hal 2

Drama Series 1133

Pagi itu Aya berdiri di bawah pohon kemboja yang ada dibelakang rumahnya, suara gemercik air terjun buatan yang terlihat indah menjadi pemandangan mata aya yang sayup namun penuh arti dan menyiratkan sebuah tanya.

Aya terlihat sudah rapih dengan riasan sederhana diwajahnya.
Aya terlihat cantik dengan rambut yang dibiarkan panjang terurai dan bergelombang.
Penampilan Aya yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu namun aya tetaplah aya yang seringkali merindukan suasana didesa dirumah sederhana yang kini sudah rata dengan tanah.

Sebenarnya Kevin dan Aya tinggal disatu tempat samasama di ibukota namun itu bukan berarti mereka bisa bebas leluasa bertemu dan bersama.
Pengawasan Cakrawiguna memang tiada duanya membuat Kevin sepenuhnya dalam pengawasannya dalam kuasanya.

Semenjak perpisahannya sekalipun Aya belum bertemu aplagi bertatap muka dengan Kevin. Sesekali Aya hanya melihat Kevin ditelevisi atau disuratkabar.

Dua tahun lalu Cakrawiguna meninggal. Dan setelah itu Kevin berpindah di luarnegri entah dimana tempatnya yang jelas kini Kevin sudah berbahagia dengan Angelina dan mereka tengah menunggu kelahiran anak pertama mereka. itulah kabar terakhir yang dicatat oleh media yang berhasil membuat Aya tersenyum seraya menitikan airmata ketika sekilas mendengar beritanya.

"Ibu" terdengar suara anak kecil memanggilnya membuat bibir Aya tersenyum seraya berbalik melihatnya.

"Ibu apa Ralia sudah terlihat cantik seperti ibu? " tanya anak kecil dengan suara renyahnya membuat Aya dengan penuh sayang tersenyum langsung menghampiri dan memeluknya.

Gadis kecil itu bernama Ralia Kevindo yang tak lain adalah anak Aya dan Kevin yang dalam beberapa hari lagi akan genap berusia lima tahun.

Aya membesarkan Ralia dengan penuh kasih sayang meski dalam kehamilannya Aya merasa terguncang karena keadaan yang sulit untuk dijabarkan.
Aya beruntung karena memiliki paman adam dan bisarah yang selalu setia mendampinginya hingga sekarang.

"Non, paman bilang mobil sudah siap" ucap bisarah membuat Aya tersenyum dan bergegas.

**

Hari itu adalah hari wisuda Dea.
Jadi pagi itu paman adam, bisarah, Aya juga Ralia pergi bersama menuju tempat dimana Dea diwisuda.
Sepanjang perjalanan Ralia tidak hentihentinya bertanya, semua yang dilihatnya takluput dari perhatiannya membuat bisarah yang dipanggilnya nenek kewalahan ketika menjawabnya.
Celotehan Ralia membuat Aya tersenyum, dan memang hanya Ralialah yang menjadi obat hati Aya menjadi penyemangat hidup Aya disetiap harinya.

Kurang lebih satu jam akhirnya mobil yang dikendarai paman ikut terparkir berjajar dengan mobil yang lainnya.
Ralia yang kala itu digendong paman terlihat senang sekali ketika sampai berjalan mencaricari dimana Dea.

"Kakek... itu NONA" teriak Ralian seraya menunjuk keberadaan Dea yang tengah asik berfotofoto bersama temantemannya.

"Nona... "teriak Ralia berlari menghampiri Dea yang langsung menyambutnya dengan pelukan juga ciuman yang sangat tidak disukai Ralia.

"ini buat nona" Ralia memberi buket bunga pada Dea yang sebelumnya buket bunga itu dibawa Aya.

"Lucu sekali siapa yang buat? " puji Dea melihat buket bunga yang diberikan Ralia

"Aku yang milih bunga, ibu dan nenek yang merangkainya" jawab Ralia lucu membuat Dea terus menghujaninya dengan ciuman.

"Nona.... " ucap Ralia manja ketika Dea terus menciumnya.

Aya memeluk Dea mengucapkan selamat atas prestasinya. Bukan hanya Aya paman dan bibipun mengucapkannya secara bergantian.
Hari itu adalah hari milik Dea merekapun mengabadikan momen itu dengan berpoto bersama, Dea terlihat cantik memakai baju toga tanpa topi yang dipakaikannya kepada Ralia.

Dea lebih beruntung daripada Aya. Karena Dea bisa kuliah sementara Aya hanya sampai smp saja. Namun sedikitpun Aya tidak iri karna dia begitu menyayangi Dea.

Kini Dea sudah diwisuda tanda kelulusannya.
Dea tidak akan lagi kekampus setiap paginya.
Dan kini dia bisa lebih fokus pada toko bunganya yang sudah dua tahun dirintisnya.

***
Pagi itu Dea sudah terlihat rapi dengan kemeja putih dan celana jeans dan tak lupa heels yang wajib dipakainya. Menurut Dea hells adalah nyawa keduanya.
(dalam pikirku Dea sangat fashionable hehe)

Sembari menunggu Aya, Dea menyantap menu kesukaannya yaitu nasi goreng bikinan bisarah.
Dea melihat jam yang melingkar ditangannya ternyata baru jam tujuh pagi jelas saja Aya dan Ralia belum turun dan duduk bersamanya.

Selang sepuluh menit, Aya datang dengan Ralia yang sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya. Rambutnya yang panjang berponi dikuncir dua dan makin terlihat lucu dengan ransel yang dibawanya.

"Iihhhh ponakan siapasi ini lucunya" ucap Dea mencium Ralia yang langsung mengusap pipi bekas bibirnya.

"Tentu saja Ralia keponakan Bibi"

"SsStttthh... Bukan bibi tapi No-na" sela Dea cepat membuat Aya tersenyum mendengarnya.

Dea membantu Ralia duduk di kursinya, dengan penuh sayang Dea menyuapi Ralia. Dan pagi itu seperti biasa mereka terlihat bahagia.

"Sudah berapa kali Aya bilang, kalo paman paman harus mencari orang untuk menggantikan bibi" ucap Aya mengejutkan menghampiri bisarah yang tengah asik berbenah didapur.

"Nona, kenapa kedapur? Nanti nona kotor" ucap bisarah seraya mengelap2 tangannya.

"Bibi seharusnya tidak melarang paman mencari pekerja buat dirumah"

"Bibi masih kuat non, bibi belum rela jika pekerjaan bibi digantikan orang" jawab bisarah seraya menyimpan lap pada tempatnya.

"Bibi... " ucap Aya manja memeluk bisarah dari belakang.

"Non... "

"Terimakasih karena sudah ada buat Aya" ucap Aya dengan mata berkacakaca membuat bisarah terharu setiap kali mendengarnya.

****
Jam menunjukan pukul delapan pagi ketika Aya dan paman masuk kedalam mobil yang didalamnya sudah ada Dea dan Ralia.
Paman dan Aya akan pergi kekebun bunga.
Ralia akan pergi ketaman kanakkanak sekolahnya.
dan Dea akan pergi ke toko bunga untuk memulai pekerjaannya.

"nanti Ralia mau dijemput Nona" ucap ralia dengan lucunya
"Benarkah? " tanya Aya menatap Ralia yang duduk dibelakang bersama Dea

"Iya bi, nanti Dea yang jemput Ralia. Dea mau ngajak Ralia mencari hadiah ulangtahunnya. Kebetulan perusahaan yang menyewa jasa

"Apa nanti Ralia boleh minta apa saja?

"tentu saja Ralia sayang"

"Hmmmm... Ralia mau kucing"

"Kalo itu, hmmmm.. enggak"

"Aahh... nona... " Ralia melipat kedua tangannya berbalik membelakangi Dea dengan mulut yang ditekuknya.

"Aahhhh... Ralia" ucap Dea mengikuti apa yang dilakukan Ralia dengan senyum menggodanya.

Akhirnya setelah menempuh jarak hampir setengah jam karena sedikit macet dijalan. Ralia sampai juga di sekolahnya dan saat itu sudah ada Ms. Shopia yang menunggunya.
Ms. Shopia itu adalah gurunya Ralia disekolah.

" good morning Ralia? "

"Morning miss" jawab Ralia seraya memberi salam pada Ms. Shopia

Saat itu yang mengantar Ralia adalah Dea sementara Aya sudah pergi terlebih dahulu bersama paman kekebun bunga.

"Dadah nona" ucap Ralia melambaikan tangannya ketika Dea masuk kedalam taxi menuju ketempat kerjanya.
Setelah hampir duapuluh menit Deapun sampai diperusahaan besar tempat dia dan beberapa rekannya melakukan pertemuan membahas projek besar pertamanya untuk acara anniversary sebuah perusahaan pertelevisian.

"Maaf maaf saya telat" ucap Dea seraya duduk di kursi yang sudah tersedia.

"Tidak apaapa, kita juga baru berkumpul belum membahas apaapa"

"Oh iya sample bunga yang kamu kirim kemarin semuanya disukai. Selamat bekerja keras" ucap salahseorang rekan yang adalah kepala tim menyemangati Dea.

"Pelanggan kita meminta meski didalam gedung mereka ingin suasana seperti gardenparty mereka ingin banyak bunga disetiap sudutnya... " tambah seorang rekan yang berbeda menceritakan sementara Dea mencatatnya dibuku.

Banyak sekali yang mereka bahas hingga mencapai kesepakatan dan kemudian mereka bubar ketika semua sudah benarbenar menghasilkan kesepakatan.
Dea merasa lega dan bangga karena itu adalah projek pertamanya.

Dea melihat jam yang melingkar ditangannya, dia terkejut ketika jam menunjukan pukul 1siang seketika dia ingat Ralia.

"Aku dulan, maaf ya" ucap Dea pada semua rekannya karena harus pulang terlebih dahulu tidak ikut makan siang bersama mereka.

Dea terlihat berjalan terburuburu, sesekali dia melihat jam yang melingkar di tangannya.
Dea beruntung ketika dia hendak memberhentikan taxi. Dia melihat taxi yang terparkir. Tanpa berfikir panjang Deapun berjalan setengah berlari menuju taxi itu, dengan cepat dia masuk, duduk dan meminta sopir untuk segera jalan ke alamat yang sudah disebutkannya.

" maaf non, sudah ada orang ditaxi ini" jawab sopir taxi menoleh kearah Dea yang sesaat bingung lalu kemudian terkejut dengan suara dengkuran seorang lakilaki yang duduk dikursidepan dekat sopir.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience