hal 8

Drama Series 1133

Jam menunjukan pukul lima sore ketika Rara mengajak Dea untuk pulang bersama namun saat itu Dea menolak dengan alasan masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Setelah mendapatkan telfon dari rekannya Dea kembali melihat map yang berisi konsep tentang pekerjaannya di perusahaan pertelevisian milik Dewiaryani. Dia begitu serius dengan pekerjaannya karena dia ingin pekerjaannya meninggalkan kesan bagi Dewiaryani dan dia bisa akrab dengannya leluasa bertemu dengannya dan akhirnya dia bisa mencapai tujuannya yaitu bertemu langsung dengan Kevin, bertatap muka langsung dengannya.

Jam menunjukan pukul delapan malam ketika Dea tengah membereskan semua pekerjaannya. Dia terkejut tidak terasa waktu berlalu begitu saja.

"Keasikan kerja lagi ya non" ucap salah seorang pekerjanya yang sudah lama bekerja ditoko bunga D&A.

"Jangan tidur malam malam, besok kalian kerja" ucap Dea tersenyum meninggalkan tiga orang pekerja lakilaki yang memang tinggal di salahsatu ruangan yang ada ditokonya.

Dea berjalan meninggalkan toko bunga ke arah jalan raya yang jaraknya hanya beberap meter saja.
Dea menyebrang bersama beberapa pejalan kaki lainnya, karena asik dengan ponselnya Dea berjalan kearah yang berlawanan dengan pejalan kaki lainnya.

brrukkk... Dea menabrak seseorang didepannya.

"Maaf maaf... Rian" Dea terkejut hingga ponselnya jatuh dan Rianlah yang memungutnya.
Ternyata saat itu yang ditabraknya adalah Rian. Dea melihat sekeliling yang tidak ada orang satupun disana selain mobil mobil yang melaju dengan cepat.
saat itu Rian tidak sendiri ada beberapa temannya yang berada didalam mobil juga motornya membuat Dea kembali teringat akan traumanya.

"Ini" Rian memberikan kembali ponsel Dea padanya.

" ternyata dunia ini benar benar sempit ya, tak disangka ternyata kamu berada disini" ucap Rian membuat tangan Dea terlihat gemetar namun masih bisa disembunyikannya.

"Mau ikut denganku? Biar aku antar pulang" ucap Rian seraya meraih tangan Dea menggenggamnya dengan erat.

"Aw, sakit yan lepas" Dea menarik tangannya dengan sekuat tenaga dia mendorong Rian yang hampir saja memeluknya membuat semua teman Rian yang melihat langsung bersorak.

"Aku tidak akan melukaimu, aku hanya ingin melihat luka diwajahmu" ucap Rian berusaha menyentuh pipi Dea namun Dea kembali berhasil menghindarinya.

Saat itu Rian meminta maaf pada Dea atas apa yang sudah dilakukannya. Rian menyesal dan berkata jika dia sayang sama Dea tidak berniat melukainya dan meminta Dea agar mau memulai hubungan serius dengannya. Bukan hanya itu Rian juga meminta agar Dea melupakan semua yang sudah dilakukannya Rian berkata jika dia sudah berubah namun masih tetap mencintai Dea.

"Tolong biarkan aku pergi yan" pinta Dea seraya beranjak namun Rian kembali menarik tangan Dea dengan alasan Dea belum menjawab pertanyaannya.

"Ga ada yang harus kita bicarakan yan, lepasin tanganku sakit yan" ucap Dea dengan mata berkaca kaca.

"Hey.... Kenapa kamu selalu kasar sama wanita"
Ucap Andika yang datang dengan buah apel yang tengah dimakannya.

"Lepaskan tangannya... sudah aku bilang jika sekarang dia itu adalah wanitaku" tambah Andika menghampiri Rian yang masih saja memegang tangan Dea.

Rian tersenyum sinis melihat Andika, untuk kesekian kalinya Andika mengacaukan acaranya dengan Dea.

"Apa aku harus mengulangi, hingga membuatmu mengerti? " ucap Andika lagi melempar buah apel yang dimakannya terus menarik tangan Dea yang satunya hingga terlepas dari cengkraman Rian dan kini Dea berada didalam pelukannya.
Melihat itu teman teman Rian yang semula santai kini menjadi tegang dan bersiap mengeroyok Andika namun dengan isyarat Rian mencegahnya.

"Kali ini aku akan mengalah, namun tidak dihari berikutnya" Rian tersenyum sinis lalu kemudian pergi meninggalkan Dea yang bersembunyi didalam pelukan Andika yang berkata jika dia menanti hari itu tiba.

Rian dan teman temannya pergi meninggalkan Dea yang terlihat ketakutan didalam pelukan Andika.

" apa kamu nyaman berada didalam pelukanku? " tanya Andika seraya mengeratkan pelukannya pada Dea yang tersadar dan mendorong tubuh Andika agar menjauh darinya.

"Sepertinya kamu tidak tau jika malam malam itu sangat berbahaya buat seorang wanita berjalan sendiri ditempat seperti ini" ucap Andika melihat Dea yang juga melihatnya.

"Untung saja ada aku" Andika melipat kedua tangan di dadanya membuat Dea kembali jijik karenanya.

"Wajahmu merah, apa sekarang kamu mulai menyukaiku? " ucap Andika semakin membuat Dea jijik tak percaya jika ada laki laki dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat luar biasa.

"Lihat, pipimu benar benar merah. Berarti kamu benar benar sudah menyukaiku sekarang... Apa aku bilang, aku memang paling mudah membuat wanita wanita tertarik padaku" sambung Andika membuat Dea meliriknya tajam, baru saja dalam beberapa detik yang lalu Dea mengaguminya karena menyelamatkan dia dari Rian tapi kini dia kembali merasa jijik dengan tingkah konyol yang dilakukan Andika didepannya.
Dari pada melihat kekonyolan Andika saat itu Dea memilih untuk pergi saja dan.... Trekk.... Hak pada heelsnya patah

"Apa aku bilang lain kali pakailah sendal yang normal" ucap Andika menghampiri.

" jadi menurutmu ini gak normal" hentak Dea melihat Andika yang menghampirinya.

" lepas"

"Enggak"

"Lepas"

"Engaaakkk"

"Mau lepas sendiri apa mau aku paksa? " Andika sedikit berteriak membidik tepat di mata Dea yang saat itu juga langsung melepaskan heelsnya.

"Pakai ini, langkahmu akan leluasa jika memakain ini" Andika memberikan sendal jepitnya untuk dipakai Dea dan kembali dia tidak memakai alas kaki.

"Kenapa kamu menyiksa kaki kamu untuk memakai sendal seperti ini? " tanya Andika seraya meraih heels dan menyodorkannya tepat didekat wajah Dea yang kesal karenanya namun saat itu Dea tidak berucap apa apa dia hanya diam saja, dalam hati Dea tidak bisa berbohong jika apa yang dilakukan Andika sudah mencuri perhatiannya.

"Ikuti aku, jika kamu tidak mau bertemu lagi dengan orang yang tadi" ucap Andika seraya berjalan membuat Dea merinding membayangkan wajah Rian dan tidak ada pilihan kecuali mengikuti langkah kaki Andika.

"Apa kakinya tidak sakit? " tanya Dea dalam hati memperhatikan langkah kaki Andika yang berjalan tanpa menggunakan alas kaki.

"Kamu tidak akan bosan berada disampingku, aku adalah pemandangan paling indah didunia.
Aku tampan, aku manis dan mempesona" ucap Andika percaya diri memuji dirinya sendiri membuat Dea menyeringai tersadar dan salah jika harus menghawatirkan Andika apalagi sempat mengagumi atas perlakuannya.

Dea terus berjalan dibelakang Andika yang membawa heels miliknya. langkah Dea pelan mengikuti langkah Andika. tidak banyak yang bisa Dea lakukan kecuali mendengar beberapakali Andika memuji dirinya sendiri dan melihat kakinya yang kini memakai sendal jepit.

"lucu sekali" ucap Dea tak sadar tersenyum membuat Andika menghentikan langkahnya.

"Aw, kenapa berhenti berjalan tibatiba? " hentak Dea mengelus keningnya yang menabrak punggung Andika.

"Masuk" pinta Andika pada Dea yang menyuruhnya masuk kedalam ferrari warna putih yang membuat mata Dea sedikit terbelalak karenanya.

"Kamu mau masuk atau tetap disini? " ucap Andika tersenyum melihat Dea yang terdiam

"Sendal jepit, celana pendek, kaos oblong putih jam tangan yang belum terjawab asal usulnya sekarang ada lagi mobil yang bikin wah... Sebenarnya dia ini siapa? " ucap Dea dalam hati memperhatikan Andika secara seksama.

"Hey nona, mau masuk sendiri atau mau tetap disini dan orang tadi bisa leluasa membawamu pergi karena tidak akan ada lagi laki laki tampan yang menyelamatkanmu"

"Pacar yang penurut" ucap Andika lagi mengelus lembut rambut Dea ketika dengan segera Dea masuk kedalam mobil. apa yang dilakukan Andika membuat Dea meliriknya tajam, Andika yang sadar akan hal itu dengan cepat menutup pintu mobil dan entah kenapa tanpa sepengetahuan Andika saat itu Dea tersenyum karenanya.

Andika menyetir dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya karena dia akan segera tau dimana tempat tinggal Dea.
Sementara Dea tidak mempedulikan Andika yang terus berbicara menghujaninya dengan banyak pertanyaan yang hanya dijawabnya dengan lirikan tajam matanya saja ketika Andika mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Dan setiap kali Dea meliriknya itu semakin membuat Andika bersemangat untuk menggoda Dea.

Setelah memakan waktu hampir satu jam akhirnya Dea merasa senang karena dia kini sudah berada tepat didepan tembok yang masih tetap terlihat indah dengan bunga climbingrose yang bermekaran.

"Dimana rumahmu? " tanya Andika bingung kenapa Dea memintanya berhenti ditempat seperti itu karena Andika melihat tidak ada rumah hanya ada tebok yang tertutub bunga bunga.
Tanpa menjawab dan berterimakasih Dea keluar dan pergi begitu saja namun Andika masih memperhatikannya mengikuti Dea dengan pandangannya yang masuk kedalam gerbang tralis yang sedikitpun Andika tidak menyangka jika itu adalah gerbang tralis dan Dea masuk kedalamnya.

"Hey, yah dia keburu masuk" ucap Andika baru ingat jika sandalnya dipake Dea

"Apa dia menukarnya dengan ini" Ucap Andika lagi tersenyum seraya mengangkat sepasang heels milik Dea.

"Seharusnya aku membawa kamera" ucap Andika lagi seraya menghidupkan mobil lalu kemudian pergi karena Dea tak dilihatnya lagi.

Jam menunjukan pukul sebelas malam ketika Dea yang baru selesai mandi duduk didepan cermin memandangi wajahnya.
Sekilas Dea kembali mengingat pertemuannya dengan Rian yang kembali membangkitkan rasa traumanya.
Bukan Rian saja yang saat itu mengganggu pikirannya bagaimana perlakuan Andikapun kembali diingatnya, ketika di kedai Andika mendekatkan wajahnya dan yang baru Andika menarik tangannya hingga berakhir didalam pelukannya membuat Dea tak sadar tersenyum karenanya.
Jantung Dea tiba tiba berdegup dengan kencang hampir tidak bisa dikendalikannya.

"Dea Dea Dea Deaaaa..... Ucap Dea memanggil dirinya sendiri berusaha agar dirinya sadar untuk tidak tertarik pada laki laki yang baru dikenalnya dan belum jelas asal usulnya.

"Deaaa.... Kendalikan dirimu.... Ucap Dea seraya berlari menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur bersembunyi didalam selimut berusaha menepis senyum Andika dan suaranya yang kembali terdengar jelas ketika melihat sendal jepit milik Andika ada dikamarnya.

"Aaaaahhhhh.... Aku gak bisa tidur..... Teriak Dea didalam selimutnya mengeluh dan menyalahkan Andika karena sudah membuatnya sulit untuk memejamkan mata.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience