hal 12

Drama Series 1133

Keesokan harinya seperti biasa seperti tidak terjadi apa apa dimeja makan Dea menunggu Aya dan Ralia datang bergabung dengannya untuk menyantap sarapan.

Tangan Dea terlihat sibuk dengan ponselnya, bibirnya komatkamit membaca berita Kevin dan Angelina didalamnya.

"Apa ada kabar terbaru dari tuan muda? " tanya bisarah mengejutkan hingga ponselnya hampir saja terlepas dari tangannya.

"Bibi...... aku pikir bibi Aya yang datang" Dea mengelus dadanya merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Nona Dea yang terlalu asik, bibi dari tadi ada disini" jawab bisarah melihat Dea tersenyum

"Sepertinya Kaka baik baik saja, kaka terlihat bahagia" ucap Dea menunjukan poto kebersamaan Kevin dan Lina diponselnya.

"Bibi Malah kuatir non"

"Kuatir kenapa bi? "

"Bibi selalu kuatir melihat nona Aya, sekalipun bibi belum pernah melihat nona Aya tertawa ataupun menangis" jawab bisarah membuat Dea melihatnya namun ketika Dea hendak berkata Aya dan Ralia datang.

"Nona... " teriak Ralia membuat Bisarah langsung merubah raut wajahnya yang bersedih.

"Ralia sayang. Cantik banget sih kamu" Dea menyambut Ralia dengan pelukannya

"Kalung yang nona kasih dimana? " bisik Dea

"Ralia simpan dibawah bantal" jawab Ralia balas berbisik membuat Dea gemas langsung menciuminya

"Nona.... " Ralia berusaha menolak ciuman bertubi tubi dari Dea dan Aya hanya tersenyum saja melihatnya.

Dea berpamitan untuk terlebih dahulu berangkat ke toko bunga, dengan alasan dia takut keadaan toko seperti hari kemarin

"Dadah Ralia sayang"

"Dadah Nona"

*

Dea melangkahkan kakinya dengan perlahan, sesekali dia melihat jam yang melingkar ditangannya baru menunjukan pukul tujuh. Masih terlalu pagi untuk sampai ditoko bunga.

Dea menarik nafas panjang menghirup udara pagi yang sudah lama tidak dia rasakan.
Pagi itu Dea terlihat bahagia senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Dia seperti mendapatkan semangat baru didalam harinya.
Andika sosok yang kini mengganggu pikirannya.

"Astagfirullohaladzim" Dea terkejut ketika berbalik melihat sosok yang telah mengganggu pikirannya kini tersenyum melambaikan tangan tepat didepannya disamping ferrari nya.

"iishhhh.... Sudah ku bilang jangan berpenampilan seperti itu... Bikin jantungku semakin berdebar aja" ucap Andika pelan ketika melihat leher Dea yang nampak begitu jelas karena Dea menggulung semua rambutnya.

Ditengah rasa terkejutnya diam diam Dea terpesona dengan penampilan Andika pagi itu yang terlihat berbeda.
Sebenarnya tidak ada yang berbeda masih sendal jepit, celana pendek, kaos putih oblong namun entah kenapa pagi itu Andika terlihat mempesona dimata Dea.

"Dea Dea Dea... Sadarlah, itu masih Andika yang sama.... Senyumnya itu benar benar mengalihkan duniaku... Dea Dea Dea... Sadarlah.. " gumam Dea dalam hati tak sadar matanya terus membidik Andika, bibirnyapun ikut tersenyum mengaguminya.

"Klik.... Andika memotret Dea dengan kamera digitalnya seketika membuat Dea tersadar dari kekagumannya.

"Aku pasti sudah gila" ucap Dea kembali melangkahkan kakinya langsung masuk kedalam mobinya melewati Andika begitu saja.

"Ayo masuk, tunggu apalagi. Kamu datang jemput akukan" Dea ketus memerintah membuat Andika tersenyum karenanya.

Didalam mobil sepanjang perjalanan Dea asik dengan ponselnya, dia kembali melanjutkan membaca berita tentang Kevin dan saat itu Andikapun diam tidak ada kata yang keluar dari mulutnya, sesekali dia hanya melirik Dea jika ada kesempatan.

"Apa kamu tidak memiliki pekerjaan lain selain mengikutiku? " tanya Dea memecah kesunyian yang hanya dijawab gelengan kepala saja oleh Andika.

"Aku rasa kamu cukup sehat dan waras untuk dibilang gila" tambah Dea lagi melihat Andika secara keseluruhan.

"apa kamu tidak memiliki pakaian lain selain yang kamu pakai? " Andika kembli menggelengkan kepalanya.

"Aku wanita keberapa yang kamu untit? "

"Hmmmmm....

"Aissshhhh.... Dea melirik Andika tajam karena Andika begitu lama berfikir.

Andika menyetir dan Dea asik melihat wajahnya di cermin yang diambil dari dalam tas slempangnya.

"Aku ini memang cantik" Dea memuji dirinya sendiri membuat Andika tersenyum karenanya.

Klik.. Suara kamera digital Andika kembali membidik wajah Dea yang terkejut karenanya.

"Inilah pekerjaanku, memotret wanita cantik" ucap Andika santai dengan cepat memasukan kamera digitalnya kedalam saku celana ketika Dea meminta kameranya.

"Ayo ambil aja" ucap Andika santai membuat Dea menatapnya karena bagaimana bisa dia mengambil kamera yang disimpan Andika didalam saku celananya.

"Ayo jalan, lampunya sudah kembali hijau" Dea ketus melirik Andika tajam.

Akhirnya setelah memakan waktu empat puluh menit akhirnya Deapun sampai di area parkir toko bunganya.
Andika menarik tangan Dea ketika Dea hendak keluar dari mobilnya.

"Apa lagi" tanya Dea melihat Andika yang secara tibatiba memakaikan syal di lehernya
Dea terkejut dan hanya bisa diam melihat Andika yang begitu dekat dengan wajahnya. Lagilagi jantungnya berdetak dengan kencang hampir tak bisa dia kendalika.

"Biar apa aku pake ini? Norak" tanya Dea jaim menahan senyumnya

"Tentu saja untuk menutupi lehermu, kamu sengaja mengikat rambutmu seperti itu biar semua orang bisa melihat lehermu" hentak Andika menggerutu memarahi Dea seperti seorang ibu memarahi anaknya.

"Rambutku yang di ikat kenapa kamu yang marah"

"Tentu saja aku marah, dati atas sampai bawah itu adalah miliku... Hanya aku saja yang boleh liat... MENGERTI"

"kenapa aku milikmu? Aku adalah miliku sendiri"

"ish ish ish ish ish.... Pake itu jangan sampi kamu mencopotnya atau aku akan.. "

"Iya iya iya aku akan memakainya... Berisik sekali" ucap Dea seraya keluar dari mobil Andika namun kembali Andika menarik tangannya.

"Apa lagi" tanya Dea langsung terdiam ketika sadar wajah Andika dekat dengan wajahnya.

"Apa sebelumnya kita pernah ketemu? " tanya Andika

"Aku hanya memastikan apa kita pernah bertemu atau hanya perasaanku saja" tambah Andika seketika Dea mendorongnya hingga dia kembali ketempatnya.
Deapun pergi meninggalkan Andika yang tersenyum terus mengikuti langkah kaki Dea dengan pandangannya.

**

"apa maksudnya dia seperti mengenalku?...
apa ada yang sudah aku lewatkan?
apa sebelumnya aku pernah mengenalnya?
Aaahhhh.... ingatanku jelek sekali...

Dea menggerutu seraya menggigit gigit pulpen yang dipegangnga seraya berfikir berusaha mengingat tentang Andika.

"Kamu kenapa berbicara sendiri? " tanya Rara yang masuk membawa karangan bunga tangan yang langsung diberikannya pada Dea.

"Apa ini? " tanya Dea bingung menerima bunga yang diberikan Rara

"Ada kiriman bunga untukmu"

"Dari siapa? "

"Tuh.. Rara menunjuk ponsel Dea yang bergetar langsung terlihat dengan jelas nama Andika yang menghubunginya.

"Dia bertanya bunga apa yang kamu suka, ya aku jawab saja kamu suka semua bunga tapi lebih suka bunga ammi. tapi dia malah pilih sendiri bunga babys breath mungkin dia mau kamu segera jadi mempelainya"
Rara teesenyum menggoda Dea yang mulai tersenyum wajahnya mulai memerah karena malu.

"Raraaa, jangan gitu ah. Akukan jadi malu"

"Aku sudah pacaran sama junot, kamu juga bisa mulai pacaran sama Dika"

"Rara...

"Dea...

"Rara...

"Apa Dea?... Andika lagi nunggu kamu di bawah pohon sana temuin" Rara tersenyum menggoda Dea yang menjadi malu karenanya.

Rrrrdddd.... Ponsel Dea bergetar dan saat itu Andikalah yang menghubunginya

" kenapa belum keluar? Ini sudah lewat dari jam makan siang, cepat keluar aku nunggu kamu ditempat biasa" ucap Andika langsung memutus panggilannya tanpa memberi kesempatan Dea untuk berbicara.

"Aku benar benar sudah gila jika sampai menyukainya" ucap Dea melihat sinis buket bunga ditangannya.

Dengan senyum dibibirnya Andika melambaikan tangannya pada Dea yang melihatnya dari depan toko bunga.
Andika terlihat sangat senang terlebih Dea masih memakai syal yang dipakaikannya juga membawa buket bunga yang dikirimnya.

"Lamban" ucap Andika ketika Dea sudah tepat berada didepannya.

"Itu pasti karena heels yang kamu pakai"

"Jangan protes apa yang aku pakai, lihatlah dirimu setiap hari memakai pakaian yang sama. Dan sendal jepit itu aishhhh.... Dea menggelengkan kepala menunjuk sendal jepit yang dipakai Andika.

"Apa kamu tidak pernah mandi? Aku rasa kamu diusir dari rumah makanya setiap hari hanya mengikuti kemanapun aku pergi"

"Benar sekali... SEMUA dari SEMUA yang kamu katakan benar sekali" sela Andika menghentikan Dea berbicara yang hanya dalam tarikan satu nafas saja.

"Ini" Andika memberikan satu kotak bekal makan juga minuman kaleng buat Dea.

"Tanganku penuh" ucap Dea menunjukan buket bunga dan ponsel seraya duduk disamping Andika

"Jadi kamu mau aku suapi" tanya Andika tersenyum membuat Dea meliriknya tajam seketika meraih kotak bekal juga minuman kaleng dari tangan Andika.

"Apa ada racun didalamnya? "

"Bukan racun tapi ramuan pelet" jawab Andika cepat kembali mendapatkan lirikan tajam dari Dea.

Andika merebahkan tubuhnya dibawah pohon, sementara Dea menyantap sandwich yang diberikan Andika yang dilihatnya tengah memejamkan matanya.

"Orang ini kenapa selalu tidur sembarangan" ucap Dea pelan berusaha menutupi wajah Andika dari sorot matahari yang menembus dedaunan membuat Andika menutup matanya dengan nyaman.

"Sepertinya aku hampir gila karena sudah mulai menyukainya" ucap Dea dalam hati melihat wajah Andika yang tak sadar sudah membuatnya tersenyum.

***

Jam sudah menunjukan pukul lima sore ketika Dea tengah membereskan semua hasil pekerjaannya.
Dea tidak ingin lagi pulang terlalu malam karena dia takut kembali bertemu dengan Rian.

"De, aku pulang duluan ya" ucap Rara ketika Junot datang dengan motor gedenya

"Aku cemburu melihat kalian pacaran" ucap Dea pelan melambaikan tangan pada Rara yang tersenyum bahagia melihat kedatangan Junot.
Tiba tiba Dea teringat sosok Andika yang saat itu tidak ada didepannya, padahal Andika biasanya selalu ada disetiap dia ingin pergi atau pulang. Namun sore itu tidak ada tanda tanda akan kedatangan Andika hingga Dea meminta satpam yang berjaga segera menghubungi taxi untuknya.
Dan sore itu Dea pulang diantar taxi menuju rumahnya.

Malam itu berlalu begitu saja namun Dea masih tersiksa dengan bayangan bayangan Andika yang terus hadir didalam lamunannya.
Dea memiliki nomor ponsel Andika namun Dea tidak berani untuk menghubunginya.

"Apa yang terjadi padaku" tanya Dea dalam hati seraya menarik selimut putih menutupi seluruh tubuhnya berusaha memejamkan matanya menepis bayangan Andika.

Bersambung....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience