Dea melihat kedepan kearah lakilaki yang wajahnya tak terlihat karena ditutupi handuk. Lakilaki itu memakai kaos oblong putih, celana pendek yang dengan jelas memperlihatkan bulukakinya yang hanya memakai sandal jepit.
Dea melihat secara seksama
"Apa ini orangnya". Tanya Dea pada sopir yang langsung menganggukan kepalanya.
Sendal jepit, kaos oblong, celana pendek, handuk putih apa dia tukang beca? dalam hati Dea bergumam namun segera ditepisnya ketika Dea kembali mengingat Ralia.
"Sudah lebih dari satu jam saya disini non... lihat" sopir taxi menunjuk argo hingga terlihat jelas nominalnya.
"Kenapa tidak dibangunkan"
"Sudah non tapi katanya sebentar lagi"
Tanpa mempedulikan penunmpang yang terlebih dahulu, Dea meminta agar sopir taxi mengantarnya yang sedang buruburu tapi sopir taxi itu menolak dengan alasan penumpang yang satunya belum turun.
"Ayo dong pak, penumpang ini tidak akan tau kalo mengantar saya. Lihat tidurnya saja seperti itu" ucap Dea membujuk sopirtaxi yang pada akhirnya mengantar Dea kesekolah Ralia.
"Kebo banget ni orang bisa tidur nyenyak ditaxi"
Ucap Dea dalam hati seiring terdengar kembali suara dengkuran lakilaki itu.
Taklama Deapun sampai juga disekolah Ralia. Dengan cepat Dea berlari setelah sebelumnya meminta agar sopir taxi menunggunya kembali.
"NONA... " teriak Ralia berlari merentangkan kedua tangannya memeluk Dea yang juga memeluknya.
"Maaf ya sayang, pasti Ralia sudah nunggu lama sekali" ucap Dea membuat Ralia kembali memeluknya.
Dea dan Raliapun pergi setelah sebelumnya meminta maaf dan berpamitan kepada Ms. Shopia karena sudah menjaga Ralia.
Tanpa berlamalama Dea bersama Ralia masuk kembali kedalam taxi yang sudah menunggunya.
Dan wwhusshh... Taxi itu berjalan membelah jalanan.
"Nona itu siapa? apa dia orang jahat? " tanya Ralia pada dea kala melihat lakilaki yang masih tertidur pulas dengan wajah yang ditutupi handuk.
Dea tidak menjawab dia hanya ber isyarat dengan tangan meminta Ralia agar tida berisik..
Saat itu Dea melihat ada yang aneh pada Ralia anak kecil imut itu lebih banyak diam menekuk wajahnya seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Ralia mau cerita sama nona kan? Nona janji ini rahasia" ucap Dea tersenyum menatap Ralia
"Apa Ralia punya Ayah? " tanya Ralia seketika menghentakan hati Dea 'akhirnya pertanyaan itu datang juga'
"Tentu saja punya. Kenapa Ralia tanya seperi itu sayang? " tanya Dea berusaha tenang meski sebenarnya dia bingung harus menjawab apa.
"Semua teman Ralia dijemput ayahnya, kenapa Ralia tidak dijemput sama ayah? "
"Raliakan punya ibu, Ralia punya nenek, Ralia punya Kakek dan Ralia juga punya nona kita semua sayaaangg sekali sama Ralia" jawab Dea memeluk Ralia dengan mata berkacakaca. Akhirnya pertanyaan yangditakutinya sekianlama terucap juga dari mulut kecil Ralia.
"Hey nona, kenapa kamu ada didalam taxiku? Kamu mau bawa aku kemana? Kamu mau menculik ku? " ucap lakilaki itu bertingkah konyol membuat sopir taxi tersenyum melihatnya.
"Tapi kamu terlihat cantik untuk seusia ibuibu, kamu pasti melakukannya ketika smp yakan? " tambah lakilaki itu tersenyum melihat Dea yang juga melihatnya terkejut
"Apa kamu mendengar apa yang kita bicarakan? "
"Bukan hanya aku, pak supir juga yakan pak? " jawab lakilaki itu santai sembari tersenyum melihat Ralia yang juga melihatnya
"Pak berhenti"
Pinta Dea membuat sopir taxi menepi.
Dea bergegas turun membawa Ralia untuk berpindah taxi.
"Jangan lupa... Namaku ANDIKA" teriak lakilaki itu tersenyum ketika Dea meliriknya tajam.
**
Jam menunjukan pukul dua siang ketika Dea membantu Ralia mengganti pakaian sembari sesekali mengingat apa yang ditanyakan Ralia padanya dan untuk sekilas Dea kembali mengingat wajah lakilaki yang menurutnya sudah menyelamatkannya dari pertanyaan pertanyaan Ralia selanjutnya.
"Oke sekarang kita makan siang, maaf kita gak jadi pergi hari ini. Bibi janji besok kita akan pergi kemanapun Ralia mau" ucap Dea berusaha membuat Ralia tersenyum.
Ketika makan siang Dea masih bisa melihat raut wajah Ralia yang berbeda dari biasanya.
"Ralia tidak makan? " tanya Dea melihat Ralia yang hanya mengaduk2makanannya saja.
"Ralia mau disuapin nona" tanya Dea seraya mengambil alih makanan Ralia dan langsung menyuapinya.
"Apa nona akan memberi apapun yang Ralia minta sebagai hadiah ulang tahun Ralia? "
"Tentu saja, apapun akan Nona kasih buat Ralia"
"Janji"
"Janji"
Ralia mendekatkan bibirnya dikuping Dea, wntah apa yang Ralia bisikan pada Dea yang jelas Dea terlihat syok karenanya.
"Sayang, ponsel nona bunyi. Makan disuapi nenek dulu ya" ucap Dea cepat memanggil bisarah untuk segera menguapi Ralia. Sementara dia pergi, pergi menghindar dari Ralia.
________________________________________
Jam menunjukan pukul delapan malam ketika Dea keluar dari kamar Ralia dengan raut wajah sedih hingga tidak menghiraukan bisarah yang berpapasan dengannya ditangga. Bisarah yang melihat itu heran namun tak berani bertanya membuat bisarah kembali berjalan membawa pakaian yang sudah rapi disetrikanya.
Dea menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur. Seketika diingatnya kembali wajah polos Ralia yang membuat matanya berkacakaca.
Dea benarbenar tidak tau harus berkata apa ketika Ralia bertanya tentang ayahnya. Karena diapun tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi diantara Aya dan Kevin. Yang dia tau adalah ketika malam hujan deras Aya pulang bersama paman dan bisarah tanpa Kevin yang hingga sekarang tidak pernah datang.
***
Pagi itu seperti biasa Dea duduk lebih dulu dimeja makan sembari terus melihat berita tentang Kevin didalam ponselnya.
Ketika Dea tengah membaca berita tentang Kevin dan kesuksesannya tiba tiba Ralia dan Aya sudah duduk didekatnya membuat Dea terkejut dengan cepat Dea langsung mematikan ponselnya takut Aya melihatnya.
Pagi itu Aya meminta Dea untuk mengantar Ralia sekolah. Pagi itu paman sudah pergi lebih dulu karena pekerjaan dikebun sementara Aya merasa badannya tidak vit.
Dengan senang hati Dea menuruti apa yang diminta Aya.
Setelah menghabiskan sarapannya Deapun menuntun Ralia untuk berangkat kesekolah bersamanya.
"Ok.... Apa tuan putri sudah siap?" Tanya Dea membuat Ralia tersenyum menjawabnya
Pagi itu Dea mengantar Ralia dengan mobil mewah berwarna kuning milik Kevin yang sudah lama terparkir.
I cold've been a princess, you'd be a king
Cold've had a castle and worn a ring
But no, you let me go
You stole my star
You stole my star
Sepanjang perjalanan Ralia bernyanyi lagu milik Coldplay dan Rihana yang tengah diputar dengan suaranya yang renyah khas anak kecil Ralia bernyanyi diikuti suara pelan Dea yang mengikutinya. Mereka berdua terlihat sangat bahagia dengan berjoged kepala bersama membuat Dea merasa sudah berhasil mengalihkan kesedihan Ralia.
"Sudah sampai tuan putri" ucap Dea mengecilkan folume suara musik yang mereka dengarkan.
"Ralia masih ingat apa pesan nona? "
"Jangan pulang kalau yang jemput bukan Nona, kake, nenek juga ibu"
"Pintar sekali sih kamu... " ucap Dea seraya memeluk Ralia.
Dea mengantar Ralia sampai Ms. Shopia setelah itu diapun pergi menuju toko bunga tempat dia bekerja.
Kurang dari tigapuluh menit akhirnya Dea sampai ditokobunga miliknya itu bisa dilihat dari nama D&A yang terpampang jelas diatas gedung dua lantai itu.
"Dea... " teriak aeorang wanita memanggil Dea ketika dia baru turun dari mobilnya.
"Rara, kamu sudah kembali dari desa, mana oleh olehnya" ucap Dea pada Rara seraya menengadahkan kedua tangannya.
"Aku sudah menyimpannya diruanganmu"
"Kamu memang yang ter ter terbaiikkkk" Dea memeluk Rara
"De, kemaren kamu kemana ajasi aku menunggumu lama, aku mau minta pendapatmu tentang konsep yang aku buat"
"Kenapa tidak menghubungi lewat telfon? "
"Telfon?! Iya ya kenapa aku tidak menghubungimu lewat telfon" ucap Rara mengikuti membuat Dea tersenyum menggelengkan kepalanya.
Didalam toko ternyata sudah ramai dengan suara telfon yang memesan karangan dan buket bunga ada juga beberapa pelanggannya yang tengah dilayani pekerjanya.
Kegiatan ditoko bunga Dea terlihat ramai dengan para pegawai yang tengah merangkai bunga pesanan pelanggannya.
Selama di toko Dea terlihat fokus mengamati penjelasan Rara tentang konsep yang dibuatnya. Bukan hanya itu Dea juga memeriksa satu per satu bunga yang akan dikirim kepelanggannya.
Dea tidak ingin pelanggannya kecewa karena bunga bunganya yang layu, rusak atau tidak seauai dengan warnanya. Dea berusaha menjadi yang terbaik buat pelanggannya.
Sebenarnya menjadi salah satu tim yang mendekorasi pesta di perusahaan pertelevisian adalah pencapaian Dea yang menurutnya hampir berhasil.
Dea tau perusahaan pertelevisian itu adalah milik Dewiaryani partner tetap, media tetap yang mengulas tentang bagaimana dan seperti apa Kevin. dari situ Dea berharap suatu saat bisa bertemu Kevin disana bertanya mengapa dia pergi begitu saja meninggalkan Aya dan Ralia begitusaja.
Tak terasa waktu begitu cepat ketika melihat jam yang melingkar ditangannha ternyata saat itu dudah waktunya dia menjemput Ralia.
"Ra, kamu urus semuanya ya. Aku mau jemput Ralia" teriak Dea bergegas pergi.
Setengah ngebut Dea pergi mengendarai mobilnya. Ditengah perjalanan Dea terjebak macet membuatnya menepi karena mesin mobil yang dikendarainya panas sejenak Deapun mematikan mobilnya.
Dea terlihat bingung bertanya didalam hati apa yang harus dilakukannya terlebih ketika melihat jam yang melingkar ditangannya dia sudah sangat terlambat.
Dea keluar dari mobilnya berniat mencari ojek untuk menjemput Ralia yang pasti sudah lama menunggunya.
"tit... " suara klakson motor dibunyikan membuat Dea terkejut karenanya. Lebih terkejut lagi ketika menoleh dan melihat orang yang mengendarai motor gede itu ketika membuka helmnya.
"Rian" ucap Dea pelan menyebut nama lakilaki itu
"Ngapain kamu disini? " tanya Dea seraya menepis tangan Rian yang merangkul bahunya. Membuat Rian tersenyum karenanya.
"Tidak sangka, kita bisa bertemu ditempat seperti ini" ucap Rian melihat sekeliling yang penuh dengan kemacetan.
"Sekarang terbuktikan kamu memang tidak bisa lari dariku karena selamanya kamu akan menjadi miliku" bisik Rian seraya mengelus pipi Dea yang berhasil menghindarinya.
Rian menarik tangan Dea ketika dia hendak masuk kedalam mobilnya. Rian menghalangi Dea dengan badannya.
"Lepasin yan, sakit" pinta Dea berusaha melepaskan cengkraman tangan Rian
"Kalau aku tidak mau kamu akan apa?" tanya Rian santai membuat Dea melihatnya.
"Kamu mau teriak? Teriak aja gak bakalan ada orang yang peduli" Rian melihat sekeliling yang sudah mulai terlihat normal.
"Hey, lepasin tangannya" sela lakilaki yang kemarin berteriak jika namanya adalah Andika
"jangan ikut campur" ucap Rian pelan melepaskan tangan Dea yang dicengkramnya.
"Nona, masuk kedalam" ucap Andika yang langsung diikuti Dea yang bergegas masuk kedalam mobilnya.
" bukan disitu disana" tambah Andika ketika meminta Dea untuk duduk dikursi penumpang dan entah kenapa saat itu Dea mengikuti semua yang dikatakan Andika padanya.
Dea masuk kedalam mobil, didalam mobil Dea melihat pembicaraan dua orang lakilaki yang entah apa yang meraka bicarakan, yang Dea lihat adalah Rian mengangkat kedua tangannya lalu pergi dengan motor gedenya.
"Brruugghhh... Suara pintu mobil ditutup membuat Dea terkejut
"Ngapain kamu masuk kedalam? " ucap Dea meninggi
"Mau nyetir"
"Keluar"
"Aku sudah menolongmu nona, dan kemarin kamu menghabiskan semua uangku untuk membayar taxi" ringis Andika meminta belaskasihan pada Dea dengan melipat kedua tangannya. Sekilas Dea ingat memang benar jika kemarin dia tida membayar taxi ketika menjemput Ralia.
"Antar aku pulang nona, aku tidak punya uang bahkan aku belum makan" ucap Andika membuat Dea mengedip ngedipkan matanya.
"apa dia bisa nyetir" tanya Dea dalam hati seraya melihat setelan yang dipakai Andika.
Kaos putih oblong, celana pendek, sendal jepit tapi ketika melihat merk jam yang melingkar ditangannya Dea tertegun menggelengkan kepala
"Kamu pasti mencurinya"
"rrrrrddddr... Rrrrdrr" suara ponsel Dea bergetar dan terlihat Ms. Shopialah yang menghubunginya.
" restoran... iya sebentar lagi saya sampai" ucap Dea menutup ponselnya.
"Ayo tunggu apalagi" Dea mengisyaratkan Andika yang harus segera menyetir.
"Mendengar kata restauran perutku jadi lapar" ucap Andika seraya menyetir perlahan membelah jalan.
"Nona yang tadi itu mantan suamimukan?.... Hmmmmm kenapa kamu menjadikan orang seperti itu sebagai suami? Ish ish ish..." Andika menggelengkan kepala namun Dea tidak Menjawab dia malah terkesan tidak menanggapinya.
Hanya butuh waktu lima belas menit saja mereka akhirnya sampai di restauran yang diucapkan Ms. Shopia. Setelah terparkir Dea langsung keluar dari mobil dengan cepat dia mencaricari dimana Ralia berada.
"Nona..."teriak Ralia menyapa dengan senyumnya
"Maaf ya Ms. Lagilagi merepotkan" ucap Dea pada Ms. shopia
"Tidak apaapa, kebetulan saya sedang menunggu seseorang dan tidak terasa membosankan karena ada Ralia" jawab Ms shopia yang kemudian pergi setelah orang yang bersamanya memanggil dari dalam mobil.
Dea berjalan menuntun Ralia menuju mobilnya dan ternyata ketika membuka pintu mobil Andika masih berada didalamnya dia hanya berpindah tempat duduk saja.
"Kamu tidak pergi? "
"Nona ini bukan rumahku, aku tidak punya uang kalo harus naik taxi" Andika kembali mengedipngedipkan matanya membuat Dea ingat kemarin dia tidak membayar taxi.
"Nona apa dia orang jahat?" Tanya Ralia membuat Dea tersenyum.
"Kaka bukan orang jahat sayang sini duduk dipangku kaka" ucap Andika menepuk2pahanya membuat Ralia melihat Dea dan Dea tidak bisa berbuat apa apa, kursi dimobilnya cuma dua tidak ada pilihan selain membiarkan Ralia duduk dipangkuannya.
"Ayo masuk, tunggu apalagi" ucap Andika meniru katakata Dea yang sebelumnya diucapkannya.
"Apartemen King, antar aku kesana" Andika menghentak Dea lalu tersenyum setelah melihat wajah seram Dea. Hehe...
Selama perjalanan Ralia dan Andika berbincang akrab mereka seperti sudah saling mengenal lama membuat Dea iri karenanya.
Ralia bukan tipe anak yang mudah menerima orang baru dia akan diam ketika merasa tidak nyaman. Namun dengan Andika Ralia terlihat berbeda.
"Apa ibumu selalu galak jika dirumah? " tanya andika melirik Dea
" nona bukan ibu, ibu Ralia dirumah" jawab polos Ralia
"Ohhhh... Jadi nona ini bukan ibu? "
Ralia menganggukan kepala seraya menghisap permen yang dipegangnya.
"Paman" panggil Ralia membuat andika terkejut membuat Dea tersenyum Andika mengarahkan Ralia untuk memanggilnya kakak tapi ternyata Ralia malah memanggilnya paman xixixi... Hati Dea tertawa geli.
"Besok sore paman datang ketaman kota, ralia sama nona mau kesana mau main layangan" ucap Ralia polos
"Paman boleh ikut? Okelah nona kecil besok paman ketaman kota membawa teman kecil paman"
"Siapa teman kecil paman? "
"Besok nona kecil akan tau"
"Namaku Ralia bukan nona kecil" sahut Ralia lucu membuat Andika memeluknya gemas.
Setelah empatpuluh menit akhirnya dea sampai juga mengantar Andika ke apartemen king seperti yang dikatakannya.
"apa mungkin dia tinggal disini? " tanya Dea dalam hati melihat apartemen kelas satu yang begitu sejuk dipandang mata.
"Oke, tuan putri besok kita bertemu ditaman" ucap Andika ketija turun dari mobil.
Ralia melambaikan tangannya pada Andika ketika mobil yang dikendarainya melaju kembali.
"Terimakasih sudah mengantarku pulang" teriak Andika yang sama sekali tak dihiraukan Dea.
Namun ketika mobilnya berbelok tak sengaja Dea melihat dari spion mobilnya jika Andika tengah berpelukan dengan seorang wanita muda sebayanya. Sangat dekat, itu bisa dilihat dari cara mereka cipikacipiki dan cara wanita itu yang bersandar dibahu Andika ketika berjalan menggandeng tangannya.
Bersambung....
Share this novel