hal 6

Drama Series 1133

20 menit yang lalu....
Andika terlihat mengeluarkan semua isi dari tas Dea di atas jok mobil.

"Lipstik, bedak, pensil alis, maskara... Apa semua wanita tidak bisa lepas dari ini?" tanya Andika pada dirinya sendiri

"Paman, ini... " ucap Ralia seraya memberikan ponsel Dea yang ternyata ada didalam saku baju Ralia dan memeng ponsel Dea lah yang saat itu Andika cari.
Andika membuka ponsel Dea yang ternyata Ralia tau sandi dari ponsel Dea.
Andika mencaricari nama di kontak ponsel Dea dan akhirnya berhasil menghubungi kerumah tepatnya menghubungi Aya jika saat ini Dea berada dirumahsakit.

"Cckrrackk... Suara pintu dibuka membuat Andika tersadar dari lamunannya.

"Nona Dea... " Setengah berlari bisarah diikuti paman adam menghampiri Dea yang masih tak sadarkan diri dengan pipi yang mulai bengkak dan lebam. Sementara saat itu Aya langsung menghampiri Ralia yang tengah tidur nyeyak disofa.

"Kalo begitu saya pulang dulu om, bibi " Andika sopan berpamitan mengira jika paman dan bibi adalah orang tua Dea.

"terimakasih sudah membawa dan menjaga Ralia" sahut Aya hanya dijawab senyuman saja oleh Andika yang sekilas membandingkan wajah Aya dan wajah yang ada diliontin yang kini dipakai Ralia.

"Besok saya datang lagi boleh? " tanya Andika sebelum benarbenar keluar dari ruangan dimana Dea dirawat.

"Datanglah, Dea juga harus berterimakasih sama orang yang sudah membawanya sampai disini" Aya tersenyum melihat Andika yang juga tersenyum padanya.

*

Jam menunjukan pukul delapan pagi ketika Dea perlahan membuka matanya, Dea merasa badannya terasa sakit. ketika melihat infusan ditangannya dia baru ingat tentang kejadian kemarin. Baru sadar bagaimana Rian menghantam wajahnya dan baru ingat tentang Andika juga Ralia.

"Nona sudah bangun? " tanya bisarah yang ternyata ada disamping Dea

"Ralia dimana bi? "

"Semalam dibawa pulang sama nona Aya" jawab bisarah seraya membantu Dea untuk duduk

"Nona tidak apa apakan? "

" hanya pusing bi" jawab Dea bersandar dan langsung menerima semangkuk bubur dari bisarah.

"Bibi inget Rian ga? " tanya Dea seraya melihat wajahnya dari pantulan kaca tembus pandang yang memperlihatkan pemandangan luar yang begitu jelas.

"Tentu saja bibi ingat, mana mungkin bibi lupa non... Rian yang pernah nyulik nona itukan? "

"Iya itu, dia ada lagi bi... Dan Rian juga yang udah bikin Dea begini"

"Aduh non, apa mulai sekarang paman harus antar jemput nona lagi biar Rian gak ganggu nona lagi... atau kita lapor polisi aja... " bisarah kuatir namun Dea menolak untuk melaporkan Rian karena dia merasa Rian tidak menjadi ancaman lagi buatnya.

Sekilas Dea mengingat kejadian duatahun yang lalu dimana Dea masih awal awal masuk kuliah dan dia masih polos belum kenal juga tidak pernah dekat dengan lakilaki karena satusatunya sahabat buatnya adalah Rara.

Hari itu Dea sepulang kuliah terjebak diantara anak anak SMA yang tengah tawuran Dea bersembunyi disebuah toko yang sudah lama kosong karena takut jadi sasaran.
Secara tidak sengaja Dea menyaksikan apa yang tengah dilakukan Rian. Saat itu Rian tengah bertransaksi obat obatan terlarang.
Rian mengetahui jika Dea sedang menguping dan Rian terlihat senang melihat Dea namun Dea terlihat pucat berkeringat ketika melihat Rian tepat didepannya.

Sebenarnya sewaktu SMA Rian pernah mengutarakan perasaannya pada Dea namun Dea menolaknya.
Karena beda sekolah mereka lama tidak bertemu namun ternyata Rian memendam rasa yang berlebih alias semakin terobsesi dengan Dea. Rian memang sudah lama menjadi penguntit Dea dan sempat membahayakan Dea dengan menculik Dea dijalan sepulang sekolah padahal saat itu dia masih berseragam SMA.
Dea disekap Rian digudang pertokoan lama selama dua hari. Tangan dan kakinya diikat mulutnya disumpal namun Rian memperlakukan Dea dengan istimewa meski harus memaksa,
Rian tidak menyentuh Dea, tidak menyakiti Dea namun apa yang dilakukan Rian membuat Dea trauma terlebih Dea ingat bagaimana dia harus berusaha keras untuk kabur ketengah jalan hingga ada sebuah mobil yang hampir menabraknya dan akhirnya membawanya kerumahsakit dan kembali bertemu dengan Aya.

Apa yang dialami Dea saat itu semua dilaporkan kepada polisi namun karena kurangnya bukti Rian bebas begitu saja dan itu membuat Dea butuh waktu lama untuk melupakan penyekapan itu.

Semenjak saat itu Dea tidak pernah keluar rumah sendiri selalu ada paman yang mengantar meski Rian tak pernah lagi ditemuinya.
Dan hari itu siang itu setelah sekian lama ketakutan Dea kembali ketika dia menguping orang berbicara dan Rianlah yang ada disana namun saat itu Dea beruntung karena meski Rian memergokinya dia tidak bisa berbuat apa apa karena polisi keburu datang dan Rian bersama temantemannya pergi lari menjahui Dea yang pingsan karena ketakutan.

Dan kini mereka kembali dipertemukan membuat Dea kembali memupuk keberanian menepis semua ingatan traumanya.

"Apa bibi sekarang harus melapor polisi? " tanya bisarah membuat Dea terenyuh

"Tidak perlu bi" Dea menggelengkan kepala

"Ckkkrracckk.... Suara pintu dibuka dan ternyata Andikalah yang membuka.
Dengan cepat Dea berbalik badan dia tidak mau jika Andika melihat wajahnya yang bengkak dan lebam.

"Siang bi" sapa Andika tersenyum pada bisarah yang juga membalas senyumannya

"Bibi keluar dulu non, sepertinya paman sudah datang" kata bisarah tersenyum mengerti dan langsung keluar tanpa mendengar jawaban Dea.

"jadi itu bukan ibu kamu? " tanya Andika pada Dea yang membelakanginya.

"kalo dia ibuku emangnya kenapa? " jawab Dea tanpa melihat Andika yang mendekatinya.

"Aku mau minta restulah mau apa lagi" jawab cepat Andika membuat Dea tak sadar langsung melihatnya, namun tak lama seketika Dea langsung kembali membelakangi Andika karena dia merasa penampilannya saat itu tidak mendukung untuk berhadapan dengan seseorang.

"Tidak usah seperti itu, kamu tetap cantik kok buat aku" ucap Andika duduk disamping Dea yang terperangah karenanya.

"Apa kamu tidak punya pakaian lain? "

"Aku sudah ganti baju" jawab cepat Andika merentangkan pakaiannya dengan bangga padahal Dea masih melihat itu adalah pakaian yang sama dengan pakaian yang sebelum sebelumnya.

"Sh Aww.... " Dea meraba pipinya yang terasa sakit ketik dia banyak bergerak.

"Jangan liat aku seperti itu... Aku malu.... " teriak Dea manja membuat Andika tersenyum karenanya.

"Siang... " ucap seorang dokter wanita datang sendiri menghampiri mereka dengan nampan berisi obat ditangannya.

"Awas... Bisik Dea ketus membuat Andika beranjak melihat Dea yang kembali merebahkan badannya.

Tanpa berlamalama dokter wanita itu langsung memeriksa Dea yang ternyata pada soreharinyapun Dea sudah bisa pulang.

"Bisa tolong bantu saya? " pinta dokter pada Andika.

"Perawat saya sepertinya kena diare" tambah dokter sembari memasukan obat pada suntikan

"Oh... " Andika tersenyum mengerti langsung menghampiri Dea dan membantunya menggulung baju dilengannya.

"Bukan disitu" hentak dokter seketika tangan Andika berhenti menggulung menatap Dea yang juga menatapnya secara bersamaan mengedipngedipkan matanya.

"Tidak usah sungkan, kalian pengantin barukan? " dokter itu tersenyum melihat Andika

"Kami baru mau nikah dok" jawab Andika cepat dengan wajah yang dibuat riang meski sebenarnya dia merasa tidak nyaman

"Pergi sana" Dea melempar bantal tepat ke wajah Andika

"Maaf dok.. Maaf maaf saya telat" ucap seorang perawat yang datang dengan terburu buru menghampiri Dea membantu Dea mengubah posisi tidurnya.

"Eit.... Jangan dulu dok saya belum keluar...
Ucap Andika seraya menutup kedua matanya dan keluar ruangan meninggalkan Dea yang tak sadar tersenyum karenanya.

"Saya pikir kalian sudah menikah, ternyata kalian masih berpacaran" ucap itu seraya menyuntikan obat di bagian yang Andika tidak boleh melihatnya.

**

Sore itu setelah menyelesaikan administrasi dirumah sakit Deapun pulang dijemput paman juga Aya.
Dea masuk kedalam mobil yang dikendarai paman tanpa mempedulikan Andika yang sedari awal terus mengikutinya.
Dea seperti tidak peduli akan apa yang sudah diperbuat Andika untuknya dan kembali sebelum pergi Aya lah yang berterimakasih pada Andika atas apa yang sudah dilakukannya pada Dea.

"Sudah berapa lama kamu kenal sama Andika? " tanya Aya membuat Dea terkejut langsung menoleh kearahnya.

"Aa..... Dea berfikir apa yang harus dikatakannya.

"Apa Andika temanmu? " Tanya Aya lagi membuat Dea terpaksa menganggukan kepalanya.

"Oh" Aya mengakhiri membuat Dea menghela nafas lega karena Aya tak lagi bertanya padanya.

Akhirnya setelah menpuh waktu kuranglebih setengah jam merekapun sampai juga dirumah yang ternyata Ralia dan bisarah sudah menunggu mereka di teras depan rumahnya.

"Nona... Ralia berlari merentangkan tangannya memeluk Dea yang juga memeluknya

"Nona, apa ini masih sakit?" tanya Ralia menunjuk pipi Dea yang memang terlihat masih memar.

"Sakit Nona langsung hilang karena sudah lihat Ralia" jawab Dea seraya menuntun Ralia masuk kedalam rumah menuju kedalam kamarnya.

"Ralia malam ini tidur sama nona mau? "

"Mau.... Ibu, Ralia mau tidur sama Nona boleh? " teriak Ralia pada Aya yang kala itu tengah menaiki anak tangga.

"Boleh" Aya tersenyum pada Ralia membuat Ralia sumringah bahagia akan tidur dengan Dea.

Dea membawa Ralia masuk kedalam kamarnya, saat itu untuk makan malam bisarah membawa porsinya Dea juga Ralia kedalam kamar. Bersama Dea, Ralia terlihat senang dan nyaman terlebih Dea sangat menyayangi Ralia.
Banyak sekali yang Ralia ceritakan kepada Dea tentang sekolahnya dan dengan senang hati Dea menjadi pendengar yang baik buat Ralia meski pikirannya saat itu tertuju pada sosok laki laki yang baru dikenalnya namun sudah berhasil mencuri perhatiannya.

Dea kembali mengingat semua kejadian ketika bersama Andika. dari awal pertemuan yang tak disengaja didalam taxi, cara Andika menyelamatkannya dari Rian, ketika dia mengantar Andika dengan mobilnya, kebersamaannya ditaman, direstoran dan yang terakhir dirumahsakit semua tak luput dari ingatan Dea yang semakin dipungkiri senyum Andika semakin jelas terlihat dikelopak matanya membuatnya tak sadar jika dia sudah tersenyum karenanya.

"Nona... Nona...." Ralia terus memanggil Dea yang masih larut didalam lamunannya.

"Nonaaaa.... Panggil Ralia lagi membuat Dea akhirnya sadar dan menghilangkan senyum tak jelas dibibirnya.

" apa sayang"

"Ralia ngantuk"

"Oh.. Sini Nona peluk, biar Ralia tidur nyenyak"

Dan malam itupun Ralia tidur didalam pelukan Dea yang merasa sulit untuk memejamkan mata karena pikirannya selalu tertuju pada Andika yang senyumnya selalu terbayang jelas di benaknya.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience