saja." (Fera)
"Gambar? Tapi kenapa pandai bergerak-gerak? Terus pandai bercakap lagi tu. Gambar mana pandai bercakap." (Arilia)
"Hahaha, lucu bah ko ni. Sekarang ko berehatlah dulu, nanti kami kasi jelas ko pasal tu." (Kesha)
"Mau berehat di mana?" (Arilia)
Fera mendudukkan Arilia di sofa.
"Ko berehat di sini." (Fera)
Arilia menekan-nekan sofa itu, kemudian mulai melantun-lantun di atas sofa sambil duduk, yang membuatkan Kesha dan Fera tidak henti-hentinya ketawa. Oleh kerana mengantuk dan lemas, Arilia pun mulai berbaring dan akhirnya tertidur di sofa itu.
"Haha, lucu bah bestfriend baru kita ni." (Kesha)
"Haha, kita pun begitu juga dulu kan." (Fera)
"Ya bah. Tapi tidak apa, nanti lama-lama dia biasa juga tu." (Kesha)
Kesha dan Fera sedang membersih-bersihkan rumah, sementara Arilia masih lena dalam beradunya. Kedatangan Niko dan Ricky mengejutkan mereka.
"Hello..." (Niko & Ricky)
"Hello..." (Kesha & Fera)
"Kamu buat apa ni?" (Niko)
"Macam yang kamu nampaklah." (Kesha)
"Kamu tidak kerja kah hari ni?" (Fera)
"Hari ni cuti lah, tulah kami pigi sini ni, mau bawa kamu jalan-jalan." (Ricky)
"Ala siou, hari ni kami tidak dapat pigi mana-mana oh." (Kesha)
"Ala kenapa pula?" (Niko)
"Kami ada urusan. Kan Fer?" (Kesha)
"Ya." (Fera)
"Ala sekejap ja bah, bukan lama." (Ricky)
"Siou Rick, kami tidak dapat. Nanti minggu depan sajalah kio." (Fera)
Niko dan Ricky kehairanan melihat seorang gadis yang sedang lena tertidur di sofa.
"Sha, itu siapa tu?" (Niko)
"Oh, itu si Ariel, bestfriend baru kami." (Kesha)
"Aik? Kenapa ko tidak kasi cerita sya yang kamu ada bestfriend baru?" (Niko)
"Baru ja tadi kami jumpa." (Kesha)
"Kenal pun baru tadi. Sebenarnya dia tu macam kami juga." (Fera)
"Mermaid?" (Niko)
"Ya." (Kesha)
"Patutlah ada pilat di muk a dia." (Niko)
"Ya, tulah kami harap-harap betul supaya secepatnya dia dapat berjumpa sama cinta sejati dia, supaya tu pilat bulih hilang dari muka dia, sama supaya dia terlepas dari tu sumpahan di cincin mutiara yang dia pakai tu." (Kesha)
Keesokan harinya, pada waktu pagi, Kesha dan Fera bersiap-siap pergi ke tempat kerja.
"Kamu mau pigi mana ni?" (Arilia)
"Kami mau pigi kerja sudah ni Riel, inilah yang kami mau kasi tau ko ni, supaya ko jangan keluar dari rumah, apalagi pigi mana-mana. Ko diam-diam saja di sini, sebab ko baru pertama kali kan hidup di sini darat." (Kesha)
"Ya. Jangan lupa kunci ni rumah arr. Kalau ada siapa-siapa ketuk pintu, jangan jawab atau buka. Kalau ko dengar suara kami memanggil ko, baru ko pigi buka pintu kio. Ni untuk keselamatan ko juga ni." (Fera)
Kesha dan Fera pun segera memasuki kereta, kemudian mulai berangkat. Arilia memperhatikan mereka dari jendela.
"Oh, begitu pula kegunaan tu benda yang sya nampak limpas-limpas tadi tu." (Arilia Berkata Dalam Hati)
Oleh kerana tidak tahu hendak berbuat apa-apa di dalam rumah itu, Arilia berbaring-baring di sofa, kemudian mulai tertidur. Ketika Kesha dan Fera pulang ke rumah, mereka membawa banyak pakaian untuk Arilia, yang mereka beli selepas bekerja. Mereka mengajarkan Arilia bagaimana cara untuk berpakaian dan bernampilan layaknya manusia di darat. Oleh kerana Arilia memiliki ingatan yang kuat dan minda yang tajam, Arilia mudah mengingati dan menghafal apa pun yang diajarkan oleh Kesha dan Fera kepadanya, mengenai setiap perkara yang terdapat di dunia darat. Beberapa hari kemudian, Ratu Santana merasa hairan akan ketiadaan Arilia di istana. Ratu Santana sedang menduduki singgasana, dan memanggil pengawal istana.
"Pengawal!" (Ratu Santana)
Pengawal istana segera datang menghadap Ratu Santana.
"Ada apa ratu?" (Pengawal Istana)
"Cuba dulu ko pigi tinguk si Arilia di rumah dia. Sya hairan oh, tiga hari sudah dia tidak datang pigi sini. Dia sakit kah apa ni?" (Ratu Santana)
"Baik ratu." (Pengawal Istana)
Pengawal istana pun segera pergi dan menuju ke rumah Lumundus. Lumundus sedang berbual-bual dengan keempat-empat anak perempuannya. Ketukan pintu mengejutkan mereka.
"Sekejap kamu arr, mama mau pigi tinguk dulu siapa yang ketuk tu." (Lumundus)
Lumundus menuju ke arah pintu, dan mulai membuka pintu. Ketika dia melihat pengawal istana berada di depan pintu, dia pun memasang wajah yang berpura-pura sedih, kerana dia tahu bahawa pengawal itu diperintahkan oleh Ratu Santana untuk memanggil Arilia.
"Apa apa tuan?" (Lumundus)
"Maaf ganggu. Mana si Arilia? Tiga hari sudah dia tidak masuk istana. Ratu tercari-cari sudah sama dia." (Pengawal Istana)
Lumundus mulai berpura-pura menangis.
"Dia kana culik sama hantu laut Rumongit, sampai sekarang belum balik-balik lagi. Ni lah yang bikin kami sedih sampai sekarang ni." (Lumundus)
"Kalau macam tu, puan Lumundus pigilah berjumpa sama ratu di istana, kasi tau dia yang si Arilia sudah kana culik." (Pengawal Istana)
"Baik tuan, sekejap lagi sya datang." (Lumundus)
Pengawal istana segera beranjak pergi dan mulai kembali ke istana, kemudian pergi menghadap Ratu Santana.
"Mana si Arilia?" (Ratu Santana)
"Mohon ampun Ratu Santana yang mulia, si Lumundus cakap, si Arilia sudah kana culik sama hantu laut Rumongit. Sampai sekarang belum balik-balik lagi." (Pengawal Istana)
"Apa? Kana culik?" (Ratu Santana)
"Kana culik?" (Melda)
"Ya ratu." (Pengawal Istana)
"Panggil si Lumundus menghadap sya." (Ratu Santana)
"Sekejap lagi dia datang tu Ratu." (Pengawal Istana)
Selang beberapa saat, Lumundus pun datang, dan mulai menghadap Ratu Santana, sambil terus berpura-pura memasang wajah yang sedih.
"Mohon ampun Ratu Santana yang mulia." (Lumundus)
"Betul kah si Arilia kana culik sama hantu laut Rumongit?" (Ratu Santana)
"Betul ratu, sampai sekarang belum balik-balik lagi." (Lumundus)
"Macam sya tidak percaya oh. Ni mesti ko kasi tapuk si Arilia ni kan, supaya dia tidak bekerja lagi di sini istana." (Ratu Santana)
"Betul ratu, si Arilia sudah kana culik." (Lumundus)
"Awas arr kalau sampai ko tipu sya, ko taulah apa akibat dia. Pengawal!" (Ratu Santana)
Pengawal istana segera datang menghadap Ratu Santana.
"Mari kita pigi rumah si Lumundus, kita periksa seluruh isi rumah dia." (Ratu Santana)
"Baik ratu." (Pengawal Istana)
Ratu Santana dan dua orang pengawal Istana Gumirot segera pergi ke rumah Lumundus. Lumundus hanya mengikuti mereka dari belakang, sambil memasang wajah yang ketakutan. Ketika mereka masuk ke dalam rumah Lumundus, keempat-empat anak perempuan Lumundus merasa ketakutan sambil tertunduk.
"Pengawal! Periksa seluruh isi ni rumah." (Ratu Santana)
"Baik ratu." (Pengawal Istana)
Pengawal mulai memeriksa seluruh isi rumah Lumundus. Akhirnya, tibalah giliran bilik tidur Arilia untuk diperiksa. Pengawal menemukan sebuah almari yang berisi barang-barang manusia darat.
"Ratu, cuba sini dulu." (Pengawal Istana)
"Siapa punya lemari ni?" (Ratu Santana)
Lumundus seraya menghampiri mereka.
"Itu lemari si Arilia ratu." (Lumundus)
"Kenapa dia simpan koleksi barang-barang manusia darat di lemari dia ni? Ko tau kah? Di dalam ni kerajaan, sama sekali tidak bulih ada apa-apa yang berkaitan dengan dunia darat." (Ratu Santana)
"Maaf ratu, semua ni dia pungut-pungut waktu ni barang-barang jatuh dari kapal. Dia nampak unik, tulah dia simpan tu." (Lumundus)
"Sya yakin, mesti dari dulu lagi dia memang ada niat mau pigi darat ni, atau jadi manusia darat. Sya mesti mau pigi berjumpa sama si Melifora. Dia saja yang ada kemampuan meninguk keberadaan duyung-duyung yang hilang dari ni kerajaan. Pengawal!" (Ratu Santana)
"Ya ratu!" (Dua Orang Pengawal Istana)
"Kita pigi rumah si Melifora sekarang!" (Ratu Santana)
"Baik ratu." (Dua Orang Pengawal Istana)
Wajah cemas Lumundus dan keempat-empat anak perempuannya mulai terpancar. Ratu Santana dan dua orang pengawal istana segera pergi ke arah rumah Melifora. Ketika tiba di rumah Melifora, Ratu Santana mengetuk pintu rumah Melifora dengan keras. Seketika kemudian, Melifora pun membukakan pintu rumahnya kemudian keluar.
"Apa masalah ko ni? Kalau mau ketuk tu pun pelan-pelan lah bah!" (Melifora)
"Haha, rileks bah ko. Sya cuma mau minta tulung sama ko satu hal saja." (Ratu Santana)
"Minta tulung apa?" (Melifora)
"Sya mau minta tulung ko tinguk, di mana keberadaan si Arilia sekarang." (Ratu Santana)
"Sorry, sya teda masa. Buang masa ja sya mau berurusan manusia macam ko ni. Pigi main jauh-jauh!" (Melifora)
"Ko bagus-bagus sikit kalau bercakap sama sya arr! Ko tidak tau kah sya ni siapa?" (Ratu Santana)
"Sya tau bah siapa ko ni. Ko sebenarnya cuma penyamar saja." (Melifora)
"Maksud ko apa?" (Ratu Santana)
"Hahaha, tidak payahlah ko pura-pura buduh sana. Ko sebenarnya bukan warga di Kerajaan Gumirot, bukan juga warga di Kerajaan Tumupus. Tapi ko ni sebenarnya golongan manusia laut dari Kerajaan Rumongit, yang bersekutu sama hantu-hantu laut Rumongit untuk kasi musnah Kerajaan Tumupus, sekaligus mau kasi musnah Kerajaan Gumirot. Tapi sayang, niat ko tidak kesampaian, sebab sekejap lagi sya mau pigi jumpa sama Ratu Dalena di Istana Tumupus, supaya secepatnya ko kana singkir dari Kerajaan Gumirot beserta anak ko tu si Melda! Hahaha." (Melifora)
"Haha, jadi ko sudah tau kah pula siapa sya sebenarnya?" (Ratu Santana)
"Memang dari dulu lagi bah sya tau. Semenjak Ratu Vanessa keluar dari takhta dia, terus hidup di darat, cepat-cepat terus ko rebut tu takhta dia. Ko memerintah tu Kerajaan Gumirot cuma semata-mata mau kasi musnah tu kerajaan saja." (Melifora)
"Apa? Jadi si Vanessa sekarang masih hidup? Terus dia hidup di darat?" (Ratu Santana)
"Ya. Bukan dia saja yang sudah jadi manusia darat, tapi anak kandung dia, si Arilia, hahaha." (Melifora)
"Apa? Jadi si Arilia tu anak si Vanessa? Terus sekarang ni, si Arilia sudah jadi manusia darat?" (Ratu Santana)
"Ya. Sya yang kasi diorang cincin mutiara ajaib, supaya waktu diorang pakai tu cincin di jari diorang, ekor duyung diorang terus bertukar jadi kaki. Si Arilia mau jadi manusia darat sebab mau mencari keberadaan mama sama bapa kandung dia di darat." (Melifora)
"Ko betul-betul kurang ajar oh Mel. Sanggup ko kasi biar tu duyung-duyung semua jadi manusia darat." (Ratu Santana)
"Jadi apa masalah? Ko mau buat apa sama sya? Ko pikir sya takut kah sama ko? Haha." (Melifora)
"Hahaha, oleh sebab ko sudah tau rahsia sya, sama ko sudah berani kasi biar tu duyung-duyung semua jadi manusia darat, ko mesti terima akibat dia." (Ratu Santana)
Ratu Santana menghulurkan tongkat sakti kebesarannya kepada Melifora, kemudian wujud Melifora pun bertukar menjadi seekor anak penyu.
"Oi, kenapa ko buat sya macam begini? Cepat! Ubah balik sya jadi manusia laut." (Melifora)
"Hahahahahaha, itu hukuman untuk manusia laut yang hina macam ko, terlampau cakap besar sama sya kan, hahaha." (Ratu Santana)
"Tulung bah San, kasi ubah sya balik jadi manusia laut, sya tidak mau jadi penyu." (Melifora)
"Ko rasalah, haha. Sekarang masa untuk bagi hukuman sama si Lumundus. Pengawal!" (Ratu Santana)
"Ya ratu?" (Dua Orang Pengawal Istana)
"Kamu suruh si Lumundus menghadap sya di istana!" (Ratu Santana)
"Baik ratu." (Dua Orang Pengawal Istana)
Ratu Santana mengangkat tubuh Melifora, kemudian melemparkannya ke dinding batu dengan keras.
"Aduuhhh!!! Teda guna punya ratu jahat!!" (Melifora)
Ratu Santana kembali ke istana, dan mulai menduduki singgasana. Beberapa minit kemudian, datanglah Lumundus menghadapnya.
"Mohon ampun Ratu Santana yang mulia." (Lumundus)
Ketakutan mulai menyelubungi Lumundus.
"Berani-beraninya ko tipu sya arr Lumundus, ko cakap si Arilia kana culik, padahal dia pigi di darat. Duyung macam ko ni mesti kana bagi hukuman!" (Ratu Santana)
Ratu Santana menghulurkan tongkat sakti kebesarannya kepada Lumundus, kemudian muncullah akar-akar dari bawah laut, dan mulai membelit tubuh Lumundus. Sekali lagi Ratu Santana menghulurkan tongkat saktinya, dan mata Lumundus pun menjadi buta.
"Ampun ratu, ampun! Tulung jangan buat sya begini." (Lumundus)
Lumundus bermohon agar Ratu Santana membebaskan belenggu akar-akar itu dari tubuhnya, namun Ratu Santana tidak henti-hentinya ketawa.
"Hahaha, ko rasa lah, siapa suruh ko berani-berani menipu sya." (Ratu Santana)
Keempat-empat anak perempuan Lumundus segera memasuki istana, dan mulai menangis melihat ibu mereka yang diperlakukan sedemikian rupa.
"Ratu Santana, tulung kasi lepas mama kami. Ni bukan salah dia." (Adora)
"Haha, jelas-jelas mama kamu ni sudah menipu sya, jadi dia mesti terima akibat!" (Ratu Santana)
"Ni bukan salah dia ratu, tapi salah si Arilia. Dia yang keras kepala mau sangat jadi manusia darat, jadi mama kami ni tidak dapat buat apa-apa. Tulung kasi lepas dia ratu." (Katarina)
"Kalau ratu mau menghukum, hukum saja si Arilia." (Fenisia)
Ratu Santana menghulurkan tongkat sakti kebesarannya kepada Lumundus, kemudian akar-akar itu pun segera terlepas dari membelit tubuh Lumundus, lalu masuk kembali ke bawah laut melalui lantai istana, namun, Lumundus masih lagi dalam keadaan buta, dengan kedua-dua matanya yang membengkak.
"Ok, sekarang sya masih berbaik hati lagi sama ko Lumundus. Sya bagi ko masa dua bulan untuk bawa balik si Arilia pigi dalam ni Kerajaan, apa pun cara dia. Kalau selepas tempo tiga bulan tu si Arilia masih belum ada lagi di sini darat, jangan harap ko bulih tinguk lagi ikan-ikan berenang di dalam laut! Sekarang bawa mama kamu ni pulang! Ingat tu arr Lumundus!" (Ratu Santana)
"Mak, marilah pulang mak." (Adora)
Mereka berempat memimpin ibu mereka kembali ke rumah.
"Mak, jadi si Arilia di darat kah pula sekarang ni?" (Melda)
"Ya Mel, dia mau cari mama sama bapa kandung dia. Dia tu sebenarnya anak si Vanessa, bekas ratu di sini." (Ratu Santana)
"Jadi kenapa mama mau dia balik pigi sini? Bagus lagi dia di sana." (Melda)
"Kenapa pula?" (Ratu Santana)
"Kalau dia ada di sini, nanti silap sikit dia rebut balik takhta kita ni mak!" (Melda)
"Itu mustahil Mel, si Arilia bukan dapat buat apa-apa juga tu. Paling-paling cuma dapat jadi babu saja di sini istana." (Ratu Santana)
"Siapa yang tulung dia jadi manusia darat?" (Melda)
"Si Melifora lah, siapa lagi." (Ratu Santana)
"Nah, kalau si Arilia dapat minta tulung sama si Melifora untuk jadi manusia darat, tidak mustahil kalau dia dapat minta tulung sama si Melifora untuk kasi turun kita dari takhta kita sekarang ni mak." (Melda)
"Ko rileks ja, tadi mama sudah kasi tukar si Melifora jadi anak penyu, pakai tongkat sakti mama ni. Sekarang ni dia tidak dapat buat apa-apa sudah, cuma dapat merayau-rayau saja di dalam rumah dia, hahaha. Inilah yang mama mau supaya si Arilia balik pigi sini, supaya mama dapat kasi mati dia. Kalau dia hidup, nanti silap sikit dia bawa mama dia balik pigi sini, terus diorang pigi bersubahat sama tu hantu-hantu laut Tumupus untuk kasi hancur kita." (Ratu Santana)
"Bagus juga begitu." (Melda)
Beralih di suasana rumah Lumundus. Lumundus sedang berbaring di atas katil tidurnya, sementara keempat-empat anak perempuannya berada di sampingnya.
"Itulah bah mama, kalau mama tegas sikit sama si Arilia masa tu, tidak juga dia jadi pigi darat tu. Sekarang mama yang jadi mangsa." (Katarina)
"Si Arilia mesti tanggungjawab mama jadi begini! Dia siok-siok di darat, sementara mama angkat dia menanggung kesengsaraan di dunia bawah laut ni." (Adora)
"Kalau si Arilia ada di depan sya sekarang ni, sya tampar-tampar tu muka dia! Alasan dia saja baitu mau mencari mama sama bapa kandung dia kunun, padahal terlampau kesundalan sudah mau cari lelaki darat." (Fenisia)
"Kalau setakat lelaki darat masih ok lagi. Cuba kalau dia dapat lelaki buaya darat, macam mana?" (Adora)
"Pedulilah dia mampus di sana! Jangan lagi bawa balik mayat dia pigi sini. Bikin kasi kutur ni kerajaan saja mau kubur mayat busuk dia tu di sini." (Katarina)
"Kamu tiga urang ni bulih diam-diam kah? Kamu tidak nampakkah macam mana keadaan mama sekarang ni? Kamu bising-bising begini cuma kasi tambah sakit mama saja." (Balerina)
"Ko diam sana Bal! Ko tu dua kali lima saja sama adik angkat ko yang yang teda guna tu! Kenapa ko tidak ikut dia sekali pigi darat?" (Adora)
"Jaga sikit mulut ko tu arr, sya cucuk mulut ko pakai tu tulang paus nanti!" (Balerina)
"Sudah sudah! Kamu ni malar bergaduh. Biarlah bah kalau si Lia mau cari mama sama bapa kandung dia, yang kamu sibuk ni kenapa?" (Lumundus)
"Memanglah sibuk mak, sebab ni sudah melibatkan nyawa mama sudah ni. Mama lupakah sama apa yang Ratu Santana cakap tadi tu? Dua bulan mak! Dua bulan dia kasi mama tempo untuk bawa balik si Lia pigi di sini." (Fenisia)
Lumundus hanya terdiam, kemudian mulai tertidur. Beralih di suasana rumah Kesha dan Fera.
"Fer, Sha, di tempat kamu kerja, ada kerja kosong lagikah?" (Arilia)
"Ada, bos kami tengah cari saturang lagi cleaner. Kenapa Riel?" (Kesha)
"Sya mau kerja di sana bulihkah? Sya bosan bah diam-diam saja di rumah." (Arilia)
"Tapi ko sedia sudah jadi cleaner?" (Fera)
"Ya, sya sedia." (Arilia)
Share this novel