hal 5

Drama Series 1133

Dea menarik nafas panjang berusaha menenangkan dirinya sendiri. tidak tau apa yang terjadi Dea merasa gelisah takut jika apa yang dilihat Andika sampai dimedia. jika itu sampai terjadi tamatlah riwayatnya.

(yang baca part 1 pasti tau kenapa hehe)

"Nona... " Andika memanggil Dea membuatnya tersadar dari lamunan

"Apalagi? " tanya Dea ketus memalingkan wajahnya

"Aku lupa gak bawa uang" ucap Andika membuat Dea melihatnya.

"Terus... "

"Ini ice crem belum dibayar" jawab Andika santai seraya menjilati ice cream

Dea tersenyum aneh melihatnya, dari atas sampai bawah kaki andika yang tanpa menggunakan alas tak luput dari perhatiannya.
dia tak habis fikir ada orang seperti Andika yang berani meminta uang padanya padahal mereka baru bertemu tapi Andika sudah seperti orang lama yang mengenalnya.

"Nona mau ice crem? " ucap Ralia mengikuti Andika menjilati icecreamnya membuat Dea mengedip ngedipkan matanya semakin tak percaya dengan apa yang dialaminya.

"Nona, uangnya" ucap Andika lagi mengedip ngedipkan matanya membuat Dea merasa jijik hingga langsung memberinya uang buat membayar icecream yang juga dimakan Ralia.

"Terimakasih" Andika tersenyum pada Dea yang melihatnya dengan sinis

"Dasar orang aneh" gumam Dea mengiringi langkah Andika yang mulai menjauh darinya.

"Ralia, ayo" ajak Dea menuntun Ralia untuk segera pergi dari taman meninggalkan Andika yang pergi untuk membayar icecrem.

Dea melangkahkan kakinya menuntun Ralia yang asik menjilati icecreamnya. Saat itu Dea tak sadar jika dia menggunakan sandal jepit Andika sementara heelsnya dia tinggalkan begitu saja dibawah pohon karena benar benar lupa.

Rrrrrrrrdddd.... Ponsel Dea bergetar, Dea melihat saat itu yang menghubunginya adalah Rara. Tak menunggu lama saat itu Dea langsung menjawab ponselnya dengan serius Dea berbicara dengan Rara namun perhatiannya tetap pada Ralia yang masih asik dengan icecreamnya.
Ketika Dea serius berbicara, Andika datang dengan membawa heels ditangannya seketika Deapun sadar jika dia saat itu menggunakan sendal jepit milik Andika.

"De... Kamu masih dengerin aku bicarakan? " ucap Rara diponsel membuat Dea yang sempat tak fokus kembali mendengarkannya. Sementara Andika menuntun Ralia berjalan terlebih dahulu menuju mobil meninggalkan Dea yang masih serius berbicara dengan Rara.

"Nona ayo. Kenapa masih berdiri disitu? " teriak Andika

"Iya, aku datang" jawab Dea menyimpan ponselnya kedalam tas dan langsung tersadar kenapa dia harus menjawab teriakan Andika

"Kenapa aku harus menjawabnya?" tanya Dea pada dirinya sendiri seraya menghampiri Andika yang sudah berada didekat mobilnya.

"Kenapa tidak pergi? " tanya Dea ketika membuka pintu mobilnya

"Aku gak punya uang, kamukan bisa nganterin aku lagi sampe rumah. Iya kan Ralia?" ucap Andika tersenyum melihat Ralia yang menganggukan kepalanya

"Dilihat dari yang kamu pakai kamu memang seperti pengemis, tapi melihat jam tangan yang kamu pakai itu lebih dari cukup buat ganti pakaian juga kendaraan... " ucap Dea cepat melihat Andika secara keseluruhan

"Mobilku cuman dua kursi, gak cukup buat tiga orang" tambah Dea ketus

" terakhir kali, aku duduk sama Ralia" jawab Andika memberikan heels yang dibawanya pada Dea seraya masuk kedalam mobil yang pintunya sudah dibuka.

"Kamu tidak akan menolak karena kamu harus membayar jasaku yang sudah meminjamkanmu sendal" tambah Andika tersenyum melihat kaki Dea yang memang tengah memakai sendalnya yang terlihat kebesaran dipakai Dea

"Ralia ayo masuk" ucap Andika mengajak Ralia yang terlihat senang berada didekat Andika sementara Dea hanya bisa melihat saja tidak bisa berbuat apa apa.

"Dasar orang aneh, ternyata masih ada orang gila waras dikota ini" gerutu Dea menutup pintu mobil.

Brrruuggghhh... Suara pintu mobil ditutup. Dea langsung memakai seatbelt sekilas melihat Ralia yang terlihat nyaman berada didekat Andika.

"Ayo jalan... Tunggu apalagi... Kita sudah lapar, iya kan Ralia? "

"Iya, Ralia mau makan"

Tanpa bisa berbuat apa apa Deapun mengikuti perintah Andika untuk segera melajukan mobilnya. Meski didalam hati masih kesal dan menyimpan amarah Dea masih bisa mengendalikannya ketika melihat senyum dan tawa Ralia yang dibuat Andika hingga tak sadar membuatnya ikut tersenyum karenanya.

Taklama akhirnya merekapun sampai juga direstoran yang dipilih Ralia restoran yang suasananya tidak begitu ramai.
Dea turun dari mobil dengan kaki yang sudah kembali memakai heels begitu juga Andika yang tak lagi bertelanjang kaki.
Andika menggendong Ralia dan Dea mengikutinya dari belakang. Mereka bertiga terlihat seperti keluarga dan memang seperti itulah anggapan orang yang berpapasan dengan mereka.

"Silahkan" ucap pelayan restoran mempersilahkan Andika, Dea dan Ralia duduk dikursi dekat jendela yang sudah tersedia.
Ralia memesan menu makanan yang disukainya sementara Andika hanya memesan minum saja mengikuti Dea.

"bukannya tadi kamu bilang lapar, kenapa cuman pesan minum? " tanya Dea pada Andika yang terus saja menatapnya.

"aku sudah kenyang hanya dengan melihatmu" gombal Andika membuat Dea melihatnya

"Apa wajahku terlihat seperti sembako" gumam Dea melirik Andika tajam namun itu malah membuat Andika semakin anteng tenatapnya.

" jika kamu mau mengancamku dengan liontin yang kamu lihat, aku gak terpengaruh" ucap Dea seraya memasangkan kalung berliontin hati pada Ralia yang tengah asik dengan mainannya.

"Aku lupa apa yang sudah aku lihat" jawab Andika masih melihat Dea

"Hey nona, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku wanita keberapa yang kamu beri gombalan seperti itu? " sela cepat Dea melihat Andika yang juga melihatnya, membuat Dea tidak nyaman hingga akhirnya Dea menutupi wajah Andika dengan tisu agar Andika tak lagi bisa melihatnya.

Taklama makanan yang mereka pesan datang saat itu Dea dengan sabar menyuapi Ralia sementara Andika masih melakukan hal yang sama yaitu terus melihat Dea dengan senyum dibibirnya.

"Hore.... Pintarnya" puji Andika bertepuk tangan ketika Ralia berhasil menghabiskan makanannya.

Prok prok prok prok.... Suara tepukan tangan dari tempat berbeda terdengar membuat perhatian Dea dan Andika beralih.

"Apa aku pernah bertemu dengannya? " tanya Andika dalam hati melihat senyum Dea yang perlahan hilang

"Rian" ucap pelan Dea melihat Rian dan beberapa teman menghampirinya.

"Boleh bergabung? " tanya Rian seraya duduk dikursi tepat disebelah Dea yang terlihat tegang sementara Andika hanya melihat memainkan sedotan diminumannya.

"Kalian terlihat bahagia seperti keluarga" ucap Rian membuat temannya sedikit tertawa begitu juga dengan Andika dia ikut tertawa

" kamu masih cantik masih sama seperti waktu kita pertama bertemu" Rian hendak mengelus pipi Dea namun Dea berhasil menghindarinya.
Saat itu Andika hanya ikut tersenyum saja melihatnya, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi seraya mengingat dimana dia pernah bertemu dengan laki laki sebayanya yang Dea menyebut namanya adalah Rian.

"Oooowwwwhhh.. " seru Rian lagi ketika tidak berhasil mengelus pipi Dea menganggap Dea tetap jual mahal padanya.
Rian memegang tangan Dea dengan kencang membuat Dea kesakitan namun ditahan karena Ralia melihatnya.

"Sakit yan, lepas" bisik Dea pada Rian yang semakin mengeratkan genggamannya

" bisakah kamu tidak memegangnya, akukan sudah pernah bilang jika kini dia adalah miliku" ucap Andika tersenyum berusaha tidak membuat Ralia panik.
Dea berusaha melepaskan tangannya yang dipegang erat Rian namun Rian malah memegangnya erat bahkan Rian tidak mempedulikan Andika yang meminta melepaskan tangan Dea.

"Lepasin dong tangannya, aku gak mau menggunakan kekerasan nih karna disini ada anak kecil yang lihat kita" pinta Andika lagi masih tersenyum namun dengan sorot matanya yang tajam menunjukan keseriusannya.

Rian tersenyum sinis, dia melepaskan tangan Dea yang dipegangnya seraya berdiri dari tempat duduknya.
Rian memberi isarat kepada teman temannya dan dzyyazzz.... Rian menghantam wajah Andika namun Andika yang masih duduk berhasil menghindarinya berhasil mendorong Rian yang hampir terjatuh jika tidak ditahan teman temannya.
Dengan spontan Dea berteriak memeluk Ralia melindungi agar Ralia tidak melihatnya.
Rian yang tidak terima atas perlakuan Andika berusaha kembali menghantam Andika yang kembali berhasil menangkis dan menghindarinya.

Apa yang Rian lakukan berhasil mengundang perhatian banyak orang dan satpam yang berjagapun ikut datang menghampiri Rian yang tersenyum mengangkat kedua tangannya.
Satpam menyuruh Rian dan temantemannya keluar karena mereka sudah membuat keributan dan membuat pelanggan yang lain tidak nyaman.
Tanpa perlawanan Rian dan teman temannyapun beranjak pergi mengikuti satpam yang berjalan terlebih dahulu sementara Andika yang masih dengan senyumnya kembali duduk ditempatnya mengelus lembut kepala Ralia yang bersembunyi dipelukan Dea.
Dea melihat Rian berbalik kearah Andika yang tak melihatnya, Dea melihat Rian mengepalkan tangannya.

"Awaaaasss.... " teriak Dea membuat Andika yang lengah tersadar langsung melihat Rian dan Ddzzyaaaasszzzh.... Rian menggunakan semua tenaganya untuk menghantam namun bukan menghantam Andika melainkan Dealah yang dihantamnya. Dea terhempas langsung terkulai tak sadarkan diri dipangkuan Andika yang menahannya. semua orang yang ada di dalam restoran itu melihatnya mereka juga berteriak ketika Rian mendaratkan hantaman di wajah Dea.
Rian terlihat panik akan apa yang sudah dilakukannya dia melihat Dea yang tak sadarkan diri karena hantamannya taklama diapun berlari bersama teman temannya menabrak satpam yang langsung terjatuh karenanya.

Ralia menangis melihat Dea yang pingsan dipangkuan Andika. Tanpa berfikir panjang Andikapun langsung menggendong Dea berniat membawanya kerumah sakit diikuti satpam yang membantunya dengan menggendong Ralia menuju mobil yang terparkir.

Andika merebahkan Dea yang masih tak sadarkan diri dikursi mobil yang sudah ditatanya. disela bibirnya terlihat mengeluarkan darah.

"Nona.. " Ralia menangis membuat Andika semakin panik, namun Andika terus berusaha membuat Ralia tenang dengan mengatakan jika noba tidak apa apa.

Wuuusszzhhh.... Mobil yang dikendarai Andika melaju dengan cepat selama perjalanan dia berusaha tenang terus meyakinkan Ralia yang di pangkunya agar tidak menangis dan kuatir.

Tak lama merekapun sampai dirumah sakit dengan cepat Andika turun mengeluarkan Dea dari mobil menidurkannya di brankar yang didorong beberapa perawat yang menghampirinya. Sementara itu Ralia yang sedari tadi menangis kini sudah kembali tenang di pelukan Andika yang menggendongnya melihat Dea dari kejauhan yang kini tengah mendapatkan perawatan.

Jam menunjukan pukul sembilan malam ketika Dea sudah berada diruangan kamar rawat inap.
Andika yang kala itu menjaga Ralia yang tidur disopa terlihat sudah lebih tenang. Andika tak lagi panik namun dia tetap kuatir terlebih Dea belum juga tersadar.
Pukulan Rian ketika di restoran begitu keras hingga membuat Dea kini terbaring lemah dengan jarum infUsan ditangannya.

"Kenapa kamu harus datang? Seharusnya kamu diam saja dan biarkan aku yang menerima pukulan itu" ucap Andik pelan melihat Dea seksama meninggalkan Ralia yang tidur sisopa.

Andika terus menatap wajah Dea sesekali ia memberanikan diri menyentuh tangan dan pipi Dea, harus Andika akui jika Dea memang cantik dan sudah mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience