"Sya mau cari mama sama bapa kandung sya. Sya tidak peduli apa pun halangan yang sya dapat!" (Arilia)
"Lebih baik jangan Lia. Mama ni pun kira macam mama kandung ko juga, sebab sudah rawat ko dari kecil. Takkan ko sampai hati mau kasi tinggal mama?" (Lumundus)
"Sya teda cakap yang sya ni mau kasi tinggal mama, sya cuma berniat mau cari urang tua kandung sya saja di darat." (Arilia)
"Tapi macam mana ko mau pigi darat Lia? Ko teda kaki." (Lumundus)
"Kalau mama kandung sya bulih jadi manusia darat, kenapa sya tidak?" (Arilia)
"Janganlah Lia, bahaya tu di darat. Sekarang ni pun belum pasti lagi sama ada urang tua ko masih hidup atau tidak. Mama bukan mau menyumpah dioranglah, tapi mama yakin, manusia darat tidak berdiam diri kalau diorang tau ada duyung yang jadi manusia darat." (Lumundus) "Sya yakin diorang masih hidup mak, sebab hati kecil sya bercakap, yang sekarang ni diorang sedang fikir pasal sya." (Arilia)
"Baguslah kalau betul-betul begitu Lia. Mama pun berharap supaya mama sama bapa kandung ko sentiasa dalam perlindungan Tuhan." (Lumundus)
"Amen mak. Jadi macam mana mak? Mama kasi izinkah sya jadi manusia darat?" (Arilia)
"Bukan mama tidak kasi izin Lia, tapi mama susah hati sama keselamatan ko di darat nanti. Kalau ko ada apa-apa di sana, nanti teda yang mau tinguk-tinguk ko." (Lumundus)
"Mama tidak payah susah hati, sya pandai juga jaga diri sya sendiri. Tidak peduli kita ni golongan manusia duyung kah, golongan manusia darat kah, yang penting, kita mesti berusaha untuk berdikari sendiri." (Arilia)
"Mana sajalah Lia, bukan mama tidak kasi nasihat ko arr. Kalau itu pilihan ko, mama tidak bulih melarang. Mama cuma bulih berdoa yang terbaik saja untuk ko." (Lumundus)
Arilia ketawa seraya menggenggam kedua-dua tangan ibu angkatnya.
"Mama dengar sini. Kita ni pun berasal dari keturunan manusia darat kan? Jadi teda masalahlah kalau kita ni berubah jadi manusia darat. Lainlah kalau ikan paus berubah jadi manusia, hahaha." (Arilia)
Lumundus hanya ketawa, tanpa memberikan apa-apa jawapan. Keesokan harinya, Arilia mulai membersihkan halaman Istana Gumirot. Melda berbicara kepada Arilia dari dalam istana, dengan suara yang keras.
"Lia!!!" (Melda)
"Ada apa Princess Melda?" (Arilia)
"Jangan lupa tugas ko karang arr, BERUS EKOR DUYUNG sya sampai bersih, lepas tu sapu pakai minyak yang ko guna kemarin tu." (Melda)
"Ya princess, sya kasi siap dulu kerja sya ni." (Arilia)
"Cepat sikit!!" (Melda)
Setelah Arilia selesai dengan tugas-tugasannya membersihkan halaman istana, memberus ekor Melda dan menyapu ekor Melda menggunakan minyak yang dikhususkan untuk mengkilatkan ekor duyung, Arilia pun segera menghadap Ratu Santana.
"Mohon ampun Ratu Santana yang mulia, sya mau minta izin keluar sekejap dari istana." (Arilia)
"Ko mau pigi mana?" (Ratu Santana)
"Sya mau pigi melawat kawan sya yang sakit." (Arilia)
"Ok, tapi jangan lama-lama arr. Masih banyak lagi pekerjaan yang mesti ko kasi siap di dalam ni istana." (Ratu Santana)
Senyuman riang mulai mengukir wajah ayu Arilia, setelah dia mendapat keizinan dari Ratu Santana untuk keluar sebentar dari istana.
"Terima kasih Ratu Santana yang mulia." (Arilia)
Arilia segera pergi meninggalkan istana, kemudian menuju ke arah rumah Binuntal sahabatnya, iaitu si ikan buntal yang tubuhnya berukuran besar. Arilia mengetuk-ngetuk pintu rumah Binuntal sambil memanggilnya.
"Binuntal!! Oh Binuntal!!" (Arilia)
Binuntal segera membuka pintu rumahnya.
"Hey Lia, apa khabar ko?" (Binuntal)
"Sya bagus-bagus saja. Sya mau tanya sesuatu baini sama ko, tapi itu pun kalau ko taulah." (Arilia)
Apa yg ko mau tanya gia''tanya si binuntal
Share this novel