SELESAI

Romantic Comedy Series 1256

Perang dingin yang di tunjukkan Alex maupun Budi sangat terasa diacara itu. Lirikan sinis saling terpancar dari mereka. Kini giliran Cilla beraksi. Ditengah acara akan usai, ia meminta Sinta menemaninya untuk ke sebuah ruangan bersamanya.

"Kak anterin aku sebentar boleh nggak?"
"Kemana Cill?" tanya Sinta.
"Ini disuruh tanda tangan kontrak Joi buat ngisi acara lagi bulan depan disini," jawab Cilla.
"Ya udah anterin aja yang," timpal Budi.

Siasat Cilla menjauhkan sementara Sinta dari Budi akhirnya berhasil. Ia memberi kode pada Jo dengan menggangguk pelan. Jo yang paham segera mengajak Alex agar mengantarnya ke back stage.

"Lex, anterin gue sebentar yuk!" ajak Jo.
"Kemana? Mencret lu?" terka Alex.
"Ikut bentar aja ke back stage," ajak Jo menarik tangan Alex.

Sesampainya di back stage, Chilla telah mengirim pesan singkat pada Budi agar menemui Jo di back stage untuk membantunya mengerjakan sesuatu. Tanpa curiga sedikit pun Budi mencari keberadaan Jo. Di sebuah ruangan khusus tertulis "Joi and Family" Budi masuk ke dalamnya. Ternyata telah duduk disana Jo bersama Alex.

"Alamak, ngapain pula aku kesini," gumam Budi.
"Mbud sini dulu," ujar Jo berdiri.
"Kalau nggak ada yang penting gue balik, jangan buang-buang waktu gue," jawabnya.

Jo menarik sebuah kursi di hadapannya. Menepuk kursi itu agar Budi duduk disana. Alex yang malas membuang muka dari tatapan Budi.

"Sekarang kita ngobrol dulu bertiga, biar saling ngerti apa sih yang salah disini," jelas Jo.
"Satu-satunya yang salah ya temen lu itu, hobi banget fitnah orang," ucap Budi menyindir.
"Belum apa-apa aja udah batu, urusin sana temen lo," timpal Alex.
"Please turunin ego masing-masing. Sekarang ngomong satu-satu," ujar Jo menengahi.

Saat suasana mulai mereda, baik Alex maupun Budi saling diam tak berkata. Jo makin kesal dengan kelakuan kedua sahabatnya itu.

"Oke lah serah lu pada mau gimana, mau baku hantam juga sok lah lieur," ucap Jo meninggalkan ruangan.

Seketika suasana menjadi awkard antara Alex dan Budi. Mereka bingung harus melakukan apa tanpa moderator seperti Jo.

"Lu kalo masih batu nggak usah ngomong sama gue, lagian kapan gue nyusahin temen," ucap Alex memulai percakapan.
"Kalo lu jelasin dari awal dan nggak belibet gue juga bakalan dengerin," timpal Budi tanpa menoleh.

Sementara itu Cilla dan Sinta berada di ruangan lain.

"Mana sih Cill, seriusan kamu taro sini? Ini kita udah nyari bolak balik nggak ada dokumennya," keluh Sinta membolak-balikkan berkas.
"Iya coba cari lagi deh kak disitu tuh," tunjuk Cilla ke arah laci meja.

Braaakkk

"Maaf maaf," Jo membuka pintu dengan keras.
"Jo bukannya lagi ngurusin urusan Joi di back stage?" tanya Sinta heran.
"Udah selesai urusannya," jawab Jo singkat.

Sinta merasa ada yang tidak beres pada Budi dan Alex. Ia segera mengambil langkah seribu untuk menemui Budi.

"Kak mau kemna Kak ...!" Cilla berteriak memanggil Sinta yang telah hilang dari pandangannya.
"Udah bund biarin aja, capek aku damaikan mereka," timpal Jo.
"Ih tahu gitu kamu handle Sinta aja," ketus Cilla meninggalkan Jo.
"Ya ampun sangat kasihan sekali Papa Jo di tinggalkan sahabat dan kekasihhya, hufftt ...."

Sinta menemukan Alex dan Budi di ruangan VIP itu. Terlihat mereka tengah berpandang sengit. Sinta mencoba mengajak Budi pulang bersamanya.

"Sayang anterin aku pulang yuk!" ajak Sinta.
"Oke yuk."

Tak terlihat raut wajah sengit diantara keduanya. Sinta yang sedikit panik hanya bisa mencari tahu melalui Budi pikirnya.
Tepat di depan pintu keluar kafe telah berdiri Jo bersama Cilla. Jo yang heran menatap aneh saat Alex berada di belakang mereka.

"Jo kita pamit duluan ya," ucap Budi melambaikan tangan.
"I ... iya."
Kemudian disusul Alex yang mengajak mereka pulang bersama.
"Jo yok balik dah capek gue mo tidur," ujarnya mengangkat alis.
"Bentar, lu nggak baku hantam di dalem tadi? Kok muka masih mulus?" tanya Jo memegang wajah Alex.
"Udah aman, yok lah kalo nggak gue pulang duluan nih."
"Ya udah yuk ah, lengket badan mo mandi nih," timpal Cilla.

Mereka pun pulang bersama. Sepanjang jalan Alex tersenyum menyeringai tanpa sebab. Jo dan Cilla sudah tak ingin ikut campur urusan mereka. Terbukti mereka diam dan tak menanyai Alex lebih dalam.

~~~~~~~

Di dalam mobil Budi dan Sinta saling terdiam. Hanya suara musik yang memecah keheningan mereka. Sinta yang tidak dapat menahan penasarannya akhirnya membuka suara.

"Yang, tadi kamu sama Alex nggak berantem kan?" tanyanya.
"Kamu pengennya kita berantem emang?" tanya Budi berbalik.
"Bukan gitu, tapi kalian kan lagi perang dingin udah seminggu, terus tadi ketemu ngobrolin apa aja?" Sinta terus mencecar pertanyaan.

Budi mengecilkan suara musik di mobilnya. Mengencangkan AC dengan kekuatan ekstra. Kali ini rencananya untuk menyelidiki Sinta dimulai.

"Yang, kamu tahu kan Alex itu cemburu sama kita?"

Sinta mulai kebingungan. Ia menjadi salah tingkah dan membuang pandangannya keluar jendela.

"Terus aku juga tahu kok kamu mantan dia, aku nggak marah," lanjut Budi.
"Iya tapi kan itu dulu sayang, sekarang kan aku pacar kamu," jelas Sinta.
"Iya aku juga nggak suka sama Alex, dia bad boy. Bisa-bisanya dia bilang ke aku kalo kamu itu nggak baik, padahal dia cuman cemburu aja," jelas Budi.

Sinta tersenyum sinis mendengar pernyataan Budi. Kini misinya berhasil untuk balas dendam pada Alex. Entah mengapa ada kemenangan tersendiri di dalam diri Sinta untuk mengakuinya.

"Dia emang nggak bisa move on dari aku, seberapa keras dia coba juga dia nggak akan bisa," jawabnya bangga.
"Dasar bucin," timpal Budi untuk memanas-manasi Sinta.
"Syukur deh kalo gitu, jadi dia nggak semena-mena lagi sama cewek. Gonta-ganti sesuka udel dia, emang dikira cewek boneka apa, mampus kebakaran jenggot," jelas Sinta terpancing.

Tepat berhenti di depan rumah Sinta, Budi mengerem mobilnya seketika. Membuat tubuh Sinta hampir terpelanting ke arah depan.

"Aduh, yang pelan-pelan dong ngeremnya, nanti kalo aku ke jedot gimana?" bentak Sinta.
"Oke udah kan silahkan turun," ujarnya tersenyum.
"Loh kok kamu jadi aneh gini kenapa? Aku salah ngomong ya?" Sinta mengkrenyitkan dahinya.
"Bukan salah ngomong, kamu cuman salah orang kalo mau main-main sayang. Silahkan keluar dan kita selesai," jelas Budi.

Sinta yang tak terima di perlakukan seperti itu sontak keluar dari mobil. Ia membanting pintu mobil Budi sekencang-kencangnya. Kini rencana jahatnya menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

"F*ck b*tch," umpat Budi menancapkan gasnya.

~~~~~~~~~~

"Ahahahahaha bangke itu emang cewek, bisa-bisanya bikin geng ABJ perang dingin seminggu emang siapa dia," umpat Jo.
"Makanya Bang, kalo suka sama cewek itu selidikin luar dalemnya dulu," timpal Cilla.
"Iya sue banget dah, padahal dapetin yang kek dia sepuluh juga gampang," jawab Budi.
"Udah udah yang penting kita sekarang kan ngumpul lagi, jadikan prlajaran aja ke depannya buat saling percaya dan nggak batu kek si Jembud lagi," ucap Alex.

Mereka akhirnya saling berpelukan bak teletubies. Kini kebersamaan geng ABJ telah kembali dengan putusnya kisah cinta Budi dan Sinta. Tidak hanya itu, Alex menjadi bisa move on setelah kejadian yang menyebalkan itu.

"Kayaknya cuman rumah tangga kita yang adem ayem ya bund," ucap Jo melirik ke arah Cilla.
"Enak aja, urusan di kafe tadi belum beres ya. Apa-apaan kerjanya cuman lirik sana-sini cewek-cewek montok hah? Di suruh urusin Joi malah sibuk nandain cewek bohay hah?" bentak Cilla.

Alex dan Budi memilih untuk pergi menjauh dari keributan rumah tangga Jo dan Cilla. Taklupa mereka mengambil keripik pisang di dapur. Kini mereka duduk berdampingan menyaksikan Jo yang di marahi habis-habisan oleh Cilla.

"Lu megang siapa? Gue megang Cilla," ujar Budi.
"Curang lu, ya udah pasti menang telak Cilla," balas Alex.

Jo seperti bocah SD yang tengah di marahi oleh ibunya karena nakal. Ia hanya menunduk terdiam tak berdaya.

Bersambung ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience