hal 4

Drama Series 1133

Dea memarkirkan mobil yang dikendarainya ketempat semula, saat itu Ralia terlihat tidur nyenyak dikursinya membuatnya tak tega jika harus membangunkannya membuat
Dea hanya bisa menatap wajah polos Ralia saja.

"Apa ibu marah jika Ralia tau ayah" ucap polos Ralia yang kembali terdengar jelas ditelinga Dea yang membuat matanya berkacakaca.

"Non, biar bibi bantu" bisarah mengetuk kaca mobil mengejutkan Dea.

*

Jam menunjukan pukul sepuluh malam ketika Aya tengah berdiri didepan jendela kaca melihat bunga ditaman yang tengah diguyur air hujan.
Saat itu entah apa yang dipikirkan Aya namun dari raut wajahnya tergambar jelas bagaimana dia menyimpan kesedihan mendalam yang terus dia tutup rapat agar tidak ada orang yang mengetahuinya.
Aya berdiri sendiri ditemani suara gemuruh air hujan, sesekali terdengar suara petir namun Aya tetap berdiri melihat jendela kaca yang basah diguyur air hujan membuatnya semakin larut dalam kenangan.

Aya kembli mengingat bagaimana senyum diwajah neneknya, nenek yang sangat menyayanginya, nenek yang sampai akhir hayatnya masih menganggap jika Aya masih bersama dengan Kevin. Kevin yang saat itu seperti memanggilnya terlihat tengah berdiri didepannya mengulurkan tangan menyambut uluran tangannya. dan semua itu hanya ilusinya karna kini Kevin sudah bahagia dengan Angelina wylon.

Tidak ada yang tau jika selama ini Aya hidup dengan bayang bayang Kevin yang tak mudah untuk dihindarinya.
membuatnya merasakan rindu bagai hati tertusuk sembilu.
merasakan sepi bagaikan pisau mengiris hati. Batin Aya begitu amat sangat sengsara tersiksa
raganyapun merana seperti malam ini, ditengah derasnya air hujan Aya kembali tersiksa kenangan indah yang sudah dilaluinya bersama Kevin. Dalam lubuk hati Aya tidak bisa bohong jika dia masih berharap jika Kevin kembali disisinya dan itu terlihat dari cincin permata biru yang terus dipakainya.

sampai kapan aku harus begini?
sampai kapan aku mampu bertahan?
sampai kapan aku akan mencari hingga menemukan jawaban dari semua pertanyaan?

Aya bergumam dalam hati dengan mata yang mulai berkacakaca.
Aya merasa semenjak hari itu dia seperti jasad tak bernyawa, hanya bisa diam membisu. mungkin jika bukan karena kehadiran Ralia dia sudah memilih lenyap dari mukabumi daripada harus menjalani hari hari yang untuk bernafas saja begitu sulit meski dia sudah memiliki segalanya.

"Ibu.... " ucap Ralia terbangun dari tidurnya memanggil Aya didepan pintu kamarnya. Aya terkejut, seketika dia menyeka airmata dipipinya dengan kedua tangan setengah berlari menghampiri Ralia.

"kenapa Ralia bangun" tanya Aya langsung menggendong tubuh mungil Ralia yang langsung memeluknya.

"Ralia takut"

"Ralia tidak usah takut, ada ibu yang menjaga Ralia" ucap Aya tersenyum seraya menidurkan kembali Ralia ditempat tidurnya.

"Ibu... "

" hmmmm"

" Kapan Ralia diantar ayah kesekolah? " tanya Ralia membuat petir serasa menyambar tepat diatas kepalanya. Akhirnya pertanyaan yang paling ditakutkannya terdengar membuatnya menganga tak percaya taktau harus menjawab apa.

"Nadine, Elmira dijemput ayahnya. Ralia enggak"
ucap lembut Ralia terasa menusuk hati Aya membuat airmatanya meleleh membasahi pipinya dan terjatuh ditangan mungil Ralia.

"ibu nangis? " tanya Ralia seraya duduk menyeka airmata dipipi Aya dengan tangan mungilnya.

"Maafin Ralia, Ralia janji gak akan membuat ibu nangis lagi" Ralia ikut menangis ketika melihat Aya menitikan airmata anak kecil itu terlihat bersalah hingga Aya harus memeluknya, menenangkannya dan membuatnya tidur kembali. Dan tanpa sepengetahuan mereka Dea melihat semuanya dibalik pintu ikut menangis karena merasakan apa yang mereka rasakan. seperti air hujan yang semakin deras seakan ikut menangis mengerti apa yang Aya rasakan.

**

Pagi itu tidak seperti biasa Aya sudah terlebih dahulu berada dimeja makan membuat Dea yang baru keluar dari kamarnyapun terkejut.

"Nona" teriak Ralia membuat Dea tersenyum menghampirinya yang duduk di kursi tengah disuapi sarapan oleh Aya.

"Lihat Ralia pakai gelang yang bagus hadiah ulang tahun dari ibu" ucap Ralia polos menunjukan gelang emas putih motif bunga yang terlihat indah untuk dipakai anak seusia Ralia.

"Hmmm... ulang Ralia sekarang ya... Kok nona bisa lupa" Dea mengelus lembut rambut Ralia seraya mencium gemas pipinya.

"Selamat ulang tahun Ralia sayang" ucap Bisarah dan paman bersamaan dengan penuh rasa sayang memberikan kado pada Ralia.

"boleh Ralia buka nek? "

"tentu saja" jawab bisarah membuat Ralia semangat langsung membuka hadiah.

"sepatu" teriak Ralia ketika melihat isi kado dari bisarah dan paman adam yang ternyata adalah sepatu warna kuning kesukaannya.

"terimakasih nek" Ralia memeluk bisarah

"sama kakek gak meluk? " tanya paman adam yang langsung mendapatkan pelukan juga dari Ralia.

"Nona, mana hadiahnya" tanya Ralia pada Dea dengan penuh harap

"Nona lupa"

"Aahhhhh nona" Ralia melipat kedua tangan dibahunya seraya meliriknya tajam.

"Nanti sorekan kita ketaman, nona jemput Ralia sepulang nona kerja ok. "

"Janji" Ralia mengacungkan jari kelingkingnya pada Dea yang langsung menyambut dengan acungan kelingkingnya.

Saat itu bersamasama mereka duduk disatu mejamakan menikmati sarapan seraya merayakan ulangtahun Ralia yang memangbseperti itulah setiapkali mereka merayakannya.
Setelah sarapan semua berjalan seperti biasa. Aya mengantar Ralia sekolah dengan mobil mewah yang paman kendarai sementara Dea lebih memilih taxi untuk mengantarnya ketoko bunga.

Jam menunjukan pukul delapan pagi ketika Aya sampai disekolah dan berbincang seperti biasa dengan Ms. Shopia guru Ralia.
Hari itu Aya tidak ikut kekebun bunga bersama paman, dia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan Ralia.
Aya melihat bagaimana Ralia bergaul dengan temanteman seusianya, Aya melihat Ralia begitu fokus ketika belajar dan menggambar dengan crayonnya.

"Ibunya Ralia, bisa kita bicara sebentar? " tanya Ms. Shophia pada Aya
Aya menganggukan kepala dan mengikuti Ms. Shophia keruangan yang mereka masih bisa melihat apa yang dilakuan Ralia juga teman temannya.
Ms. Shopia terlihat serius ketika berbicara pada Aya, entah apa yang mereka bicarakan namun semua mengenai Ralia.

"mohon maaf, saya tidak bermaksud menyampuri urusan keluarga. Tapi akhir akhir ini Ralia tidak seperti biasanya. Ralia lebih banyak diam bahkan tiba tiba menangis tanpa alasan"
ucap Ms. Shopia membuat Aya terus menatap gambar yang dibuat Ralia. Gambar seorang laki laki yang menuntun anak kecil dan Aya mengerti betul apa arti dari gambar itu gambar yang membuat matanya berkacakaca.

"Ibu.... " teriak Ralia berlari menghampiri Aya dengan ranselnya.

"Ibu... "Ucap Ralia pelan memeluk erat Aya yang juga memeluknya.

"maafkan ibu sayang.. mamafkan ibu" ucap Aya dalam hati semakin erat memeluk Ralia.

Aya merasa bersalah pada Ralia, betapapun Aya berusaha memenuhi keinginan Ralia dia tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan Ralia.

Hari itu seperti harihari sebelumnya Aya banyak menghabiskan waktunya untuk Ralia. Mereka bermain ditaman rumah dan Aya mengajarkan Ralia bagaimana menanam bunga juga merangkai buket bunga.

"Ralia senang? " tanya Aya tersenyum menyisir rambut Ralia yang baru saja dimandikannya

"Ralia sangaaat senang... apa ibu juga senang? " Ralia balik bertanya dengan senyum dibibir mungilnya.

"Tentu saja... Karena Ralia ibu jadi sangat bahagia" jawab Aya memeluk Ralia yang juga memeluknya.
Aya menguncir rambut panjang Ralia membuat Ralia terlihat cantik dan imut karenanya.

"Ralia.... " teriak Dea memanggil Ralia yang saat itu berada dikamar Aya.

"Nona sudah datang" ucap Ralia sumringah pada Aya yang tengah merapikan rambutnya.

"Nona.., Ralia disini... " Ralia berlari menghampiri Dea meninggalkan Aya yang melihatnya dengan senyuman.

"Nona.... " Ralia memeluk Dea

"Sudah siap? " tanya Dea pada Ralia yang langsung menganggukan kepala.
Tidak menunggu lama Dea langsung mengajak Ralia pergi ketaman kota untuk bermain layang layang sebagaimana yang sudah dia janjikan setelah sebelumnya Ralia berpamitan pada Aya yang meminta Dea agar menjaga Ralia.

"Siap"

"Siap" teriak Ralia sembari memakai kacamata mengikuti apa yang Dea lakukan. Dan kini mereka berduapun pergi dengan mobil mewah berwarna kuning yang memang selalu menjadi pilihan Ralia jika Dea mengajaknya pergi bersama.
Sepanjang perjalanan mereka tertawa dan bernyanyi bersama mengikuti lirik lagu juga bergoyang mengikuti irama. dan Dea melihat Ralia begitu bahagia.

Taklama akhirnya mereka berduapun sampai tepat ditempat parkir yang sudah tersedia. Dea melihat pemandangan taman dikota itu memang tenang meski ada banyak orang, sangat indah dengan warna warni bunga bunga, sangat hijau dengan hamparan rumput sepanjang mata memandang dan sangat teduh dengan pohon yang tengah mengeluarkan bungabunga. Dea merasa suasana saat itu seperti suasana didesanya dengan semilir angin yang mengibaskan ramput panjangnya.

Ketika Dea membantu Ralia turun dari mobil terdengar suara yang memanggil Ralia.
"Ralia... " teriak seseorang lagi yang wajahnya masih dicaricari Dea juga Ralia. Dan ternyata suara itu berasal dari Andika yang datang menghampirinya.
Dea langsung memegang erat tangan Ralia karena Andika yang memanggil Ralia kini menghampirinya.

"Hay, Ralia sayang... Selamat ulang tahun ya" sapa Andika membuat Dea tersenyum sinis karenanya. Sementara Ralia terdiam tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya bahkan ketika Andika memberikan paperbag pun Ralia terkesan takut dan semakin memegang erat tangan Dea.

"Ralia kenapa? " tanya Andika namun Ralia tetap diam tak menghiraukan. Sementara Dea masih melihat Andika dengan pandangan sinisnya.

"Apa paman seperti orang jahat? " tanya Andika pada Ralia yang kala itu langsung menggelengkan kepala namun dengan cepat
dia juga langsung menganggukan kepalanya..

"Tentu saja kamu seperti orang jahat. Kaos oblong putih, celana pendek, sendal jepit dan tentang jam tangan yang kamu pakai kamu pasti mendapatkannya dengan memeras orang" gumam Dea dala hati melihat secara keseluruhan penampilan Andika yang masih belum berubah dari awal mereka bertemu.

"apa dia gak mandi? " Dea berfikir

"Nona ayo kita main" teriak Ralia membuat Dea sadar seketika langsung kehilangan Ralia yang kembali terlihat akrab dengan Andika.

"Hey.... Tunggu kamu mau bawa Ralia kemana? " Dea berlari mengejar Andika yang menuntun Ralia memasuki area taman.

Dea mengikuti langkah Andika. Dea melihat saat itu Ralia terlihat nyaman berada disamping Andika, mereka berdua berbicara seperti sudah lama saling mengenal dan tidak ada yang bisa Dea lakukan kecuali tersenyum menganggukan kepala ketika Ralia meminta pendapatnya.

"Kita mainnya disini saja, dibawah pohon biar nyaman" ucap Andika seraya duduk dibawah pohon meminta Ralia duduk di sampingnya.

"Hey nona, lain kali kalau ketempat seperti ini jangan memakai heels jadi susah sendirikan jalannya" ucap Anadika setengah berteriak tersenyum melihat Dea yang sedikit kesulitan berjalan diatas rumput ketika hak pada heelsnya menancap ditanah.

"perlu bantuan" tambah Andika tersenyum membuatnya mendapat lirikan tajam dari Dea.

"Memang siapa yang membuatku kesulitan berjalan, kamu membawa kita sangat jauh dari tempat parkir" Jawab Dea menghampiri melihat Ralia yang tengah asik membuka hadiahbdari Andika.

"Kamu cantik kalau lagi marah" goda Andika membuat Dea terperangah tak percaya dengan apa yang didengarnya.

(ih Deamah gak pernah digombalin cowok kayanya dibilang cantik aja udah klepek2 hehe)

Andika beranjak dari tempatnya menghampiri Dea yang masih berdiri ditempatnya. Andika melepas heels yang dipakai Dea mengganti dengan sendal jepit yang dipakainya.

"Siapa bilang aku mau pake ini"

" jangan banyak bicara, udah pake aja" sela Andika

"Oh iya kita belum berkenalan, Andika? " Andika meraih tangan Dea untuk bersalaman dengannya

"Lepasin gak? "

"Bilang dulu siapa nama kamu? " Andika tersenyum memegang erat tangan Dea yang terus berusaha melepasnya menolak untuk memberitau namanya.

"Ralia nama bibi kamu siapa? " teriak Andika pada Ralia yang tengah asik memainkan mainan hadiah ulangtahunnya dari Andika.

"Nona Dea" jawab Ralia polos membuat Andika tersenyum masih memegang erat tangan Dea.

"Dea.. Dea... Dika dan Dea... apa kita berjodoh? " ucap Andika konyol membuat Dea jijik melihatnya.
Dea menarik nafas panjang dan langsung menggigit tangan Andika hingga tangannya terlepas dari pegangannya.

"Tanganku harus diamputasi, kalau tidak aku akan geger otak dan jadi zombi" Andika mengelus2 tangannya yang digigit Dea

"Kerusakan hati dan jantung bukan geger otak" sela Dea pelan meninggalkan Andika menghampiri Ralia dan duduk disebelahnya.

"Seharusnya aku membawa kamera.... " gerutu Andika menghampiri Dea dan Ralia dengan heels ditangannya.

" suasana seperti ini yang aku tidak dapat dinegara orang, senang akhirnya bisa kembali" Ucap pelan Andika seraya merebahkan tubuhnya disamping Ralia melihat hamparan biru langit yang begitu nampak indah dipandangmata.

"apa dia tidur? " Dea bergumam melihat Andika yang memejamkan matanya

"Tidak usah melihatku seperti itu, aku sudah tau jika aku ini tampan" Dea terkejut ternyata Andika tau jika dia tengah memperhatikannya.

"Nona ini bagaimana caranya? " tanya Ralia menunjukan puzle yang diberikan Andika
Dea membantu Ralia menyusun puzlenya dan saat itu Ralia terlihat bahagia karena puzle adalah mainan kesukaannya.

"Hadiah nona mana? " tanya Ralia polos melihat Dea dengan senyum lucunya

Tanpa menghiraukan Andika yang tengah nyenyak didalam tidurnya Dea mengambil sesuatu didalam tas slempangnya. sesuatu itu adalah kalung berliontin hati dan ketika dibuka didalam liontin itu ada foto lama Aya dan juga Kevin ketika menikah.

"ini siapa? " tanya Ralia menatap Dea

"ini ayah Ralia"

"Ayah"

"Iya, itu ayah sama ibu ketika menikah jauh sebelum Ralia ada"

"Apa ayah pergi? "

"Nona belum bisa bilang, jika sudah saatnya nona pasti bilang sama Ralia....
Suatu saat Ayah pasti akan datang melihat Ralia yang cantik dan juga pintar"
jawab Dea memeluk Ralia yang tengah seksama memperhatikan wajah Kevin ayahnya.
Dea meminta Ralia untuk berjanji jangan sampai Aya tau jija Ralia memiliki liontin itu, Dea meminta Ralia untuk menyimpan kalung berliontin hati itu.

"Janji"

"Janji" Ralia mengangkat jari kelingkingnya mengikuti apa yang Dea lakukan.

"Nona, Ralia boleh main layang layang? " tanya Ralia membuat Dea meng iyakan meminta agar Ralia tidak jauh jauh bermainnya.
Ralia berlari dengan layang layang yang sudah disediakan ditaman, Ralia terlihat senang bergabung dengan anak anak seusianya yang datang menghampiri membuat Dea yang melihatnya ikut tersenyum.

" bukankah ini Cakra Kevindo? Lalu siapa orang yang disampingnya? " ucap Andika membuat Dea langsung menoleh kearahnya dan matanya terbelalak ketika melihat kalung berliontin hati yang diberikan kepada Ralia kini berada ditangan Andika

"Sejauh yang aku tau istrinya Angelina wylon" tambah Andika memperhatikan namun dengan cepat Dea meraih kembali kalung itu dan memasukannya kembali kedalam tas langsung melihat Ralia yang asik bermain layang layang.
Andika yang melihat itu langsung duduk karena terkejut ketika tibatiba Dea merampas apa yang ada ditangannya.

"Kenapa kamu melihatnya? Seharusnya kamu tidak menyentuh apa yang bukan milik kamu. Dengar ya, sedari awal kita itu tidak saling kenal... Meski kamu pernah menolongku dan kamu akrab dengan Ralia bukan berarti kamu berhak menyentuh apapun yang bukan milik kamu" Dea terlihat dengan amarah terpendamnya membuat Andika terkejut dan bingung dibuatnya.

" ya... ya... ya... Aku akan pergi" sela Andika beranjak dari duduknya pergi meninggalkan Dea dan bergabung bersama Ralia bermain layang layang sementara Dea masih terlihat dengan amarah yang ditahannya.
Dengan mata berkacakaca Dea melihat Andika yang bermain tanpa menggunakan alaskaki. Saat itu entah kenapa hati Dea terasa sesak dan gampang sekali terpancing amarah padahal jika diingat kembali sedikitpun Andika tidak melakukan kesalahan.

Bersambung....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience